Chapter 13

1.5K 167 19
                                        

Keesokan harinya, Ino berjalan dilobi hendak menuju ruang kerjanya dengan memijit bahu dan area lehernya yang kaku serta pegal.

Ck! Sial! Aku tertidur di sofa lagi. —gerutu Ino dalam hati.

Pagi ini dia harus memoles wajahnya dengan agak tebal supaya bisa menutupi wajah lelah, letih dan lesunya. Dan juga agar bisa menutupi kurang tidurnya. Tapi, siapa sangka jika ada yang menyadari hal itu.

" Oh, Ino. Kau kurang tidur sepertinya." ucap Rin yang membawa segelas kopi hangat.

" Selamat pagi, senior." sapa Ino dengan senyum di kala rasa kantuknya luar biasa.

" Pagi. Lebih baik kau istirahat dulu di kamar istirahat atau kau bisa mengacaukan jadwalmu sendiri." Saran Rin.

" Aku tidak memerlukannya. Karena aku baik-baik saja hehe."

Rin menatapnya datar, " Terserah. Tapi, kalau saat kau menangani pasien ada masalah jangan cari aku." tegas Rin yang kemudian pergi meninggalkan Ino yang masih mencerna perkataan seniornya itu.

" Ck! Siapa juga yang mau mencarimu. Dasar dokter menyebalkan." gumamnya sebal.

Dia berjalan lagi. Saat hendak menuju belokkan koridor itu dia melihat Shion tengah berjalan sendirian. Tanpa basa-basi lagi dia menghampiri Shion. Dia juga merasa bersalah meninggalkan Shion sendirian kemarin malam.

" Selamat pagi."

Menyapa untuk membuka obrolan yang menyenangkan setelah kemarin adalah hal yang tepat, pikir Ino. Gadis itu sudah memasang wajah senang dan senyum lebar. Berharap Shion menjawab seperti biasanya.

Namun, Shion hanya meliriknya dan bersikap acuh tak acuh akan kehadiran Ino. Merasa diabaikan oleh juniornya. Dia menahan Shion untuk melangkah lagi.

" Hei! Apa begini sikapmu padaku?"

Shion melepaskan cekalan tangan Ino.

" Bagaimana dengan Kak Ino?"

Dia merajuk rupanya. Tapi, masih baik sih dia memanggil seperti biasa. — batin Ino.

" Aku seperti biasanya kok."

" Bukan hari ini tapi, kemarin."

Deg!

Ino tahu dia salah tapi, ingat kejadian kemarin membuat raut wajahnya berubah. Dengan cepat dia merubah ekspresi wajah itu dengan penuh senang di depan Shion.

" Aku tahu kau marah karena aku meninggalkanmu sendirian. Aku minta maaf soal itu."

Jadi, dia meminta maaf pada Shion karena memang rasa bersalah itu tidak mengenakkan.

" Aku sudah memaafkan kakak tapi, bukankah kak Ino juga harus minta maaf pada pelayan itu?"

Deg!

Perlahan tangannya mengepal. Raut wajahnya juga mulai berubah.

" Kak Ino tahu 'kan bahwa tindakan mu itu sangat tidak baik? Dan juga kenapa kak Ino lakukan itu? Apa kakak kenal dengan pelayan itu?"

" Itu bukan urusanmu." desis Ino.

Shio menatap reaksi Ino akan pertanyaan yang ia lontarkan.

" Aku sangat menyayangkan tindakan kak Ino kemarin malam. Jika kak Ino berada di posisi yang sama pasti, kak Ino merasakan hal yang sama dengan pelayan itu. Yaitu malu. Kak Ino, aku tidak tahu kenapa kau melakukan itu tapi, menurutku tindakan mu salah."

" Aku melakukannya karena aku kesal melihatnya."

" Hanya karena itu? Berarti kak Ino tahu pelayan itu? Atau jangan-jangan kakak punya masalah dengannya? Atau mungkin juga dia teman kak Ino?"

Hate to be Love 《END》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang