ABP 2

189 20 2
                                    

"Kang..." Tiara menghampiri Levi.

"Kenapa, Ra?"

"Maaf kayaknya aku nggak jadi kerja, mau ngundurin diri aja." Ujar Tiara, Levi menelan saliva.

"Kok?! Ra, si bos emang gitu kok, jangan diambil hati. Dia emang pengen usaha ini cepet tutup. Please bantu kita, nggak lama kok cuma sebulan aja." Cerocos Levi. Karena dia berpikir Tiara berubah pikiran dampak setelah bicara dengan sang bos.

"Hmmm...." Tiara serba salah. Karena sebenarnya dirinya juga butuh pekerjaan. Tabungannya sudah menipis. Lumayan gaji di tempat itu meski hanya untuk satu bulan bisa menyambung hidupnya satu bulan kemudian.

"Iya, Ra. Bantuin kita. Atau kalau emang nggak betah minimal bantuin kita seminggu ini aja." Cetus Fardan ikut buka suara.

"Ehh..." Levi langsung mendelik.

"Daripada nggak ada yang bantuin sama sekali." Ujar Fardan tidak mau kalah. "Sambil nyari yang mau bantuin." Tambahnya.

"Iya, Ra." Levi akhirnya mengangguk. Mengamini kata-kata Fardan.

"Please, Ra. Seminggu aja deh kalau nggak mau sebulan." Fardan mengiba.

Setelah menimbang akhirnya Tiara setuju. Pertama dia tidak enak hati pada Levi, kedua rasanya meja kasir memang butuh dirinya saat ini.

"Nah gitu dong, yuk ahh kerja." Seru Levi.

"Halo....." Sapa Anto sembari membuka helm.

"Hmm juragan baru datang." Sindir Fardan.

"Sorry, motor ngadat jadi diajak jajan dulu ke bengkel. Ehh ini siapa?"

"Tiara, kasir kita sekarang." Jawab Levi.

"Akhirnya ada kasir lagi. Hai, Anto." Anto segera mengajak Tiara berkenalan.

"Tiara."

"Semoga betah."

"Yaitu nggak betah, abis ngomong sama si bos langsung pengen cabut lagi." Bisik Fardan.

"Si bos anggap nggak ada aja." Timpal Anto asal. Tiara nyengir. "Kalau gitu gue ke ruang cetak dulu ahh." Pamitnya sembari berlalu.

***

"Nit, kamu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa."

"Teteh kan sempet bilang, cewek mah mending dicintai daripada mencintai. Berjuangnya berat." Anita mengulas senyum tipis. "Ya udah ayo kita daftar aja." Sarah menggandeng adiknya itu ke bagian pendaftaran.

***

Setelah meja rapi, Tiara mulai membuka file-file yang sempat dibisiki Levi agar ia periksa. Tiara larut dalam pekerjaannya.

Ryan yang semenjak tadi seperti dalam mimpi itu memutuskan keluar ruangan. Di anak tangga dia perhatikan meja kasir yang kini terisi. Ia tidak sedang bermimpi, karena jelas-jelas Tiara yang ia cari selama ini memang ada di sana, tengah duduk bekerja di depan komputer.

"Butuh bantuan?" Tanya Ryan sembari menghampiri Tiara. Fardan dan Levi membulatkan mata dengan mulut terbuka. Tiara menoleh sebentar lalu menggeleng. "Ada kendala, Lev?"

"Nggak, Ko."

"Yang belum beres apa aja?"

"Lumayan banyak, salah satu media kampanye itu, Ko."

"Ohh iya. Kerjain."

"Siap, Ko."

"Anto sendiri?"

"Iya, Ko."

Aku Bukan Pelakor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang