Frantyka mengikutinya dari belakang untuk masuk ke ruangan kelas. Kelas ini jika dideskripsikan oleh Reverie terkesan elegan, warna dinding yang berwarna putih cream dengan tambahan loker yang berwarna cokelat-putih. Siapa coba yang nggak betah punya kelas kayak gini? Tetapi, yang membuat Reverie sedari tadi tak nyaman adalah tatapan para murid. Kalau kalian bisa melihatnya langsung pasti sudah risih. Serasa dibully secara nonverbal.
"Anak-anak, kalian mendapatkan teman baru. Mari kenalkan dirimu, Reverie."
"Selamat pagi semua. Gue Rev-"
"Belajarlah untik menggunakan kata-kata yang mendukung dalam memperkenalkan dirimu, Reverie" potong Frantyka yang diselingi suara tertawa para murid.
"Maafkan saya bu. Saya akan mengulanginya, eh maksud saya, mengulangi dengan kata-kata yang benar" Reverie benar benar salah tingkah saat ini. Ia menarik nafasnya dan dihembuskan secara perlahan. "Selamat pagi semua. Saya Reverie Areris, pindahan dari Mixela High School di Singapura. Saya pindah ke SMA Heridox karena ayah saya dipindahtugaskan ke Jakarta. Saya harap, kita bisa berteman baik" kian Reverie dengan senyuman
"Baiklah sekarang kamu boleh duduk. Kamu duduk sebangku bersama Devino, dan Dev tolong acungkan tanganmu!"
Sesaat setelah perempuan itu berbicara, seseorang di sebelah kanan mengacungkan tangannya. Tanpa berpikir panjang, Reverie pun mendudukan dirinya di samping pria itu. Lihatlah! Ini pria yang tak sengaja menabraknya tadi pagi. Dan sekarang, ia mengajak Reverie untuk berkenalan.
"Lo yang tadi kan? Kita belum sempet kenalan. Gue Devino Azeano, lo bisa manggil gue Dev" ucapnya seraya menawarkan jabatan tangan kepada Reverie
"Gue Reverie Areris. Dan lo bisa manggil gue Reverie" jawab Reverie yang diselingi jabatan tangan mereka berdua.
Lima menit berselang setelah perkenalan massal mereka itu terjadi, Bu Frantyka menerangkan sedikit materi yang dia ajarkan di dalam bidangnya. Fisika. Materi yang dibawakannya itu adalah materi kinematika gerak lurus, yang dimana semua simbol-simbol itu seketika blur di mata Reverie.
Di tengah penjelasan gurunya itu, Devino mencoba untuk memberikan kode kepada Reverie agar ia bisa membisikkan sesuatu. Devino menginjak kaki perempuan tersebut yang dibalas umpatan kasar Reverie.
"Sakit goblok!"
"Siniin bentar kuping lo" desis Dev.
Reverie mendengus sebal yang berakhir menuruti permintaannya, ia menggeser tubuhnya agar lebih mempermudah Dev untuk membisikkan hal itu. Reverie mendengar semua kata demi kata yang diucapka Dev di liang telinganya. Dev meminta persetujuan untuk melakukan aksi yang diberitahunya tadi kepada Reverie.
Reverie itu tipikal orang yang nggak mau ribet, jadi ya cuman dibalas anggukan saja. Dev yang melihat itu langsung semangat dan segera beranjak dari tempatnya. Menghampiri wali kelasnya itu untuk meminta izin ke toilet, kalau saja ia bilang jujur ia sebenarnya pergi ke kantin, pasti bisa disuruh ngerjain soal fisika sampai pulang. Hih ngeri.
''Dev...Dev, kamu setiap mata pelajaran saya selalu aja izin ke toilet. Muak saya dengernya"
"Ya kan ibu juga pernah bilang kalau hormon orang beda-beda"
"Hormon mu jenis apa sih, huh? Beda sih iya tapi ini setiap sepuluh menit kamu izin mulu loh Dev"
"Aduh ibu banyak omong deh. Udah di ujung nih, nanti kalo saya ngompol kan ibu yang repot"
Reverie yang mendengar itu pun mencoba untuk menahan tawanya diantara beberapa murid yang sudah terbahak-bahak. Ditambah ekspresi Dev yang berpura-pura menahan sesuatu.
"Selalu bisa buat alasan. Udah sana!"
