ABP 6

133 20 9
                                    

"Pagi Siena." Sapa Ryan pada Siena yang tengah berdiri di teras rumah Tiara.

"Om?!"

"Mau berangkat sekolah?" Tanya Ryan sembari membungkuk, mensejajarkan tinggi dengan Siena.

"Iya, Om." Angguk Siena.

"Om anterin yuk?!"

"Siena... Ay...." Langkah Tiara terhenti melihat Siena kini tengah bersama seseorang. "Ko?!"

"Yuk, kamu mau ke kantor kan? Sekalian kita antar dulu Siena ke sekolahnya." Ujar Ryan.

"Hmmm..."

"Ayo Siena, nanti kita terlambat." Ajak Ryan. "Siena mau di depan atau di belakang?" Tanya Ryan kemudian.

"Di depan."

"Oke."

Siena tampak begitu senang bisa sekolah diantar mobil. Ifan, kakak Tiara memang hanya memiliki sepeda motor matic saja.

"Siena suka lagu apa?"

"Lagu...... Aku mau ke Mekkah, ada?"

"Yang kayak gimana?"

Siena pun bernyanyi-nyanyi, Ryan tersenyum lebar. Dielusnya kepala Siena penuh kasih.

"Ra, tolong carikan lagu yang dimaksud Siena." Titah Ryan sembari menyodorkan ponselnya pada Tiara.

"I-ya." Tiara terbata sembari menerima ponsel keluaran terbaru itu.

Sepanjang jalan kini mereka ditemani lagu kesukaan Siena. Ryan malah mengantar hingga ke depan kelas, Tiara meringis sedang Risa semenjak tadi ia mengernyitkan kening.

"Mbak, ini nomor telepon saya. Ada apa-apa sama Siena kabari saya juga ya." Risa melirik Tiara. "Mbak?!" Ulang Ryan penuh penekanan.

"Iya, Pak." Angguk Risa.

"Yuk, Ra." Ajak Ryan sembari mempersilakan Tiara berjalan lebih dulu.

"Iya. Risa titip ya?!" Pesannya pada Risa.

"Iya, Teh."

Mereka berjalan bersampingan bak pasangan suami istri yang baru saja mengantar anak mereka sekolah.

"Ko, Siena bukan anak kita." Cicit Tiara sesaat setelah keduanya masuk ke dalam mobil.

"Kita ke kantor sekarang ya, udah siang."

"Ko...." Ryan melajukan kendaraannya. Meski ia tidak suka Tiara ucapkan kalimat tadi, tapi sudut bibirnya tetap terangkat saat tahu Tiara mengakui, pernah terjadi hubungan di antara mereka.

***

Tiara tengah sibuk melayani transaksi customer saat Ryan menuruni anak tangga. Ry digital printing hari ini ramai. Bukan hanya Tiara tapi juga Fardan dan Levi ikut sibuk melayani customer yang hendak membuat media promosi usaha mereka. Ada juga yang hendak membuat handtag untuk souvenir acara spesial mereka.

"Saya keluar kantor dulu." Pamitnya pada Tiara. Tiara melirik sekilas, mengangguk.

"Si bos ke mana?" Tanya Fardan.

"Keluar." Jawab Tiara singkat.

"Tumben nggak makan siang di kantor. Padahal udah ngarep ditraktir lagi sama si bos." Seloroh Fardan Levi geleng-geleng kepala.

"Dasar." Seru Tiara, Fardan nyengir.

"Hai...." Sapa Anita yang baru sampai itu.

"Teh...."

"Rame kayaknya?"

"Lumayan, Teh. Alhamdulillah."

"Alhamdulillah."

Aku Bukan Pelakor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang