Di Luar Prediksi

708 74 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya :) Boleh banget follow penulis biar tambah semangat update-nya :)

Enjoy!

_______________________________________________________________________________

Wanita berparas cantik itu keluar dari mobil yang ia kendarai. Dia melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan. Dress tanpa lengan dengan panjang di atas lutut dengan motif bunga-bunga nampak membuatnya semakin terlihat ceria. Dengan belahan dada yang sedikit rendah, tulang selangkanya nampak menonjol dan membuatnya semakin percaya diri.

Dia mengayunkan kaki memasuki gerbang rumah yang tak terkunci. Senyuman juga nampak tersungging di wajahnya. Dia kemudian berhenti tepat di depan pintu rumah dan memencet bel yang ada di sebelah kanan pintu berwarna putih itu. Dia mengibaskan rambutnya ke belakang dan menatap ke sekelilingnya. Kemudian senyuman sinis tercipta dengan sendirinya.

"Ada apa?"

Melly menoleh dan menatap seorang pria yang baru saja membuka pintu rumah. Wajah pria itu semakin tampan di matanya. Melly tersenyum manis dan melihat rambut acak-acakan sang pria dengan tatapan maklum.

"Aku cuma ingin bertemu denganmu. Memangnya salah, ya?" tanyanya dengan ekspresi wajah yang tiba-tiba berubah menjadi kecewa.

Pras menghela napas. Matanya menatap penampilan Melly dari kaki sampai kepala. Wanita itu semakin berani berpenampilan seksi di depannya setelah mengundurkan diri dari perusahaannya.

Wajah Pras nampak sedikit tidak suka dan Melly jelas dapat menangkap gurat itu. "Atau sebaiknya aku pulang aja," kata Melly.

"Tunggu!" Pras dengan cepat menahan tangan Melly.

Wanita itu sudah berbalik namun Pras berhasil membuat senyuman di wajah Melly kembali terukir. Dengan cepat Melly kembali menghadap ke arah Pras dan kembali mengubah ekspresi wajahnya menjadi sedih dan juga kecewa. Pras terdengar menghela napas dalam.

"Nggak gitu! Cuma..." Pras menoleh ke belakang dan menatap ruang tamu yang nampak sepi. "Aku lagi di rumah sendirian, aku nggak mau ada yang lihat kita hanya berdua aja di sini," lanjutnya.

Melly membuang napas pelan. "Aku nggak akan masuk kalau kamu nggak ngasih izin."

Pras menggaruk tengkuknya. Sementara Melly, wanita itu melirik pergelangan tangannya yang masih di pegang oleh Pras.

"Maaf," ucap Pras sembari melepaskan tangan Melly dengan cepat.

Melly tersenyum dan mengangguk. "Nggak apa-apa," jawabnya.

"Masuklah! Kebetulan ada yang ingin aku katakan padamu," kata Pras pada akhirnya.

Melly mengangguk dan segera mengekor di belakang Pras. Dia duduk di sofa yang ada di rumah tamu rumah Pras. Matanya menatap ke arah dinding di depannya. Di sana tergantung sebuah pigura foto berukuran besar. Foto pernikahan Pras dan Tamara ada di sana. Melly tersenyum tidak suka.

"Aku ambilkan minum sebentar," ucap Pras.

Melly hanya menatap punggung Pras. Dia meletakkan tas dan juga kacamatanya di atas meja. Matanya kembali bergerak mengitari seluruh penjuru ruangan. Kemudian dia melihat pigura-pigura kecil yang berjejer di atas meja. Tanpa melihat lebih dekat, Melly sudah bisa menebak foto siapakah yang ada di sana.

"Tangan gue rasanya udah nggak sabar buat nurunin pigura-pigura sialan itu!" batinnya.

Tak lama berselang Pras kembali ke ruang tamu dengan nampan di tangannya. Dia membungkuk di depan Melly dan meletakkan dua gelas cangkir berisi teh hangat. Melly kemudian tersenyum semanis mungkin.

"Terima kasih! Seharusnya kamu nggak perlu repot-repot kayak gini, Pras," katanya terdengar lembut.

Pras meletakkan nampan dan duduk di sofa yang terpisah dari Melly. "Udah sewajarnya aku ngasih minuman ke tamuku," jawabnya dengan nada tenang.

Melly nampak tidak suka dengan kalimat balasan itu. Dia hanya mengangguk saja. Tangannya meraih cangkir itu dan meminum tehnya dengan gerakan anggun. Pras mengamati Melly. Kemudian matanya menghindar kala tak sengaja Melly juga menatapnya. Sayangnya Melly menyadari tatapan Pras.

"Kenapa kamu lihat aku kayak gitu? Kamu kangen aku?" tanyanya dengan nada sedikit manja.

Pras meneguk ludahnya dan menggelengkan kepalanya. "Nggak! Bukan gitu! Cuma rasanya aneh lihat kamu pakai baju seksi kayak gini." Pras kemudian tergagap saat menyadari kata 'seksi' baru saja keluar dari mulutnya. "Ma- maaf maksud aku, bajumu nggak kayak biasanya," ucapnya.

Melly terkekeh. "Nggak apa-apa! Aku sengaja pakai baju ini buat ketemu kamu," jawabnya.

"Oh!" Pras hanya mengangguk tanpa mau memperpanjang obrolan mengenai pakaian yang dikenakan oleh wanita di depannya itu. "Aku mau ngomong soal pengunduran diri kamu," lanjutnya.

Melly menaikkan alisnya tinggi. "Aku rasa surat itu udah jelas."

"Ya, tapi aku cuma nggak paham dengan alasan kamu mengundurkan diri secara mendadak. Padahal kamu tahu kalau semua jadwalku selama satu minggu kemarin masih kamu pegang. Dan itu semua adalah hal penting, Mel. Aku nggak bisa nemuin jadwalku di komputermu." Pras nampak tidak suka.

"Ah, ya! Aku lupa," ucap Melly dengan wajah pura-pura menyesal. "Jadwal kamu ada di tab aku." Dia menghela napas dalam. "Aku juga lupa kirim email ke kamu seperti biasanya," lanjutnya.

Pras memijat keningnya. "Dan alasan kamu mengundurkan diri karena ingin meriah impian kamu yang lain?" Pras nampak mengingat kalimat yang tertera di surat pengunduran Melly.

"Hm!" Melly mengangguk. "Aku mau memulai sebuah bisnis dan aku perlu bantuan kamu," jawabnya.

"Apa?" tanya Pras.

"Aku butuh suntikan modal untuk buka toko baju, apa kamu bisa bantu aku?" tanyanya dengan wajah memelas.

Pras menghela napas dalam. "Kita bicarakan hal itu nanti. Aku perlu memikirkannya dulu. Dan kamu pasti tahu kondisiku yang sedang kacau sekarang."

Melly mengangguk paham. "Ya, aku paham! Maaf..." Melly menatap Pras dengan wajah sendu. "Seharusnya aku bicara dengan kamu tentang rencana pengunduran diriku. Tapi aku takut menganggu rumah tanggamu. Tapi..." Melly kemudian melirik cangkir tehnya sejenak sebelum kembali menatap pria tampan itu. "Sepertinya aku justru membuatmu berpikir kalau aku sedang merencanakan mengajak Tamara pergi darimu sehingga aku bisa kembali menggodamu. Untuk alasan itu makanya aku datang ke sini, Pras."

Pras mengerutkan keningnya dalam. Semuanya di luar prediksinya. Dia nampak terkejut dengan penuturan Melly. Dia teringat dengan pesan singkat yang ia kirimkan. Dia menuduh Melly. Kemudian ada sedikit rasa bersalah yang kini nampak di wajahnya.

"Eum... maaf kemarin aku menuduhmu," ucapnya sambil menatap meja di depannya. "Aku cuma kalut karena istriku pergi dari rumah setelah dia bercerita kalau dia bertemu denganmu."

Mata Melly membulat. Dia menutup bibirnya dengan telapak tangannya. Pras menatap Melly yang nampak terkejut. Wanita itu menggeleng dengan cepat dan seakan tak percaya dengan apa yang Pras katakan padanya.

"Aku nggak ketemu Tamara, Pras. Apa dia..." Dia nampak menatap Pras dengan wajah bingung. "Udah berbohong sama kamu?" tanyanya.

Pras terdiam. Dia menatap Melly selama beberapa saat. Melly terlihat serius dan hal itu jelas membuat Pras merasa bingung. Dia mengangkat bahunya dan menggelengkan kepala pelan.

"Aku nggak tahu," ucapnya pelan.

Melly membuang napas pelan. Dia menampilkan wajah sedihnya. Wanita itu dengan berani beranjak dari kursinya dan duduk di samping Pras yang sedang menunduk dan memijit keningnya.

"Aku turut sedih, Pras." Dia menepuk punggung Pras pelan. "Awalnya aku berpikir bisa merebut kamu dari istrimu. Tapi aku sadar kalau aku nggak bisa melakukan itu."

Pras menoleh dan melihat mata menyesal yang Melly perlihatkan padanya. Dengan cepat rasa bersalah menjalar di hatinya. Dia sudah menduga sebelumnya.

"Maaf, selama ini aku mungkin udah banyak bikin kamu sakit hati. Parahnya kemarin aku udah berpikiran buruk tentang kamu. Entahlah, Mel..." Pras menghela napas dalam. "Istriku membuatku bingung," lanjutnya.

TerberaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang