Matahari muncul dari ufuk timur. Sinarnya turut menemani suasana pagi ini. Reverie bangun dari tempat tidurnya. Kejadian di toilet kemarin mulai masuk kembali ke pikiran Reverie. Mengapa orangtuanya tega membohongi dia? Bukankah baru tadi malam Jose mengatakan 'kesuksesan'?
"Reverie! Bangun, nak. Udah jam enam," teriak Trivies dari dapur. Reverie berjalan ke arah kamar mandi saat Trivies mengatakan sesuatu.
"Re...Pulangnya jangan kemaleman. Mama sama Papa mau ke Jogja, ke rumah Eyang Wiboso. Jaga rumah baik-baik ya. Kamu kan sendiri di rum-" Ucapan Trivies terpotong oleh Reverie.
"Reverie di rumah bareng Lotus, Ma. Reverie bisa jaga rumah baik-baik. Mama sama Papa kalo mau pergi, yaudah pergi aja. Enggak usah khawatir sama Reverie. Reverie udah gede." kata Reverie dengan sinis.
Reverie langsung pergi ke toilet. Ia ingin mandi tanpa membayangkan muka Trivies saat membahas Lotus tadi. Sulit dijelaskan bagaimana kondisi mukanya saat itu. Dan pilihan terbaik adalah untuk tidak melihatnya. Reverie bergegas memakai seragam. Memakai sunscreen, menyemprotkan parfume ke bagian tertentu, menata rambut, dan sedikit polesan bedak bayi. Badan aja SMA, bedaknya, bedak anak dua tahun!
"Reverie berangkat, Ma." Trivies menoleh.
"Enggak sarapan kamu?" Ucapnya tegas.
"Beli di kantin aja nanti, Ma. Mau cobain makanan di kantin sekolah baru dulu. Dahhh..Ma!" Reverie melambaikan tangan lalu pergi.."
Apa yang salah dengan Reverie hari ini? Roti dan susu cokelat yang tadinya menjadi favorit Reverie setiap hari, dihabiskan oleh Trivies. Kalau karena menu sarapan hari ini tidak menarik, itu pasti salah, roti buatan Trivies tidak pernah tidak menggugah selera Reverie. Apa dia bosan dengan sarapan yang itu-itu saja?
Trivies merapikan piring bekas roti dan susu tersebut ke tempat cucian piring.Derap langkah seseorang terdengar dari belakang. Langkah berat dan lebar. Semakin dekat.., dan dia menaruh tangannya di pundak Trivies. Degup jantungnya mulai berdetak dengan cepat. Dia mengambil kemoceng di samping lemari makanan.
Happpp! Trivies berbalik badan dan langsung memukul orang tersebut dengan ujung kemoceng.
"Aduhhh...aduhhh! MAMA!" teriaknya.
Trivies menghentikan aktivitas memukulnya. Dan melihat wajah orang tersebut lebih dekat.
"Owalah. Papa ternyata. LAGIAN NGAGETIN BANGET!"
"Ckckckk. Mau bilang selamat pagi malah dibilang ngagetin. Dikira ngasih uang kaget?!" Decak Jose.
Trivies mengabaikan ucapan Jose. Ia ingin membahas perbuatan anak sulungnya barusan. "Pa."
"Naon, Neng Geulis?"
"IHHHHH!"
"Kenapa?"
Trivies tersipu. "Dipanggil geulis,"
"Alay ah, Ma. Kayak enggak pernah dipanggil cantik aja.''
"Emang enggak pernah. Pas pacaran aja bisa keitung pake jari."
"Tadi mau ngomong apa?" tanya Jose
"Reverie aneh banget pagi ini. Mukanya pas bangun, jutek bener. Terus, sarapannya enggak disentuh sama sekali. Apa dia bosen sama menu sarapan yang itu-itu aja?" Jose menatap mata istrinya lurus. Omongannya tak ada satu katapun yang terpotong oleh Jose.
"Lagi dateng 'tamu' mungkin?" ceplos Jose.
"Ih enggak mungkin. Udah seminggu yang lalu, Pa."
Jose memijat keningnya. Itu tanda kalau ia merasa bingung. Di dalam otaknya ada dua hal yang sedang dipikirkan. Pertana, kelakuan Reverie pagi ini yang membuat orangtuanya berkerut kening. Kedua, pengurusan suatu kegiatan di Jogja bersama Trivies tentang Reverie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Reverie
Teen FictionKepindahan keluarganya ke Jakarta membuat hidup Reverie Areris berubah seratus delapan puluh derajat. Ini semua karena pekerjaan Jose Areris, ayahnya. % Cerita ini murni dari pemikiran dan imajinasi aku. [FOLLOW DULU YUK SEBELUM BACA] 𓈈 𓈈 𓈈 𓈈 𓈈...