"I've always been afraid of losing the people I love. Sometimes I wonder, is there anyone out there afraid to lose me?" – Anonymous.
Fiona terbangun dari tidurnya karena merasakan tetesan dingin di punggungnya. Ia berkedip sebentar dan kemudian menyadari kalau Dave sedang membalur memar ditubuhnya dengan obat. Fiona kembali memejamkan matanya dan berpura-pura tetap tidur. Ia sedang tidak ingin berhadapan dengan Dave, terutama setelah pertengkaran mereka tadi. Lagipula ini adalah pertama kalinya Dave berlaku lembut padanya sejak pertama kali mereka bertemu. Mungkin Fiona memang tidak perlu mengacau.
Fiona merasakan selimut di pinggulnya turun ketika Dave mengobati memar dipaha kanannya. Memar yang mengingatkan Fiona pada kejadian ketika beberapa hari lalu pria tua itu mencambuknya, dan bayangan itu membuat airmata Fiona nyaris menetes kembali namun ia menahannya sekuat tenaga. Ia sudah terlalu banyak menangis hari ini sampai Dave harus menggendongnya dari kamar mandi. Dan itu sudah cukup. Fiona tidak ingin menangis lagi.
Sisi ranjang bergerak ketika Dave turun dari kasur dan meraih gagang telepon. Fiona mendengarnya menghubungi layanan kamar. Tidak lama kemudian terdengar ketukan di pintu bersamaan dengan aroma makanan yang menyeruak masuk setelah pintu tersebut terbuka.
"Fiona? Bangun!" Bahunya diguncang bersamaan dengan perintah itu.
Fiona membuka matanya dan berbalik untuk mendapati Dave sedang memandangnya dengan pandangan tak terbaca. Fiona beranjak dan meraih jubah yang disodorkan oleh Dave kemudian memakainya. Pelan ia mengikuti langkah Dave menuju sofa.
"Makanlah." Ucap Dave sambil menunjuk ke arah meja dengan dagunya.
"Kau?" tanya Fiona sambil meraih mangkuk berisi sup ayam jamur.
Dave melirik Fiona sekilas lantas mengambil mangkuknya dan mereka makan dalam diam. Fiona tidak terbiasa dengan keheningan yang beku ini. Ia dan Dave memang jarang berbicara, apalagi mengobrol. Namun mereka tidak pernah berada dalam suasana semencekam ini.
Dengan jengah Fiona meraih remote dan akan menyalakan televisi, namun Dave lebih cepat lagi merampas benda tersebut, membuat Fiona terbelalak kaget.
"Habiskan makananmu karena setelah ini aku ingin berbicara denganmu." Perintah pria itu dan Fiona merasakan sebagian dari nyawanya terbang entah ke mana.
Dave ingin bicara padanya? Bicara apa?
Fiona menatap Dave dengan pandangan bertanya namun pria itu hanya menggedikkan bahunya ke arah mangkuk, memberi perintah agar Fiona segera menghabiskan makanannya dan sikap Dave tersebut membuat Fiona kesal. Setengah menggerutu Fiona memaksakan diri menghabiskan makanannya karena ia tahu Dave tidak akan bicara sebelum ia menuruti perintah pria itu.
Fiona meletakkan mangkuknya dan melirik Dave yang sudah lebih dulu selesai makan. Pria itu kini duduk sambil melipat kakinya dengan sebelah tangan berada di atas bibirnya sendiri dan pandangan lurus ke arah Fiona meski tatapannya kosong.
Fiona berdehem pelan, "Ku pikir kau ingin mengatakan sesuatu?"
Dave mengerjap dan mengangguk, "Apa kau mau menceritakan padaku? Tentang memar di tubuhmu."
Fiona mendengus pelan dan meremehkan, "Kau sudah tahu kalau itu perbuatan pelangganku."
Fiona mengangguk dalam hatinya, pasrah. Tidak mengapa. Kalau Dave menganggapnya seperti itu maka ia tidak akan membantah, karena menjadi pelacur untuk satu orang atau sepuluh orang, tidak akan membuatmu terlihat berbeda, pikir Fiona putus asa.
"Aku sedang berusaha untuk mendengarkanmu, Fiona. Bisakah kita bekerjasama?" tanya Dave yang berusaha untuk tidak terusik dengan pandangan menantang gadis di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dave Bridegroom - Bad boys series #1
Ficção GeralSEBAGIAN CERITA SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN!! TERIMA KASIH DAN SAMPAI JUMPA DI PO DAVE BRIDEGROOM - BAD BOYS SERIES #1 Salam sayang, JessJessica. Dave Bridegroom adalah seri pertama dari Bad Boys Series hasil karya JessJessica (@Abel...