Festival akhir tahun yang diadain sama sekolah itu, konsep acaranya hampir sama kaya pensi. Tapi ini lebih meriah dan dibuka untuk umum, jadi sekolah lain boleh nonton penampilan yang udah disiapkan anak sekolah selama beberapa bulan terakhir.
Kriteria penampilan pun gak ada batas, semua orang bebas mendaftarkan diri buat tampil. Dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas dengan syarat harus siswa sekolah mereka. Meskipun begitu, kebanyakan yang daftar rata rata kelas sebelas. Karena kelas sepuluh masih banyak yang malu-malu, dan kelas dua belas rata rata sudah malas ikut ikut seperti itu. Mereka lebih senang menonton acaranya daripada ikut menyumbang penampilan.
Salah satu dari orang-orang yang malas itu adalah Jeno. Sebenarnya Jeno itu juga bukan tipe anak ambis yang akan menghabiskan sisa tahun akhirnya dengan belajar dan persiapan masuk perguruan tinggi, hanya saja dia merasa malas jika harus latihan ini dan itu untuk festival.
Saking malasnya Jeno bahkan mengundurkan diri dari nyaris semua ekskul yang dia ikuti. Menyisakan futsal karena dia masih senang sparing dengan adik kelas ataupun anak dari sekolah lain.
Tapi bagaikan mimpi buruk di siang bolong. Jeno tiba-tiba melihat namanya muncul di list peserta yang akan tampil di festival.
Lucunya, Jeno sama sekali tidak tau siapa yang mendaftarkannya dan juga, kenapa dia harus membawakan lagu duet???
Hah, Jeno menaruh curiga pada temannya.
Karena kenapa pula dia harus dipasangkan dengan Jaemin sebagai penampil lagu duet bersama? Demi Tuhan Jeno kesal sekali melihatnya. Itu pun karena tadi ada adik kelas yang tiba-tiba menyemangatinya dan mengatakan kalau dia tidak menyangka Jeno akan tampil bersama Jaemin.
Kurang ajar.
Jeno masih tidak terima namanya ditulis di sana. Bersandingan pula dengan Jaemin, mantannya.
Diantara banyaknya anak kelas dua belas, siapa manusia kurang ajar yang memasangkannya dengan mantannya sendiri? Yang jelas kalau tidak temannya sendiri, pasti temannya Jaemin yang iseng.
Tapi Jeno lebih yakin kalau ini adalah ulah temannya.
Yangyang.
Harusnya dugaan Jeno benar, karena air wajah temannya itu tiba-tiba ceria sekali waktu Jeno berjalan gusar ke arahnya yang sedang duduk manis di kelas bersama beberapa teman sekelasnya.
Yangyang ini, teman satu kompleknya, sahabatnya sejak mereka kelas sepuluh, juga teman satu lesnya.
“Ini pasti ulah lo kan?” tanya Jeno langsung yang tentu saja buat Yangyang semakin tertawa, mengerti ke arah mana pembicaraan Jeno.
“Gapapa atuh Jen, suara lo kan bagus. Lagian si Jaemin nya juga setuju loh pas gue nawarin buat duet”.
“Ya kalo gitu kenapa gak lo aja yang duet monyettttt. Kenapa lo numbalin gue???”
Yangyang ini seperti tidak mengerti saja ya. Bagaimana bisa Jeno harus tampil dengan Jaemin sementara dia saja sudah lama menjauhi orang itu.
Kalau bukan karena Yangyang sahabat dekatnya, Jeno mungkin juga akan menjauhi Yangyang karena perkara ini. Jeno tidak senang sekali kalau ada orang yang mengatur hidupnya di luar persetujuan dia.
“Ayolah Jen, gue yakin lo sebenernya gak keberatan ko. Lagian udah gue daftarin, lo emang gak kasian sama gue yang udah susah susah daftarin lo. Banyak tau yang pengen daftar buat tampil tuh” Yangyang memelas, tatap mata Jeno dengan ekspresi sedihnya.
Sedangkan Jeno mendengus, tidak mempan. “Gausah guilt trip. Yang salah elo bukan gue” Jeno berdecak kesal. Masih tidak terima dengan ulah Yangyang.