ABP 8

178 21 3
                                    

"Ini serius, Ra?"

"Serius, Kang."

"Yaa baru aja Ry Digital Printing rame lagi, ehh kamu malah pergi."

"Ry Digital Printing rame bukan karena aku kali, Kang. Design Kang Levi yang bikin Ry Digital Printing rame. Ohh iya titip salam ya buat Fardan sama Anto."

"Siap, nanti aku sampein." Tutup Levi. Sambungan telepon pun terputus.

"Lev, yang namanya Tiara mana ya?" Anita yang baru saja tiba itu segera menghampiri Levi.

"Tiara udah resign, Teh?!"

"Kapan? Cari muka amat itu anak. Sok cantik, muka standar juga. Sok-sokan godain suami orang. Nggak tahu malu banget." Cerocos Anita, beruntung kantor masih sepi. Anto yang baru datang memberi kode, Levi hanya angkat bahu. Setelah puas meluapkan kekesalan, Anita pergi begitu saja dari kantor Ryan tersebut.

"Tiara cabut?" Tanya Fardan yang tadi datang bersama Anto.

"Iya." Angguk Levi.

"Ada masalah apa? Kok bau-baunya kayak tentang perselingkuhan." Ujar Anto.

"Salah paham mungkin." Jawab Levi.

Anita masuk ke dalam mobil, ia lalu meminta sopir mengantarnya ke rumah Sarah, kakaknya.

Anita mendengus, ia sangat kesal. Semalam saat Ryan pulang, suaminya itu langsung menghardiknya. Meminta dia menarik ucapan pada Tiara bahkan menuntut Anita meminta maaf.

"Emang aku ngomong apa?" Tanya Anita tidak mengerti. Karena ia merasa tidak bicara yang tidak-tidak pada Tiara.

"Apapun, tolong cabut. Tiara tidak seperti yang kamu pikirkan."

Dan Anita pun meradang. Hatinya sakit, suaminya lebih mementingkan perasaan perempuan lain daripada istrinya sendiri.

***

Selepas menutup telepon pasca menelepon Levi, ponsel Tiara kembali berdering. Dari nomor telepon milik Risa. Tiara segera mengangkat panggilan suara tersebut, tapi kerutan di dahinya tampak nyata saat yang berbicara bukan Risa melainkan seorang laki-laki. Laki-laki tersebut mengabarkan Risa dan Siena kecelakaan dan kini sedang berada di rumah sakit. Ponsel Tiara terlepas begitu saja.

"Lev, Tiara mana?" Ryan tadi pagi sempat mampir di usaha carwashnya terlebih dahulu sebelum ke Ry Digital Printing. Dan ketika sampai, ia langsung mengernyitkan kening melihat meja kasir masih kosong. Ia pun teringat ucapan Tiara kemarin sore.

"Resign, Ko."

"Resign?" Ulang Ryan memastikan.

"Iya, Ko."

Ryan segera mengeluarkan ponsel tapi panggilannya tidak tersambung. Ra, angkat dong.

"Lev, coba kamu yang hubungi Tiara."

"Iya, Ko." Levi segera menghubungi Tiara, setelah beberapa kali hasilnya tetap sama, tidak tersambung juga. "Nggak dijawab, Ko. Padahal baru aja kita teleponan." Terang Levi.

Trauma tiba-tiba Tiara pergi dan menghilang begitu saja, Ryan segera beranjak pergi menunju sebuah alamat.

"Assalamu'alaikum...." Sudah kesekian kalinya Ryan ucapkan salam tapi tetap tidak ada sahutan.

"Mau ke siapa, Kang?" Tanya ibu paruh baya yang keluar dari rumah tepat di samping rumah Tiara.

"Tiara."

"Neng Tiara baru aja pergi. Mau ke rumah sakit katanya. Siena sama pengasuhnya kecelakaan."

"Hah?! Rumah sakit mana ya, Bu?" Ryan panik mendengar kabar tersebut.

"Denger-denger central hospital."

"Oiya, terima kasih banyak." Ucap Ryan yang bergegas kembali ke mobilnya lalu melajukan kendaraannya itu dengan kecepatan di atas rata-rata untuk seukuran di dalam kota.

***

"Nit...." Sarah menguatkan adiknya itu. Sudah berulang kali dia ingatkan Anita untuk tidak bersikeras masuk ke kehidupan Ryan. Karena semenjak awal, Sarah melihat hanya adiknya yang menyimpan cinta dan siap berjuang. Tapi tidak dengan Ryan, Sarah curiga Ryan mempunyai masa lalu yang belum selesai.

"Teteh...." Isak Anita.

"Yang kuat, kasian bayi kamu." Bisik Sarah.

"Teh...." Anita berhambur memeluk kakaknya itu. Tidak lama kemudian dia meringis kesakitan.

"Nit, kamu kenapa?" Sarah mulai khawatir.

"Perut aku, Teh." Keluh Anita.

"Ya ampun. Ayo kita ke rumah sakit." Putus Sarah. Sarah lalu membantu Anita, ia memapah adiknya itu masuk ke dalam mobil mewah milik Ryan.

Ryan sampai di Central Hospital. Segera dia kebagian informasi untuk mencari tahu. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Ryan berjalan menuju sebuah ruangan. Dari kejauhan Ryan melihat Tiara tengah duduk lemas dengan kepala tertunduk.

"Ra?!" Lirih Ryan. Tiara mengangkat wajahnya perlahan. "Siena...?!" Tiara bungkam. Ryan lalu ikut duduk di samping Tiara. Tiara bergeming.

Lama mereka menunggu sampai akhirnya seorang dokter menghampiri mereka. Tiara segera berhambur menghampiri dokter tersebut diikuti Ryan.

"Dok, gimana anak saya?" Tanya Tiara panik, langkah Ryan terhenti. Anak saya?

"Pasien Siena kehilangan banyak darah. Dia butuh transfusi darah. Tapi kebetulan persediaan darah di PMI sedang kosong." Papar dokter tersebut.

"Gimana ini?" Tiara kalut. Melihat itu Ryan segera buka suara.

"Golongan darah Siena apa? Periksa darah saya, kalau cocok ambil aja sebanyak-banyaknya." Dokter menatap Ryan sebentar, ia lalu meminta suster memeriksa golongan darah Ryan.

Cocok, golongan darah keduanya cocok dan kini Ryan tengah mendonorkan darah untuk Siena.

Tiara menunggu dengan perasaan tidak menentu. Hatinya benar-benar kalut. Ifan masih belum bisa dihubungi, Tiara berlinang air mata. Tiara terus mondar mandir tepat di depan ruang tindakan medis Siena. Ryan yang baru selesai, segera menghampiri.

"Ra...." Tiara lemah, sekuat-kuatnya ia selama ini, Tiara akhirnya menyerah. Ia memeluk Ryan yang kini berdiri di sampingnya. Mendapat pelukan Tiara secara tiba-tiba membuat Ryan terkesiap. Tapi beberapa detik kemudian, dibalasnya pelukan Tiara.

Tiara menangis sejadi-jadinya di pelukan Ryan. Ia menumpahkan segala beban yang selama ini ia pikul seorang diri. 

"Ra, benar Siena bukan anak kita?" Tiara bergeming, ia malah mempererat pelukannya. Merasakan itu Ryan mengecup kening Tiara penuh kasih.

***

Tamat di KaryaKarsa
🤗

Masa lalu mereka dan juga yang terjadi setelah banyak kejadian, ada di part ini ya?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa lalu mereka dan juga yang terjadi setelah banyak kejadian, ada di part ini ya?!

Happy Reading ❤️

Aku Bukan Pelakor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang