"Siapa Papa anak itu?" Tanya Ryan dengan tatapan menusuk bola mata Tiara.
"Ya Papa nya." Jawab Tiara, bingung harus mulai cerita dari mana.
"Berapa umur anak itu?"
"Empat tahun."
"Sudah sekolah?"
"Sudah, paud."
"Kenapa kamu sembunyikan dia selama ini dari saya?"
"Saya....."
"Sebegitu ingin kamu hapus memori tentang kita? Ra, dia anak saya juga." Potong Ryan, sengit.
"Ko....."
"Pisah sama suami kamu sekarang dan saya akan langsung nikahin kamu. Kita besarin anak kita sama-sama." Tiara menggeleng. "Kenapa?"
"Nggak usah kok, Siena...." Kalimat Tiara terpotong karena ponsel Ryan berdering.
"Ryan, Anita pingsan." Ujar sang penelepon di ujung sana. Ryan mendengus.
"Saya permisi dulu." Pamit Tiara sesaat setelah Ryan menutup telepon. Karena Tiara merasa ada sesuatu yang terjadi di ujung telepon sana.
"Tunggu." Ryan mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya. Sebuah kartu ATM. "Pegang ini untuk keperluan Siena."
"Ko, nggak usah." Tolak Tiara, menggeleng.
"Saya papanya." Tegas Ryan. Tiara kembali menggeleng. Ryan mengerutkan dahi saat melihat gelengan kepala Tiara. Ia tersinggung. "Perlu saya ceritakan ulang bagaimana malam itu biar kamu ingat? Sepertinya kamu lupa." Ujar Ryan kesal. "Ambil." Titahnya sembari memajukan jemari yang sedang memegang kartu ATM tersebut. Tiara menerima dengan perasaan tidak karuan. "Dan jangan halangi saya untuk bertemu anak saya." Pungkas Ryan. "Saya keluar dulu." Pamit Ryan sembari tergesa meninggalkan ruang kerjanya.
Tiara berjalan gontai sembari menatapi kartu ATM Ryan yang kini ada pada dirinya.
"Ra, kamu udah punya anak? Kamu udah nikah?" Cerca Fardan sekembalinya Tiara ke meja kerjanya. Levi tampak menyimak.
"Bukan. Dia bukan anak aku."
"Hah?!"
"Dia anak kakak aku. Mamanya meninggal pas melahirkan dia. Pendarahan hebat. Nah semenjak itulah Siena udah aku anggap anak aku sendiri." Terang Tiara. Fardan dan Levi mengangguk paham pada akhirnya.
"Kakak kamu papanya Siena apa mamanya Siena?" Tanya Fardan menyelidik.
"Kakak kandung aku, papanya. Kenapa mau nyuruh aku nikah sama kakak aku sendiri?" Sewot Tiara.
"Nggak." Fardan berkilah sembari mengibaskan tangan. Levi geleng-geleng kepala sembari nyengir.
"Ehh terus si bos kenapa?" Tanya Fardan, ingin tahu. Karena sungguh Ryan tampak aneh di mata karyawannya itu.
"Sama kayak kalian, Ko Ryan ngira itu anak aku."
"Tapi kok kayak....." Kalimat Fardan menggantung karena ada customer yang menghampiri, hendak membuat design logo usahanya. Obrolan pun terhenti begitu saja. Semua kembali ke pekerjaan masing-masing.
***
Selepas memastikan Anita baik-baik saja, Ryan kembali ke ruko padahal ia tahu sepuluh menit lagi ruko akan tutup.
"Ko, ada yang ketinggalan?" Tanya Levi yang baru saja mengunci pintu. Ya kunci kantor memang dipercayakan pada Levi.
"Nggak, cuma mampir aja. Udah pada mau pulang?" Tanya Ryan pada Levi dan Tiara. Karena memang hanya tinggal mereka berdua. Sedang Fardan dan Anto sudah meninggalkan kantor beberapa menit yang lalu.
"Iya, Ko." Angguk Levi. Sedang Tiara tidak banyak merespon.
"Ya udah sana." Ujar Ryan.
"Iya, Ko." Levi pun pamit, Tiara hendak mengikuti langkah Levi saat Ryan mencegahnya.
"Tiara."
"Iya, Ko."
"Sebentar, ada yang mau saya omongin dulu sama kamu." Ujar Ryan.
"Kalau gitu kita duluan, Ko." Pamit Levi yang merasa tidak enak hati jika terus berada di sana. Ia merasa bosnya itu hendak bicara penting pada Tiara.
"Iya." Sahut Ryan.
Sepeninggal Levi, Ryan langsung menarik lengan Tiara menuju parkiran mobil. Membukakan pintu mobil dan agak mendorong Tiara untuk masuk.
"Ko, aku udah pesen ojek online." Ujar Tiara sesaat sebelum Ryan menutup pintunya dan mengunci Tiara agar Tiara tidak bisa keluar mobil.
Benar saja ada sebuah ojek online yang berhenti di depan Ry Digital Printing. Dihampiri Ryan, setelah berbicara singkat, Ryan mengeluarkan selembar uang kertas berwarna hijau pada driver ojek online tersebut.
"Sudah saya cancel barusan." Ujar Ryan sembari memasang safety belt.
"Ko...."
"Saya mau ketemu Siena."
"Untuk apa?"
"Nggak boleh saya ketemu anak saya sendiri?"
"Siena bukan anak Ko Ryan." Ujar Tiara. Ryan sontak menoleh pada Tiara.
"Kamu nggak bisa hapus darah saya gitu aja dari tubuh Siena." Geram Ryan.
"Ko, beneran."
"Saya tahu kamu nggak pernah mencintai saya. Malam itu pun terjadi hanya karena sesuatu, bukan karena cinta di antara kita. Tapi apa nggak boleh saya juga memiliki hak atas Siena." Papar Ryan.
"Ko....."
"Biarkan saya bertanggung jawab atas kalian." Putus Ryan. Tiara melongo.
![](https://img.wattpad.com/cover/320310567-288-k383932.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pelakor
Любовные романыTidak selamanya orang yang tiba-tiba hadir dalam sebuah hubungan itu pelakor. Begitu juga atas hadirnya Tiara di hubungan Ryan dan Anita.