📌INDURASMI

6 1 0
                                    

Annyeonghaseyo

Good morning and happy weekend SONA.

AURETTA kembali update yang siap menemani hari Minggu kalian.

Berikan vote sebagai bentuk apresiasi atas cerita ini.

Tanda jika ada typo.

Happy Reading ✨

***



“Al, Al.” Alldy datang dengan tergesa-gesa.

“Apa?”

“Gua tadi lihat Rere,” ujar Alldy.

“Dimana?” Al bangkit.

“Di dapur belakang cafe,” ujar Alldy.

“Ngapain Retta ada di sini?” tanya Bima. Alldy mengangkat bahunya pertanda tidak tahu.

“Salah lihat paling lo,” jawab Al. Ia tidak percaya jika ada Retta di sini. Lagipula apa yang dilakukan gadis itu? Pikir Al.

“Lah, Retta ‘kan bolos mana berani dia keluyuran gitu aja,” seloroh Bima dengan mudahnya yang dihadiahi tatapan nyalang dari Aldrich.

“Kalimat lo!” tegas Al kepada Bima. 

Sedangkan di belakang, Tepatnya di dekat ruang khusus karyawan, Retta mengatur napasnya. Hampir saja ia ketahuan. Retta berharap Alldy tidak melihat dan mengenalinya. Ia memegang dadanya yang berpacu dua kali lipat.

“Hampir aja.” Cewek yang mengenakan seragam layaknya seragam pelayan cafe pada umumnya itu mengelap dahinya yang berkeringat.

Tak berselang lama, ia memegang kepalanya. Rasa pusing menjalar begitu saja. Retta mencari sebuah kursi ataupun sofa yang ada di dekatnya. Ia mendudukkan dirinya di kursi berwarna hijau.

Retta menyandarkan tubuhnya. Seluruh raganya lemas, mungkin efek belum sarapan. Bibirnya pun pucat. Dilirik jam dinding yang menempel di tembok. Ah, jarum jam sudah menunjukkan pukul empat sore.

Retta memutuskan untuk bangkit dan melangkahkan kakinya mengecek apakah Ijen sudah pergi dari cafe ini atau belum, lagi pun dirinya juga harus bekerja. Terlebih memasuki sore hari, di mana para pengunjung mulai mendatangi cafe.

Retta berjalan mengendap-endap. Dilihatnya ke kanan dan ke kiri. “Al sama yang lainnya udah gak ada.” Retta bernapas lega. Ia kembali bekerja karena melihat para karyawan lain sibuk mondar-mandir.

***


Sial!

Al tak seharusnya melewati jalan ini. Al seharusnya melewati jalan biasanya. Beginilah akibatnya, ia bertemu dengan Geng Andres. Ya, jalan yang dilaluinya saat ini merupakan salah satu tempat berkumpulnya Geng Andres.

Ijen terpaksa menghentikan motornya karena jalanan dihadang oleh Geng Andres. Namun, keenam lelaki itu masih berada di atas motornya dengan helm yang sudah terlepas.

Al menatap datar Dirga. Wajahnya terangkat menunggu apa yang selanjutnya Dirga beserta antek-anteknya lakukan.

Dirga berjalan mendekati keenam inti Vijendra. Senyuman miring ia tunjukkan terhadap masing-masing dari keenamnya.

AURETTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang