Selamat Membaca 😊
----
Hari minggu yang benar-benar tidak ada kegiatan apapun dan itu membuat gadis bermarga Choi itu bosan di rumah. Hyun Soo memutuskan untuk pergi keluar, bermaksud menghirup udara luar.Hari ini juga bertepatan dengan Taeyong yang persiapan untuk pertandingan sepakbola besok, Hyun Soo tidak ingin mengganggunya. Hyun Soo berjalan kaki sendirian.
Setelah lama berjalan kaki, Hyun Soo pun sampai di depan rumah sakit milik keluarga besarnya. Senyuman bangga terukir di bibirnya. Berkat mendiang sang kakek, rumah itu menjadi rumah sakit pilihan yang unggul.
Tujuan Hyun Soo bukan kesana, melainkan ke sebuah toko mainan yang berada di seberang rumah sakit. Namun, Hyun Soo harus menaiki anak tangga umum terlebih dulu. Tiba-tiba ponselnya bergetar.
"Ooh, Taeyong."
Hampir saja Hyun Soo berterika. Dengan cepat Hyun Soo menerima telepon tersebut.
"Ada apa, Taeyong?"
"Kamu tidak ada di rumah? Aku baru saja mampir ke rumahmu, tapi kamu tidak ada."
"Memang, aku mau ke toko mainan. Sepertinya ada lampu bagus di kamarku mau mati."
"Jangan lama-lama. Aku tidak mau kamu dilihat banyak orang. Kamu bisa di bawa kabur."
Terdengar suara tawa Hyun Soo yang terdengar cukup lirih. Tidak ada harapan untuk Taeyong bersikap melindungi, tapi Taeyong sendiri memberikan.
Hyun Soo berbalik arah, tapi posisinya masih di tempat yang sama. "Siapa ya kira-kira yang mau bawa kabur aku?" Hyun Soo pun menutupi mulutnya yang tertawa.
"Hei, jangan bergurau. Jangan macam-macam, bisa-bisa kuajak menikah sekarang, sudah siap?"
"Belum." Jawaban Hyun Soo diakhiri dengan tawa.
"Taeyong!"
Terdengar suara perempuan dari seberang sana. Hyun Soo menghapusnya tawanya, lalu berganti dengan kerutan kecil di keningnya.
"Siapa?" tanyanya.
"Oh itu pengantar minuman. Sudah dulu ya, aku mau main lagi." Taeyong langsung mematikan teleponnya.
Mendadak diam dan berpikir. Hyun Soo boleh menilai, ketika perempuan itu memanggil, terdengar mereka sudah saling akrab. Namun, Hyun Soo yang terlanjur menjadi budak cintanya Taeyong, tetap mempercayainya.
"Taeyong laki-laki yang setia," ujar Hyun Soo seraya memasukkan ponselnya kedalam tas.
Sepersekiam detik setelah Hyun Soo memasukkan ponsel, dari arah bawah terdapat seorang pria yang dikejar oleh pria yang lain. Sepertinya itu ada pencuri.
Brug ...!
"Aduh, Paman, perut Paman berdarah."
Pria itu mengalami perdarahan di area perutnya. Pria itu tidak sempat jatuh, sebab Hyun Soo berusaha menolongnya. Jaket putih tipis milik Hyun Soo tak luput dari darah.
"Paman harus ke rumah sakit. Ayo, saya antar."
Bergegas menuju rumah sakit milik keluarganya, sembari ditolong juga oleh beberapa orang yang tidak sengaja melintas di sana. Jarak rumah sakit yang dekat pun membantu pria itu untuk mendapat pertolongan segera.
Hyun Soo bernapas lega setelah pria tadi dibawa oleh petugas medis di rumah gawat darurat. Sekarang Hyun Soo menyadari bajunya penuh darah.
"Bau amis."
****
Kembali ke sekolah seperti biasanya. Hari ini ia dan teman-temannya akan menghadapi sekolah unggulan lainnya dalam pertandingan sepakbola. Namun, satu tantangan pagi muncul, Hyun Soo.