21. To Change the Winds

367 37 4
                                    

Lembayung jingga turun di ufuk barat ketika Kuil Narukami mulai dipadati pengunjung. Kebanyakan dari mereka tak sabar melihat penampilan Bon Odori malam ini karena penampilan spesial yang juga merupakan debut Shirasagi Himegimi. Semua orang bersemangat apalagi Raiden Shogun akan turut hadir menyaksikan upacaranya. Setelah bertahun-tahun absen dari kegiatan kultural, akhirnya Yang Mulia Narukami Ogosho bersedia menampakkan dirinya di depan publik dalam situasi yang tidak terlalu tegang.

Thoma dan Seele menerobos antrian pengunjung yang sedang menunggu gerbang kuil dibuka untuk umum. Thoma berbicara sebentar dengan Inagi Hotomi agar diizinkan masuk lebih dulu. Seele harus mengatur letak kanvas dan mempersiapkan alat-alat lukisnya sebelum pengunjung lain masuk ke area kuil. Inagi Hotomi langsung mengantar keduanya ke tempat yang sudah dipersiapkan sesuai instruksi Yashiro Commission. Thoma sedang membantu Seele mengatur posisi kanvasnya ketika matanya menangkap siluet Kaedehara Kazuha tengah bicara serius dengan Ayato di belakang stan slip keberuntungan. Thoma mengatakan pada Seele bahwa ia ada urusan dan akan segera kembali.

Dia tidak bermaksud menguping. Tapi, rasa penasaran menguasai kepalanya.

"Terima kasih atas tawaranmu yang begitu murah hati, Tuan Ayato. Seperti yang sudah kusampaikan pada Tuan Kamaji. Aku tidak ingin terlibat dalam politik Shogunate. Aku perlu waktu untuk mengenal Isshin Art. Ini adalah janjiku padanya," ujar Kazuha sembari mengangkat sebuah katana berwarna merah.

"Selain itu, alasanku masih sama dengan yang kukatakan saat perjalanan kita ke Liyue bulan lalu. Aku akan membiarkan angin membawaku dalam perjalanan ini."

Ayato terdiam sejenak. Pupil lazurite miliknya seolah berusaha mengebor isi kepala Kazuha.

"Jadi bahkan Kamaji-pun tidak berhasil meyakinkanmu untuk kembali? Apa mungkin ada orang khusus yang bisa membuatmu tinggal?" tanyanya berusaha menerka apa alasan Kazuha yang sebenarnya hingga ia mengucapkan selamat tinggal sekali lagi pada tanah kelahirannya.

Apakah luka yang ditorehkan Raiden Shogun begitu dalam hingga ia tak bisa menyebut tempat ini sebagai rumahnya?

Kazuha tersenyum karena pertanyaan Ayato.

"Ini bukan soal untuk siapa aku akan tinggal, Tuan Ayato. Bukan juga sebagai ajang pembuktian dimana kesetiaanku berada. Kita sebagai manusia diberikan darah dan daging oleh langit, dan dilindungi oleh dewa. Semua itu bukanlah untuk membuat manusia saling membunuh dan berseteru." Ia menatap Kagotsurube Isshin ditangannya.

"Pedang di tanganku ini ditempa untuk menyelamatkan orang lain. Setiap samurai berharap dapat hidup dengan penuh gairah, menebas pedang di genggamannya untuk meraih reputasi dan kehormatan. Jalan ini kupilih sebagai seorang petarung, dan aku akan mempertahankan prinsip ini sepanjang hidupku." (Kaedehara Kazuha Kisah Karakter)

"Inilah waktu yang tepat untuk membuktikan tujuan Isshin Art diciptakan oleh leluhurku," pungkasnya.

Akhirnya Ayato memahaminya. Meskipun sedikit kecewa, ia berusaha mengerti pilihan Kazuha.

"Jika suatu hari nanti kau memutuskan kembali. Akan selalu ada tempat untukmu disini." Ayato menepuk pundak Kazuha pelan sebelum beranjak pergi.

Kazuha memandang punggung Ayato yang berjalan menjauhinya.

"Jadi kau memutuskan untuk pergi begitu saja?"

Kazuha menoleh. Ia menyarungkan kembali katananya, menyimpannya dengan baik di pinggangnya.

"Kau menguping pembicaraan kami."

Itu bukan pertanyaan, itu pernyataan. Tiba-tiba Thoma merasa luar biasa kesal pada pria ini.

"Kau akan meninggalkannya—lagi," katanya.

Kazuha memandangnya datar. Thoma tahu Kazuha paham benar apa maksudnya.

The Sly Fox and Noblesse Oblige | YaeYato | Genshin Impact FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang