Vote dulu ya, sebelum baca.
Makasih.___________________
Sudah menepuk punggung Chivar, berusaha mendorong dadanya, bahkan mencubit otot bisepsnya. Namun, akhirnya Webhi menyerah karena pria itu masih bertahan memagut bibir dengan gerakan lembut berangsur menuntut. Sampai satu ide terlintas di kepala untuk menyudahi ciuman yang membuat paru-parunya kekurangan oksigen.
"Awh!" Memekik terkejut, Chivar menarik diri saat sang istri memberi gigitan di bibir bawahnya. "Sakit, Bhi ...," katanya meringis.
Webhi yang sibuk memberi pasokan udara ke paru-paru, hanya mendengkus sebelum terkekeh geli melihat ringisan kecil di wajah sang suami. Ia gunakan jarinya mengusap pelan bibir bawah Chivar yang tampak memerah, lalu merapikan rambut yang terlihat jatuh ke mata.
"Aku udah sesek napas, Chi."
"Masa sih, baru juga dua detik."
"Dua detik kamu bilang!"
Chivar tertawa saja mendengar itu. Posisinya masih mengurung tubuh Webhi, membiarkan wajah mereka sejajar saat bicara. Dengan tubuh yang hanya berselimut kain halus, Chivar mulai beringsut. Mendekap wanita itu bak bocah yang mencari kehangatan seorang ibu. Ia lingkarkan lengan pada pinggang ramping Webhi sebelum merasakan tangan sang istri ikut membalas pelukannya di punggung.
Sejenak, mereka biarkan kebisuan merajai. Merasakan bagaimana detak jantung yang bertalu mulai tenang seiring napas yang memburu terasa berirama.
"Katanya ada masalah sama tanah Kakek, ya?"
Seperti yang kita ketahui, Webhi bukan manusia yang pintar basa-basi. Namun, mulai hari ini ia akan berusaha membangun obrolan dengan pria dalam dekapannya. Mencoba membuka diri untuk menyambut orang asing sebelum benar-benar membuat ruang baru dalam hatinya.
Setelah pertanyaan yang mungkin membingungkan Ardaf ia gaungkan. Webhi merasa sedikit beban hatinya perlahan pudar. Ia sama sekali tak penasaran dengan jawaban Ardaf, sebab melihat gurat kebingungan dari kedua alis yang bertaut, sudah cukup baginya untuk tahu kalau pria itu benar-benar tak sedikit pun melihatnya sebagai seorang wanita.
Jadi, Webhi rasa ia harus fokus membenahi hati sebelum ada orang lain yang menempati. Tak apa-apa meski kondisinya benar-benar belum rapi.
"Minggu depan aku ke Bintaro, Bhi."
"Apa masalahnya serius?" Menggerakan ragu jemarinya, Webhi usap lembut punggung Chivar hingga merasakan tubuh pria itu makin erat mendekapnya.
"Lumayan." Chivar tersenyum. Memejamkan mata saat usapan itu berulang kali ia rasakan. "Kamu nggak tau, ya. Tahun kemarin Kakek wakafin tanah di Bintaro buat TPU."
Webhi hanya menggeleng. Ia rapikan rambut Chivar yang menyentuh dagu, lalu membiarkan tangannya jatuh pada biseps yang basah karena keringat.
"Jadi, kemarin salah satu ahli waris tanah itu gugat Kakek. Katanya tanah itu nggak sah dijual karena dia nggak pernah ngerasa tanda tangani surat jual belinya," mula Chivar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seatap (tak) Sehati ✔️
General Fiction•TAMAT• •COMPLETED• ⚠️bijaklah dalam memilih bacaan⚠️ Pasangan aneh, yang satu menikah karena warisan dan satunya lagi menjadikan itu alasan untuk mengalihkan perasaan. Lantas, bagaimana narasi panjang yang penuh tawa dan kecewa dalam kelu...