Bak angin topan, Dev melesat dengan cepat keluar kelas. Beberapa mungkin berpikir, Dev akan bolos ke UKS untuk tidur atau apapun itu. Tapi jika Reverie tau itu di pikiran mereka, pasti salah. Salah besar. Lagipula suasana kelasnya sangat pasif tidak sesuai ekspetasi Reverie sebelumnya dan ngga salah juga untuk mencicipi jajanan sekolah barunya ini.
Sepuluh menit berlalu. Lelaki itu sampai saat ini belum terlihat batang hidungnya, atau jangan-jangan ia makan sendiri di kantin? batin Reverie. Baru saja dipikirkan, sudah muncul juga dia. Reverie yang melihat totebag penuh makanan itu langsung sumringah. Frantyka yang melihat itu langsung kaget.
"Abis dari mana kamu? Dateng dateng bawa makanan, oh, atau kamu bohongin ibu untuk ke kantin ya?!"
"Eh ibu jangan suudzon dulu, ini saya ambil bekal di pos satpam. Tadi orangtua saya nganterin,"
Frantyka mengerutkan keningnya dan menyipitkan matanya untuk mengoreksi kebenaran Dev. Jangan salah, Dev walaupun terlihat seperti anak culun tapi ia tak kalah pintar untuk membohongi seseorang. Ralat. Untuk mencari alasan.
"Sana kamu duduk" perintah Frantyka
Dev pun menuruti perintah 'Malaikat Maut' itu dan langsung duduk di tempatnya semula. Reverie tak tau harus memuji Dev seperti apa, karena orang yang di sampingnya ini sangat pandai menyembunyikan sesuatu. Reverie langsung menyambar totebag yang masih digenggam oleh Dev dan membukanya.
Mata Reverie terbelalak saat melihat banyaknya jajanan yang dibawa Dev. Mulai dari keripik, bakpau, sosis, teh gelas, siomay-batagor dan makanan kering lainnya. Yang ada di pikiran Reverie sekarang adalah, gimana cara dia bawa makanan sebanyak ini tapi tidak ketahuan?
Aduh Reverie, kan tadi udah dibilang kalo si Dev itu pinter nyari alesan
Persetan pikirannya mau ngomong apa, yang penting Reverie makan jajanannya. Sesekali Reverie menatap Dev yang masih menulis materi di papan tulis.
"Lo gak mau?" bisik Reverie
Dev menggelengkan kepalanya untuk dijadikan jawaban.
"Gue udah makan baso aci tadi di kantin,"
"Pantesan anjir. Kok lo ga bilang sih!"
"Barusan kan udah, Re"
Reverie diam dan melanjutkan acara makannya itu. Satu demi satu ia habiskan dan kini hanya menyisakan satu sosis kornet. Sempat Reverie tawarkan ke Dev tapi ia tetap saja menolak. Akhirnya semua jajanan itu habis dilahap oleh Reverie sendiri.
Akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Semua murid langsung berteriak kesenangan, dan memberikan kode kepada ketua kelas agar kelas dipersiapkan terlebih dahulu.
"Psstt..Dev siapin dulu woi" ujar salah satu murid di belakang tempat duduk Reverie
Dev kaget dan reflek berdiri.
"SIAP!"
"BERI SALAM!""SELAMAT PAGI CIKGU, TERIMAKASIH CIKGU"
Entah apa yang ada di pikiran mereka, Reverie yang mendengar itu langsung mengikutinya.
"Hey!" ucap seseorang sembari menepuk pundak Reverie
"Kenapa?"
"Mau ke kantin bareng?"
"Maaf tapi gue bawa bekel, makasih tawarannya" Sebenarnya Reverie tidak membawa bekal sama sekali, tapi ia sudah kenyang karena 'acara makan' nya tadi.
"Yah, sayang banget. Padahal gue mau sekalian kenalin lo ke warung yang jual makanan enak" ucap Geriza.
"Kapan kapan ya, Za" ujar Reverie dengan melihat nametag yang terpasang di seragam orang itu.
"Hahaha yaudah. Gue duluan ya. Bye!"
Ia pun meninggalkan Reverie yang memberikan anggukan.
🥞
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Reverie
Teen FictionKepindahan keluarganya ke Jakarta membuat hidup Reverie Areris berubah seratus delapan puluh derajat. Ini semua karena pekerjaan Jose Areris, ayahnya. % Cerita ini murni dari pemikiran dan imajinasi aku. [FOLLOW DULU YUK SEBELUM BACA] 𓈈 𓈈 𓈈 𓈈 𓈈...