Reverie dengan wajah yang masih bareface terpaksa bangun dari tempat tidurnya. Kalau bukan karena pindah ke Jakarta pasti ga bangun sepagi ini, batinnya. Ya benar, sudah sebulan yang lalu ia pindah dari Singapura karena ayahnya ditugaskan ke Indonesia, sebenarnya Reverie ingin menolak untuk ikut bersama orangtuanya, tetapi dia juga bosan dengan daerah lingkungan rumahnya yang itu-itu saja. Lamunanya terhenti seketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Tok..tok..tok
"Re, kamu udah bangun belum sih, udah jam setengah tujuh tapi kamu belum siap,"
Mendengar tidak ada balasan dari Reverie, ia meneriakkan kembali dari dapur.
"Reverie Areris BANGUN!"
Saat namanya dipanggil dengan lengkap, Reverie tau pasti mamanya sudah marah besar. Ia cepat-cepat membuka pintu kamarnya. Terlihat lah wanita paruh baya yang memegang wajan serta spatula. Itu mama Reverie, atau kerap dipanggil Bu Trivies. Oh ya! jika dilihat dengan mikroskop seratus kali zoom pasti akan terlihat api kecil di sekujur tubuhnya. Reverie menyengir saat mata 'singa' itu melotot
"Eh mama, tadi Rere abis siapin seragam jadi agak lama buka pintunya, sorry deh ma hehehe"
"Siapin seragam sih boleh, tapi liat dulu udah jam berapa ini, Re"
Sontak mata Reverie terbelalak saat melihat jam tersebut. Jam 06.40. Ia langsung menuju kamar mandi, setelah mandi ia langsung bergegas ke kamarnya untuk berpakaian. Sesekali Reverie memikirkan tentang sekolah barunya. Pikiran Reverie pun membawanya menuju meja makan.
"Semoga nilaimu disini naik, nggak kayak di Singapura yang nilainya kembar" ucap mamanya sambil mengoleskan selai kacang pada roti panggang. Kenyataannya, Reverie adalah orang yang pemalas dan tidak peduli dengan situasi di sekitar, sehingga nilai tugas dan ujiannya anjlok. Yang paling tinggi hanya lima puluhan. Mamanya bilang 'nilai kembar' karena saat ujian terakhirnya, Reverie mendapatkan nilai empat puluh lima di semua mata pelajaran. Selesai sarapan, Reverie langsung mengambil tas dan memakai sepatu.
"Reverie pergi dulu ya mah, bye!" ucapnya seraya melambaikan tangan
"Iya hati-hati"
Reverie masuk ke mobil yang dikendarainya sendiri, ia sempat memikirkan bentukan dari sekolah barunya itu. Apakah Reverie akan mendapatkan teman seperti di Singapura dulu? Apakah akan diterima? Gurunya galak gak ya? Pertanyaan itu menghantui pikirannya sampai ia tak mengira sudah sampai di lobby parkir SMA Heridox.
Reverie pun turun setelah memarkirkan mobilnya. Menghirup udara yang ada di sekolah barunya, mencium aroma-aroma sinis para pelajar yang berjalan melwatinya. Entah apa yang ada di pikiran mereka itu, dan yang penting Reverie harus pergi ke ruang kepala sekolah untuk menentukan ruang kelasnya. "Ni orang-orang matanya gak bisa biasa aja apa ya, risih amat gue"gumam Reverie sambil melintasi ruangan kantin
Ruangan kepala sekolah ada di lantai tiga, kalau bukan karena ruangan kelas bisa saja ia menghubungi mamanya untuk mengurus semua itu. Lantai tiga tampak biasa saja, tak ada yang istimewa dari sudut pandang Reverie. Ia mencari ruangan kepala sekolah dengan muka melas dan agak bingung. Reverie ingin mencari bantuan, tapi nanti dikira sok akrab,batinnya. Tiba-tiba seseorang menabraknya. Aneh sekali, pertama kali masuk sekolah, Reverie sudah mendapat yang sial saja.
"Maaf gua gak sengaja, lagi buru buru soalnya"ucap orang itu
Reverie memutar bpla matanya kesal. Tidak tahu, hawa di lantai ini yang panas atau perasaan Reverie yang sedari tadi yang panas. Orang itu mengulurkan tangannya untuk Reverie. Astaga. Kenal aja nggak, ngapain pake sok-sokan nolongin segala.
