Selamat Membaca 😊
----
Belum sempat pulang ke rumah, Taeyong langsung pergi menuju sebuah taman, setelah tadi ia membuat janji bersama Na Ri untuk bertemu di taman kota. Ternyata Na Ri sudah datang lebih dulu.Langkah Taeyong mendadak berhenti ketika melihat Na Ri mengeluarkan ventolin inhaler dari balik saku caketnya. Taeyong dapat melihat dengan jelas, bahwa napas Na Ri sedikit tersengal.
Semenjak dekat dengan Taeyong, penyakit Na Ri lebih sering kambuh, Taeyong tahu hal itu dari ayah Na Ri dan Taeyong pun sering membuktikan hal tersebut. Terkadang Taeyong merasa iba pada gadis itu.
Setelah Na Ri sedikit membaik, Taeyong kembali melangkah dan mendekati Na Ri. Ketika melihat Taeyong, Na Ri pun langsung bangkit dari duduknya untuk menyambut kedatangan Taeyong.
"Sebagai seorang perempuan, jangan seperti itu, seharusnya kamu datang lebih lambat dariku. Kalau seperti ini, kamu terlihat seperti wanita gatal," ujar Taeyong.
Senyuman Na Ri menyembunyikan sakit hatinya karena perkataan Taeyong. Kalimat itu sungguh tajam baginya, tapi Na Ri mencoba untuk sabar dan tetap tersenyum.
"Terserah saja, yang penting aku sayang sama kamu. Ada apa?"
Taeyong pun menunjukkan wajah malasnya di hadapan Na Ri. Jika bukan karena kasus hilangnya sang ayah, Taeyong akan sangat malas bertemu Na Ri.
"Aku tidak mau lama-lama bersamamu. Di mana ayahmu menyembunyikan ayahku?" tanya Taeyong.
Na Ri sedikit terkejut, ternyata Taeyong mulai tidak tahan dengan rasa penasarannya. Dengan begitu Na Ri akan semakin cepat untuk bisa merebut Taeyong dari Hyun Soo.
"Seberapa besar keinginanmu itu?" Na Ri seolah menantang Taeyong.
"Ini sangat besar, jadi katakan di mana ayahku berada."
"Rupanya kamu segera ingin melepaskan Hyun Soo," ucap Na Ri.
Angkuhnya Taeyong mulai tampak dari raut wajahnya. Menunjukkan bahwa dirinya lebih tinggi dari Na Ri. Taeyong mencoba tidak terpancing dengan perkataan Na Ri.
"Kalau aku tahu apa masalah sebenarnya, aku akan lebih mudah untuk bisa mendapatkan Hyun Soo."
"Kamu lupa kalau ayah kamu sudah setuju dengan kesepakatan itu?"
"Aku yakin ayahku tidak bersalah. Ayahku adalah korban atas kasus yang dialami oleh rumah sakit keluarga Choi."
Merasa tidak mau kalah, Na Ri pun memutar otak agar Taeyong terus berada di pusaran rencananya. Bukan karena ia egois, tapi dirinya dan juga keluarganya adalah korban dari ayah dan kakeknya Taeyong.
"Kamu tidak tahu kronologis yang sebenarnya. Tapi ... aku akan menceritakan semuanya, kalau kamu-"
"Meninggalkan Hyun Soo?" tanya Taeyong. "Tentu saja tidak. Melepaskan Hyun Soo sama saja aku bunuh diri," sambungnya.
"Kamu terlalu sombong, Taeyong. Kalau Hyun Soo bersamamu, kamu akan membahayakan nyawa ayahmu dan juga nyawa Hyun Soo."
"Apa maksudmu? Kamu dan ayahmu akan membunuh ayahku dan Hyun Soo? Kalau benar terjadi, aku tidak akan bertemu dengan lagi," ucap Taeyong.
"Kamu hanya gadis murahan yang mengancamku, menculik ayahku untuk mendapatku. Murah," cibir Taeyong seraya menekan bahu Na Ri dengan jari telunjuknya.
Tak habis pikir dengan perkataan Taeyong. Mulut Na Ri ingin meneriaki Taeyong dengan cerita yang sebenarnya. Dada Na Ri bergemuruh, matanya memerah dan memanas.
"Saat kamu sudah tahu nanti, kamu akan malu karena sudah mengatakan itu. Awalnya aku tidak mau merusak hubunganmu dengan Hyun Soo, tapi aku adalah korban."