WWT - 9

7 3 0
                                    

Tepat pada pukul tiga sore, acara selesai namun beberapa tamu masih berdatangan. Henry yang tadinya mau mengantar Harin dan Dion pulang ke rumah jadi tertunda karena harus menyambut tamu tamunya.

Akhirnya Henry menyuruh bawahannya untuk menunjukkan jalan ke rumah baru kedua pasutri itu. Di dalam mobil Dion, Harin sudah duduk manis sembari membaca surat surat yang ia dapatkan dari para tamu.

"nanti anak buah om yang nunjukin jalannya, kamu ikutin aja ya. Baru kalau tamunya udah ga ada lagi om nyusul." ujar Henry.

"baik om." jawab Dion, kemudian dia segera berjalan ke dalam mobil. Di sana dia melihat Harin tengah tersenyum senyum sendiri.

Ketika Dion sudah masuk ke dalam, Harin segera merapihkan surat surat itu dan memasukkannya ke dalam tas kecil.

"kita berangkat sekarang ya?"

"iyaa Dion."

Selama di perjalanan belum ada percakapan sama sekali, Dion fokus menyetir dan Harin fokus memperhatikan cincin indah yang berada di jari manisnya. Beberapa kali dia juga melirik cincin yang berada di jari manis Dion, cincin yang sama dengan miliknya.

Mereka menempuh perjalanan sekitar 20 menit hingga akhirnya sampai di sebuah komplek perumahan mewah.

Mobil keduanya parkir tepat di depan rumah dengan cat cream dan juga pagar tinggi berwarna putih.

Seorang pria tua yang merupakan orang kepercayaan Henry, menuntun keduanya masuk ke dalam.

"ini hadiah dari bapak untuk kalian, kata pak Henry liat liat saja dulu ga apa apa atau kalian malam ini mau tidur di sini juga gapapa."

"wahh seriously?? Ini kegedean ga sih kalau cuma saya sama Harin yang tinggal di sini?" tanya Dion tak percaya pasalnya rumah ini begitu besar. Jika hanya tinggal berdua pasti rasanya aneh.

"hahaha nanti juga terbiasa kok, lagian juga pasti nanti bakalan ada anak anak kan?" Pak Geo melempar pertanyaan tersebut kepada kedua pasutri.

Dion menatap Harin seraya tersenyum kemudian mengangguk. Memang benar jika mereka sudah punya anak pasti nanti rumah ini akan terasa ramai.

"okee jadi di sini ada tiga kamar, di lantai bawah yang sana kamar utamanya. Di situ luas jadi kalian kalau mau tidur di sana aja, beberapa furniture sama peralatan rumah tangga juga udah ada." Pak Geo memulai home tour rumah baru ini.

"sisanya bisa buat kamar tamu atau hanya untuk naruh barang, dan di atas ada kamar lagi satu, itu ga luas banget kemungkinan buat anak anak." lanjutnya.

Pak Geo dan Dion sibuk melihat taman dan air mancur kecil yang berada di halaman belakang. Sementara Harin naik ke atas melihat kamar kecil itu.

Kamar yang memiliki luas tak terlalu besar, dengan nuansa cat berwarna merah muda dan juga sebuah laci putih terletak di sana.

Harin tersenyum ketika masuk ke sana, dia membayangkan jika ada seorang gadis kecil yang menempati kamar ini.

"Harin!" terdengar suara Dion yang menggema.

Harin segera turun dan menghampiri Dion, mereka sedikit berdiskusi soal rumah ini. Dion juga bercerita bahwa dia sudah menyiapkan uang untuk membuat rumah kecil impiannya tetapi ternyata Henry sudah mengatur semuanya.

"malam ini tidurnya di rumah papa kamu atau kamu mau tidur di sini? Kalau kamu mau di sini nanti saya suruh orang biar bawain barang barang yang kamu butuhin."

"kalau kamu ga keberatan, aku mau tidur di rumah aja malam ini."

"ahhh oke! Saya ikut kamu aja gimana, yang penting kamu nyaman."

when we're together | Doyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang