DJEE

1K 127 16
                                    

Catatan : Saya nemu tulisan ini di salah satu file lama. Bahkan saya udah nggak inget pernah nulis ini. Wkwkwk. Anyway, in kisah sewaktu DJEE belum ketemu dengan bini masing-masing, ya. Selamat membaca.


JJ.

**

Evan meremas rambutnya untuk mengumpulkan kesadaran sambil melepaskan pelukannya dari Erga yang masih tertidur lelap. Dari arah sofa, Jo yang juga baru bangun berjalan menuju toilet dalam langkah limbung. Dan panggilan alam yang membuatnya terbangun, membuat Evan mengeluh tapi tetap memaksakan diri untuk menyusul Jo.

Hari ini hari Minggu, dan tentu saja tadi malam mereka berempat berpesta. Evan bahkan ingat, kalau ia dan teman-temannya mengadakan kompetisi untuk membuktikan keahlian tangan mereka. Bukan keahlian dalam menulis atau hal terpuji lainnya, melainkan melucuti gaun teman kencan mereka.

Kompetisi tak berguna itu dimenangkan oleh Jo yang berhasil melucuti gaun malam teman kencannya dalam kurun waktu tak sampai satu menit. Samar-samar Evan ingat bagaimana ia menuangkan minuman ke gelas Jo dengan lagak seperti anak buah yang takjub pada kehebatan bosnya. Evan sendiri menempati posisi ketiga, kalah oleh Dave yang lebih cepat beberapa detik darinya. Sementara Erga sudah terlalu mabuk untuk memahami peraturan kompetisi. Bukannya melucuti gaun teman kencannya, pria tolol itu justru melucuti kemejanya sendiri, lalu terbahak-bahak sambil mengatakan kalau ia pemenang kompetisi itu.

Selanjutnya, bisa ditebak. Ketiga orang mabuk itu harus menahan Erga yang sepertinya berpikir kalau lantai sama empuknya dengan ranjang. Dalam mabuknya Erga mendorong teman kencannya sampai terbanting ke lantai, kemudian menciumi gadis yang masih shock itu hingga hampir sekarat. Jo, Dave dan Evan sesungguhnya prihatin dengan kejadian itu. Namun alkohol yang terlanjur meracuni darah mereka, justru membuat ketiga pria itu terbahak-bahak sambil mengatai Erga tolol dan bajingan.

Evan mendengar suara gemericik air dari shower yang mengalir dengan derasnya. Pastilah Dave yang sedang mandi. Semabuk apapun Dave malam sebelumnya, pria itu memang biasanya akan bangun lebih dulu dari teman-temannya. Ia kemudian akan memesan makanan dan menyadarkan ketiga temannya yang masih teler.

Beralih dari Dave yang masih mandi, Evan mendapati Jo sedang berdiri di depan closet sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding yang dingin, seakan tidak sanggup berdiri meski hanya untuk menuntaskan hajatnya. Tangan kanan pria itu menggaruk kepala dalam gerakan malas, sementara tangan yang lain, tidak terlihat dari posisi Evan. Namun Evan tidak perlu berpikir untuk tahu kalau tangan kiri Jo sedang melakukan tugas mulia untuk memegangi kebanggaan pria itu sendiri, agar tidak menumpahkan air seni pada tempat yang salah.

Evan tak ambil pusing ketika berdiri di samping Jo yang ternyata sedang buang air kecil sambil memejamkan mata, setengah tidur. Ia memilih melakukan pose yang sama dengan Jo, -menyandarkan satu bagian tubuh ke dinding dalam upaya untuk menopang dirinya sendiri-, selagi menuntaskan hajatnya dengan menganiaya closet tak bersalah hingga harus mengalami pelecehan dari dua orang sekaligus.

Evan menguap dan melirik Jo yang masih memejamkan mata, tampak sangat mengantuk dalam kegiatan buang airnya. Iseng, tatapan Evan turun ke bawah dan ia langsung berdecak.

"Besar ya."

Jo membuka mata dan menatap Evan dengan bingung, kemudian langsung melontarkan tatapan horor ketika menyadari arah pandangan Evan.

"Lebih besar punyamu," Ucap Evan sambil mengurut dagunya dengan gaya meneliti. Namun kemudian pria itu tersenyum puas, dan menepuk pundak Jo sambil berkata, "Tapi lebih panjang punyaku. Jadi seimbanglah."

Jo menganga, tak percaya kalau ia telah dilecehkan oleh temannya sendiri. Dan sebelum Jo sempat memaki atau bahkan menendang Evan, pria itu sudah lebih dulu pergi menuju pancuran tempat di mana Dave sedang mandi. Dan Dave yang berlumuran busa shampoo pada kepala dan wajahnya, tidak sempat mencerna keberadaan Evan yang sedang menatap ke arah selangkangannya.

"Wah, kembaran sama Jo!" begitu komentar Evan dengan nada ceria, sementara Dave bengong tak percaya.

Evan tertawa-tawa tak karuan, meskipun begitu, ia tak lupa mencuci tangannya di wastafel. Setelah memastikan tangannya bersih, pria itu berjalan limbung kembali ke kamar dan menjatuhkan diri di samping Erga yang tidur dengan lelapnya. Dan seakan-akan tidak melakukan kejahatan karena baru saja melecehkan kedua temannya, Evan kemudian memeluk punggung Erga dan kembali tertidur dalam sekejap mata. Atau mungkin pingsan. Sisa dari mabuk yang membuatnya menjadi lebih tolol daripada ketika ia sedang sadar.

Di bawah shower, Dave merutuki nasibnya yang malang. Di depan toilet, Jo mengusap wajah dengan gusar. Mungkin mereka memang harus menghentikan kebiasaan mabuk ini secepatnya.

**

Dave Bridegroom - Bad boys series #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang