"Haish!"[Name] berkacak pinggang, kesabarannya habis sekarang, setelah Ice yang merepotkannya, kini pembalut yang merepotkan dirinya. Iya, [Name] lupa bawa pembalut.
"Ice, ke minimarket dong! Beliin aku pembalut yang ukuran 36CM."
Ice yang baru saja keluar dari kamar mandi mengerutkan keningnya, "kenapa aku?"
"Ya masa aku? Aku udah bocor, ya kali keluar! Mikir dong."
Jleb.
"Tapi itu kan barang cewe, [Name]."
"Ya terus? Cowo gaboleh gitu beliin? Liat tuh Kakak-Kakakmu! Terutama Kak Gempa, kalo istrinya lagi mens pasti dia langsung inisiatif beliin."
"... Istrinya Kak Gempa kan lagi hamil, mana bisa mens. Jangan ngarang kamu, ya."
BUGH!
Satu pukulan mendarat di bahu Ice, membuat si korban sedikit meringis kesakitan dan mendelik kearah [Name].
"Aku liat kok! Sebelum istrinya hamil gitu."
"Ah masa?"
"Ice ...."
Ice memegang bahunya yang masih terasa sakit, ia pergi ke meja dekat TV hotel mengambil selembar uang bernominal cukup besar.
"Aku gak tau model pembalut, [Name]."
[Name] berdecak sebal, ia mengambil ponselnya lalu menunjukkan sebuah gambar pembalut yang ia butuhkan saat ini.
"Beli yang ini! Gambarnya nanti kukirim."
Setelahnya, Ice hanya mengangguk dan segera beranjak pergi dari Hotel. Tenang, mereka ada dua kartu Hotel, kok.
Kebetulan sekali di dekat Hotel ada minimarket, jadi Ice tak perlu keparkiran untuk menyalakan mobil dan buang-buang bensin ke minimarket.
Walau sebenarnya dia ngerasa males banget buat jalan ke minimarket. Padahal, niat kesini kan kerja, kenapa dirinya malah jadi babu istri, sih? Tapi daripada istrinya itu ngamuk, mending dia iyain aja ya, kan.
Sampai di minimarket, Ice langsung menuju ke bagian pembalut, banyak jenis pembalut di sana, namun ia tak menemukan pembalut yang diinginkan oleh [Name].
Akhirnya, dengan rasa malu, terpaksa dia bertanya pada penjaga minimarket ini.
"Permisi Mbak, pembalut yang ini ada di mana, ya?" tanyanya dengan nada sedikit kecil nyaris tak terdengar oleh si mbak.
Untung si mbak ini pendengarannya lumayan.
"Oh, itu yang ini Mas." si mbak menunjuk ke arah tumpukkan pembalut yang ada di rak paling atas. Segera Ice mengambilnya dan mengucapkan terimakasih.
"Makasih,"
"Sama-sama. Buat pacarnya, ya, Mas?"
"Buat Istri, Mbak."
Si mbak membulatkan matanya kaget, sedikit tak percaya dengan yang diucapkan oleh Ice.
"Loh, saya kira Mas-nya masih bujang. Ternyata udah nikah, nikah umur berapa Mas?"
Ice melirik si mbak dengan malas, kenapa mbak di sebelahnya ini jadi SKSD alias Sok Kenal Sok Deket dengan dirinya?
"Umur 26, sehari sebelum ulang tahun ke-27."
"Walah, saya kira masnya masih umur 19-an, ternyata udah mau kepala tiga. Kenapa nikahnya gak pas ulang tahun aja, Mas? Kan jadinya gak double acaranya."
Ice mengangkat satu alisnya, dirinya benar-benar ingin segera beranjak dari minimarket, tapi kenapa kalah diajak ngobrol sama mbak-mbak minimarket ini?
"Istri saya gak mau, kalo digabung nanti vibes-nya beda katanya."
"Ooh, Mas-nya saya kira masih belasan tahun, terus nikah karena cewenya hamil duluan, kan banyak tuh akhir-akhir ini berita kayak gitu."
Ice menatap tak suka mbak minimarket ini, ya kali dia menghamili anak gadis orang sembarangan! Dia itu 'kan, bukan Taufan atau Solar yang suka memberi harapan kepada anak gadis orang.
Naudzubillah, batinnya.
"Udah punya anak belum, Mas?"
Waduh, ditanya.
Ice menggeleng, "belum."
"Oh gitu. Saya kira sudah punya dua anak. Mas-nya jarang ngasih jatah, ya?"
Pria itu sedikit kesal sekarang, padahal jelas-jelas dia selalu menyerang istrinya sampai pagi tak bisa bergerak, bisa-bisanya dibilang jarang ngasih.
Oke, daripada kesal, Ice memilih untuk segera ke kasir diikuti oleh si mbak minimarket.
"Saya mau bayar ini deh, nanti Istri saya ngamuk kalo kelamaan disini, Mbak."
"Atuh, kalo Istri ngamuk dicium aja atau dipeluk, biasanya kalo Istri lagi mens, Istri itu suka kalo Suaminya peluk-peluk gitu, percaya deh sama saya. Ini saya udah nanyain satu-satu cewek yang udah jadi istri orang di komplek, rata-rata jawabannya begini."
Mendengar saran dari si mbak, Ice hanya mengiyakan saja, daripada makin lama, ya, kan.
Dia langsung membayar lalu segera kembali ke Hotel.
_____
"Nih, pesenanmu."
"Lama banget, sih!? Aku udah nunggu dari tadi tau, haishh, kamu nyebelin banget, sih!"
Tiba-tiba, pikiran Ice kembali mengingat ucapan si mbak minimarket beberapa menit yang lalu.
Langsung saja, Ice memeluk wanitanya itu sambil menggesekkan pipinya ke pipi wanitanya. "Jangan marah-marah gitu, ganti dulu sana." Ujarnya.
[Name] mendengus, tadinya ingin marah, tapi karena Ice memeluknya tiba-tiba, [Name] kan jadi gak mau marah.
Dia lepaskan pelukan Ice, lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk ganti.
"Huh, makasih ya, BeBer ganteng."
... Ampuh ternyata, pikir Ice. Ice tak menyangka, ucapan si mbak minimarket itu benar-benar terbuktikan dan berhasil.
Sepertinya Ice harus berterimakasih pada si mbak minimarket.
______
Mbak minimarket-nya kayaknya udah pro banget, ya 😔 apa jangan-jangan mbaknya udah nikah terus punya anak?
Ya, chapter kali ini ga banyak Ice[Name] nya sih, lebih ke Mbak minimarket yang SKSD sama Ice.
Kayaknya mbak minimarket-nya tipe yang suka ikut ghibah, ngegosip bareng ibu-ibu komplek.
See u minggu depan, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
blue sea; b. ice [√]
Fiksi Penggemar❛❛BoBoiBoy Ice x Reader❜❜ 𝘚𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮, 𝘐𝘤𝘦 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘬𝘦 𝘭𝘢𝘶𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘸𝘢𝘳𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘳𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘫𝘪𝘬𝘢𝘭...