"Dari mana?""Biasa, tugas negara. Korek, dong!"
Mega melempar pematik pada Jeffrey yang baru saja datang. Dengan raut penasaran sebab tumben sekali si sahabat bangun pagi sebelum jam sembilan. Karena biasanya, dia akan mabuk-mabukan setiap malam dan pulang ketika subuh datang.
"Nganter Rosaline ke bandara. Mau ke Bali dia, ada pemotretan di sana."
Mega mengangguk singkat. Lalu memainkan ponselnya. Menunjukkan foto wanita beramput pendek yang sedang berkumpul dengan orang-orang penting di negara mereka. Ada menteri pendidikan, menteri keuangan dan bahkan wakil presiden juga.
"Calon istrimu keren sekali ternyata, hahaha!"
Jeffrey tertawa pelan. Lalu mendorong ponsel Mega yang baru saja ditunjukkan padanya. Dengan raut mengejek seperti biasa.
"Dih! Kayak aku mau nikah sama dia saja! Kalaupun iya, aku juga gak bakalan ninggalin Rosaline demi jadi suami baik-baik di mata keluarga!"
Mega tertawa kencang. Sebab Jeffrey memang sudah cinta mati pada Rosaline yang telah dipacari pada tiga tahun ke belakang. Tidak heran jika dia sampai bersikap seperti ini pada si tunangan yang sebenarnya telah banyak berjasa di hidupnya.
Joanna, wanita itu adalah asisten pribadi mendiang ayahnya. Saat ini, dia juga menjadi asisten Jessica yang terpaksa harus menggantikan si suami memimpin perusahaan. Sebab Jeffrey si anak semata wayang tidak bisa diandalkan.
Karena kerjaannya tidak jelas dan hanya bermain-main saja. Padahal, usianya sudah dua puluh sembilan. Namun tingkahnya masih saja kekanakan karena sudah terbiasa diberi kebebasan sejak belia.
"Lagi pula, siapa juga yang mau dijodohkan zaman sekarang? Apalagi dengan wanita yang so so seperti dia. Kalaupun tidak berasal dari keluarga terpandang, minimal harus cantik lah! Ini sudah biasa saja, anak penjual sayur pula!"
Mega semakin terbahak. Kasihan dengan nasib Jeffrey yang malang. Sebab harus dijodohkan dengan wanita yang biasa saja seperti Joanna.
Ya. Satu-satunya kelebihan yang dipunya mungkin hanya kepintaran. Karena dia pandai menjilat hingga bisa disukai banyak orang.
"Tapi dia pintar, Jeff! Tidak apa-apa lah kau menikah dengannya. Punya anak satu atau dua, lalu tinggal selingkuh dengan Rosaline saja. Biarkan dia mengurus perusahaan dan kau senang-senang saja! Aku yakin, dia pasti tidak akan mempermasalahkan. Tidak akan melarangmu selingkuh juga mengingat orientasinya hanya harta."
Jeffrey berpikir sejenak. Lalu mengiyakan ucapan Mega. Sebab merasa jika ide ini cukup gila namun masuk di akal.
"Tapi masalahnya, Rosaline mau atau tidak?"
"Jelas mau lah! Ini saja dia masih mau denganmu, kan? Dia sudah tahu jika kamu sudah bertunangan, kan? Itu tandanya dia tidak akan mempermasalahkan jika kamu menikah! Gas saja lah! Kasihan Tante Jessica karena harus kerja di masa tua. Kalau aku jadi kamu sih, langsung kunikahi saja Joanna. Lalu kutinggal bersenang-senang dengan Rosaline setelahnya!"
"Benar juga!"
Seru Jeffrey ketika termakan ucapan Mega. Sebab hanya dia satu-satunya teman dekat yang dipunya. Maksudnya, benar-benar dekat seperti pena dan kertas. Karena mereka sudah berteman sejak sekolah dasar.
6. 30 AM
Pagi-pagi sekali Joanna sudah tiba di rumah Jessica. Guna menjemput si bos besar. Sebab dia sudah bekerja di sana sebelum Sandi tiada. Tidak heran jika dia bisa begitu dekat dengan Jessica hingga berakhir dijodohkan dengan anaknya.
Jeffrey Iskandar yang menurut Joanna bermasa depan suram. Karena selalu ingin hidup bebas tanpa aturan. Kerjaannya setiap hari hanya bermain saja. Pulang pagi dan tidur sampai siang.