"Gak usah. Gue bisa sendiri" Reverie berdiri dan berjalan meninggalkan 'orang aneh' itu dan menuju ke toilet untuk merapikan rok dan kaus kakinya yang terlipat. Mau tak mau, ia harus segera mencari kembali ruangan kepala sekolah di lantai ini. Setelah selesai merapikan semuanya, ia langsung berjalan menuju koridor yang lumayan sepi. Ketemu. Mata Reverie berbinar membaca ruangan kepala sekolah yang ditempelkan di atas pintu besi tersebut.
Tok...tok...tok...
"Masuk''
Reverie langsung membuka pintu itu setelah mendengar jawaban dari dalam. Terpampang lah ruangan yang luas dan sofa yang tertata rapi, dengan gorden yang terikat sempurna dan beberapa tumpukan buku yang ikut menyempurnakan ruangan itu. Ruangan yang wangi dengan pengharum vanilla latte.
"Sudah melihat-lihat ruangan saya?"
"Hehehe, s-sorry pak abisnya wangi banget sih!"
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Kamu Reverie Areris, kan?" Reverie mengangguk. "Kenalkan, saya Jeviro Vans, selaku kepala sekolah disini. Orangtua mu menghubungi saya untuk beberapa perihal berupa pengurusan status mu sebagai murid baru. Pastikan kamu sudah membaca tata tertib di sekolah ini," ucap pria itu sembari mengeluarkan kertas dari laci mejanya. "Mulai dari kelas, kamu akan saya tempatkan di kelas 11 Ipa 2 dengan wali kelas, Bu Frantyka"
Reverie tau, pasti mamanya memberikan beberapa 'keluhan' selama Reverie menjadi murid di Singapura. Oh ya! ngomong-ngomong Bu Frantyka itu guru yang killer lho, pernah waktu itu Reverie sempat mendengar rumor dari anak tetangganya yang bersekolah disini kalau wali kelasnya itu tak segan-segan untuk menjewer telinga murid yang susah diatur. Mendengar itu saja, bulu kuduk Reverie sudah merinding.
Berbeda jika di Singapura, wali kelas Reverie tak pernah main fisik. Ya paling-paling cuman disuruh untuk keliling lapangan sampai jam pulang. Kalau bukan itu, ada juga yang disuruh membersihkan perpustakaan lantai satu sampai lantai teratas.
"Cukup untuk saat ini. Mari saya antarkan ke kelasmu" celetuk Jeviro yang dibalas oleh anggukan kepala Reverie
Mereka meninggalkan ruangan kepala sekolah dan berjalan melewati koridor panjang. Terkadang orang pasti berpikir kalau hal mistis dapat terjadi di tempat yang sepi dan berantakan tapi ini berbeda, koridor ini walaupun terlihat cerah, Reverie selalu merinding kalau melewatinya.
Ketakutannya itu membawa Reverie ke ruang kelas 11 Ipa 2. Pak Jefiro atau siapalah itu, susah sekali menyebut namanya apalagi Reverie agak cadel, mengetuk pintu kelasnya. Guru yang di ruangan itu langsung membuka pintur tersebut
"Wah, ada kepentingan apa pak Jeviro" ucapnya
"Ini anak murid yang saya sampaikan di rapat kemarin, tolong beberapa yang belum saya jelaskan, nanti ibu sampaikan ya"
"Dengan senang hati pak'' balasnya sambil mengambil kertas yang diberikan Jeviro
Kepergian Jeviro memberikan isyarat pada Reverie untuk masuk ke kelasnya. Guru yang tadi mengobrol dengan Jeviro adalah bu Frantyka. Tampangnya cantik kok, tapi agak centil ya kalau dilihat-lihat killernya ga terlalu terpampang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Reverie
Teen FictionKepindahan keluarganya ke Jakarta membuat hidup Reverie Areris berubah seratus delapan puluh derajat. Ini semua karena pekerjaan Jose Areris, ayahnya. % Cerita ini murni dari pemikiran dan imajinasi aku. [FOLLOW DULU YUK SEBELUM BACA] 𓈈 𓈈 𓈈 𓈈 𓈈...