WWT - 4

4 3 0
                                    

"mama aku ga mau."

Raut wajah Anna berubah menjadi sendu, dia sudah menduga jika Harin akan menolak perjodohan ini.

Tadi pagi sebelum berangkat kerja, Henry meminta Anna untuk membicarakan hal ini dengan Harin. Walau awalnya Anna menolak namun pada akhirnya dia tetap tak bisa menolak permintaan suaminya.

"Harin maafin mama karena mama ga bisa— nyegah papa dalam hal ini, maaf sayang."

Tangan Harin meremas lengannya sendiri "kalau begitu... aku yang bakal bilang ke papa lansgung." pikirnya.

Sejak siang Harin menyiapkan kata kata untuk menolak perjodohan ini, nanti sore papa pulang dan dia harus siap.

16.30 PM

Brakk!

"AKU GA BISA!"

Prangg!

Berulang kali Harin mengulang kata kata yang sudah ia rangkai untuk mengatakannya kepada papa nanti. Tapi tidak bisa, Harin terlalu takut untuk menolak permintaan papa, selama ini dia selalu menurut.

Mendengar kericuhan dari dalam kamar putrinya, Anna segera berlari ke atas. Alangkah terkejutnya wanita itu ketika melihat keadaan kamar Harin yang sudah berantakan, buku buku berserakan di mana mana.

"HARIN!"

"jangan begini, tolong tenangin pikiran kamu! Ga perlu risau... nanti mama yang akan bilang ke papa."

Kini Harin benar benar berantakan, kedaaannya sudah tak karuan "engga ma! Jangan, aku yang harus bilang ke papa."

Tes... Tes...

"HARIN TANGAN KAMU!" Anna baru menyadari lengan Harin terluka karena vas bunga yang pecah itu.

Darah itu menetes ke lantai, Anna segera mengambil kotak P3K lalu mengobati luka robekan pada tangannya.

Inilah yang Jena katakan, saat merasa marah atau sebagainya Harin akan melukai salah satu bagian tubuhnya demi mendapatkan kepuasan.

Tak terasa hari mulai sore, Anna bertambah yakin untuk menolak permintaan suaminya. Dengan segenap keberaniannya, Anna menyiapkan diri untuk menolak keras permintaan Henry.

Sesampainya di rumah, Henry langsung pergi ke kamar Harin. Di sana Harin duduk seraya bersandar pada sandaran ranjang, Anna duduk tepat di sebelah Harin seraya memasangkan perban pada lengannya yang terluka.

"kenapa?"

"ini gara gara usulan kamu yang bodoh itu."

Henry terdiam sesaat karena dia tak mengerti maksud istrinya, pria itu ganti menatap Harin yang hanya menunduk sejak ia masuk.

"Harin." mendengar namanya di sebut, Harin mendongak dan melihat ke arah sang papa.

"ada apa?"

"papa aku—"

Anna menyingkir, membiarkan agar Henry duduk di sebelah Harin.

"kenapa?"

"aku ga mau nikah."

Raut wajah Henry yang tadinya khawatir perlahan berubah menjadi datar "Harin..."

"papa maaf! Aku bakal turutin permintaan papa termasuk ga pergi ke tempat les menggambar lagi! Asal papa batalin rencana papa, aku belum siap buat menikah."

Wajah Henry yang tadinya memerah perlahan padam, jika dia marah apakah Harin akan tetap menuruti permintaannya?

"sayang, maaf. Papa ga bermaksud untuk memaksa kamu dan papa minta maaf untuk hal itu."

when we're together | Doyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang