Jangan lupa, vote and komen.
______________
******"A day in my life!" Mengangkat handle camera ke depan wajah, Zoya menyengir lebar saat melihat Webhi yang sedang duduk di hadapan pot tanah liat berisi bibit tanaman hias, terkejut karena pekikannya. "Aku mau ngevlog di taman bunga Kak Webhi, ya?"
Mendengkus samar sebelum mematri segaris senyum tipis, Webhi mengangguk saja menanggapi permintaan adik iparnya. Chivar yang harusnya pulang dua hari lalu, memberi kabar kalau masalahnya belum selesai. Kemudian, mengatakan jika Zeya dan Zoya akan datang untuk menemani. Padahal, selama ini Webhi merasa baik-baik saja jika sendiri. Bahkan untuk orang introver sepertinya, keadaan yang jauh dari keramaian memang menjadi bagian favorit. Namun, karena Zeya dan Zoya begitu antusias ingin menginap selama Chivar di luar kota, Webhi bisa apa selain menerima. Tak mungkin ia menyuruh dua gadis aktif itu pulang. Meski beraura seperti Maleficent, tetapi hati Webhi juga tak sekejam itu.
"Kak Webhi! Aku cuma nemu yang ini!" Dari kejauhan, Zeya berteriak sambil mengangkat alat penyiram tanaman berwarna hijau tua.
Hal itu membuat Webhi kembali terkejut. Refleks menoleh pada gadis yang memakai baju serupa dengan gadis di sampingnya, Webhi tersenyum melihat Zeya berlari layaknya bocah berumur lima tahun. Di rumah keluarganya, sangat jarang sekali terjadi kebisingan seperti ini.
Meski sebenarnya, Webhi tak perlu merasa heran dengan sikap dua gadis kembar itu. Karena terkadang, Chivar juga berisik dan kerap bicara tak tentu arah. Namun, tetap saja dihadapkan dua orang baru dengan sikap yang hiperaktif membuat Webhi harus terbiasa dengan 'kejutan' tak terduga.
"Kak Webhi biasa siram bunganya pakai apa?"
Sementara Zoya mulai sibuk berbicara dengan kameranya, Zeya yang mungkin sedikit lebih kalem minta diajari cara bagaimana merawat tanaman hias.
"Langsung dari selang air."
Zeya mengangguk-angguk paham sambil melihat selang air di dekat pagar tanaman. "Kalau begitu ngapain Zeya ambil ini, ya?" katanya seraya melihat tangan yang masih menenteng alat penyiram. "Harusnya langsung dari selang aja."
Webhi tak tahan untuk tak terkekeh geli, melihat wajah kebingungan bercampur sedikit kesal dari gadis berambut sebahu itu. "Kan, Mbak bilang kita mau siram tanaman bukan suruh kamu ambil alat itu."
Menyengir mendengar ucapan kakak iparnya, Zeya mulai mengikuti langkah Webhi masuk ke dalam barisan pot tanah liat dan beberapa vas bunga yang berbanjar rapi pada papan kayu di sana. "Hmmm ... Kak? Devan panggil Kak Webhi pakai sebutan Mbak, ya?"
Webhi mengangguk, ia berjongkok saat melihat ada beberapa bunga yang layu. Kemudian menoleh pada gadis yang tadi bertanya. Raut wajah Zeya berubah malu-malu sebelum berdeham saat tatapan mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seatap (tak) Sehati ✔️
General Fiction•TAMAT• •COMPLETED• ⚠️bijaklah dalam memilih bacaan⚠️ Pasangan aneh, yang satu menikah karena warisan dan satunya lagi menjadikan itu alasan untuk mengalihkan perasaan. Lantas, bagaimana narasi panjang yang penuh tawa dan kecewa dalam kelu...