Joanna mulai melepas pakaian Jeffrey. Dari kemeja hingga celana yang dipakai saat ini. Kecuali boxer yang tampak basah karena berkeringat, mungkin.
Kubuka sekalian atau tidak, ya? Kalau tidak kasihan, tapi kalau iya nanti aku sawan. Apalagi aku masih perawan.
Batin Joanna sembari menggigit bibir bawah. Menimbang-nimbang akan menggantikan bagian dalaman atau tidak. Sebab jika dia sedang ada di posisi Jeffrey sekarang, dia pasti akan lebih suka jika digantikan semuanya.
Ah, bodo amat! Sudah menikah juga! Mau lihat juga tidak akan dosa!
Joanna langsung melepas sisa kain yang melekat di tubuh Jeffrey. Lalu membasuh tubuh pria ini menggunakan handuk basah yang sudah disiapkan sejak tadi. Lalu bergegas dilap dengan handuk kering sebelum dipakaikan baju ganti.
"Joanna, sudah? Doketernya sudah datang."
"Sudah, Ma!"
Pintu kamar langsung terbuka. Jessica dan si dokter langsung memeriksa Jeffrey yang sedang demam. Hingga tubuhnya lemas dan pingsan.
"Penyakit lamanya kambuh. Dia tidak boleh banyak duduk dan harus sering minum. Akan kuresepkan obatnya. Jika dalam dua hari masih belum mendingan, langsung bawa ke rumah sakit saja."
Jessica tampak sedih. Sedangkan Joanna mulai penasaran saat ini. Sebab tidak tahu apa yang dimaksud dokter ini.
Setelah si dokter pergi, Joanna bertanya pada Jessica yang mulai mendekati Jeffrey. Mengusap wajahnya sembari menangis. Sebab dia takut sekali jika si anak menyusul sang suami.
"Penyakit lama apa maksudnya, Ma?"
"Jeffrey pernah melakukan transplantasi ginjal. Anak ini benar-benar nakal! Padahal dulu pernah merasakan sakit ginjal, tapi tetap saja hidupnya tidak ditata!"
Joanna diam saja. Dalam hati dia juga menyalahkan Jeffrey yang bebal. Karena dia masih suka kerja berlebihan dan minum alkohol juga. Benar-benar kombo sempurna jika ingin mati cepat.
6. 50 PM
Joanna baru saja selesai makan malam. Dia langsung kembali ke kamar dan melihat Jeffrey yang masih terlelap. Karena jam enam tadi baru saja disuapi dan minum obat.
Iya. Seharian ini Joanna merawat Jeffrey di rumah. Karena pria itu tidak bisa bangun dari ranjang.
Untung saja ini hari minggu dan Joanna ada di rumah. Kalau tidak, sudah pasti Jessica akan langsung membawa si anak ke rumah sakit karena tidak sanggup merawat.
"Air...."
Joanna lekas memberikan air untuk Jeffrey. Mendudukkan tubuhnya dan bersandar pada kepala ranjang. Serta, membantu memegangi gelas agar tidak jatuh dan membasahi selimutnya.
"Mau mau buang air kecil."
Ucap Jeffrey setelah Joanna meletakkan gelas di atas meja. Lalu menarik nafas panjang sebelum akhirnya memapah Jeffrey menuju kamar mandi sekarang.
"Kalau sudah bilang!"
Jeffrey mengangguk singkat. Lalu berkutat di kamar mandi cukup lama. Karena dia ingin sekalian gosok gigi dan cuci wajah.
"Sudah!"
Joanna kembali mendatangi Jeffrey. Memapahnya menuju ranjang lagi. Lalu membaringkan tubuhnya dan dipakaikan selimut lagi.
"Kalau besok pagi belum membaik, kita ke rumah sakit! Heran, sudah tahu sakit! Tapi masih hidup serampangan seperti ini!"
Jeffrey hanya mengangguk singkat ketika mendengar omelan Joanna. Sebab dia tidak sanggup membalas apalagi mendebat juga. Mengingat bangun dari ranjang saja dia butuh bantuan. Mana berani dia membuat kesal Joanna yang seharian ini telah mengurusnya.
"Kepalaku pusing sekali. Bisa kamu pijat sedikit?"
Joanna mengiyakan. Lalu mendudukkan Jeffrey seperti sebelumnya. Kemudian menghadapkan kepala pada perutnya yang sudah mendekat pada tepi ranjang.
"Kalau terlalu kencang bilang!"
Jeffrey mengangguk singkat. Sedangkan Joanna mulai memijat pelan kepalanya. Membuat matanya mulai terpejam dan refleks menempelkan kepala pada perut yang ada di depan.
Joanna tidak memprotes apa yang sedang Jeffrey lakukan. Dia hanya melakukan tugasnya untuk memijat kepala Jeffrey perlahan. Hingga si pemilik kepala memeluk perutnya. Agar tidak jatuh karena rasa kantuk mulai menyerang.
5. 10 AM
Joanna baru saja bangun tidur. Dia melihat Jeffrey yang mendengkur. Tidak seperti kemarin malam yang seperti mayat hidup. Karena pingsan dan mengigau karena demamnya tidak turun-turun.
Perlahan Joanna menuruni ranjang. Lalu mandi dan bersiap kerja. Sebab dia tidak mungkin libur kerja hanya untuk merawat Jeffrey yang sepertinya sudah sedikit baikan.
Setengah jam kemudian Jeffrey terbangun. Karena haus dan mencium aroma parfum yang baru saja Joanna semprot ke seluruh tubuh. Sebab saat ini dia sudah memakai baju. Serta merias wajah dengan make up tipis dengan lipstick warna merah maroon.
"Kamu kerja?"
Tanya Jeffrey sembari mendudukkan badan. Lalu mengambil air yang ada di atas meja. Kemudian diminum perlahan.
"Iya lah! Aku bukan ibu rumah tangga yang bisa tinggal di rumah seharian!"
Jeffrey mendengus kesal ketika mendengar jawaban Joanna. Lalu berniat buang air kecil karena kantung kemihnya penuh sekarang. Sedangkan Joanna, dia mulai memasukkan barang-barang ke dalam tas kerja.
Ceklek...
Joanna baru saja membuka pintu kamar. Namun dia harus dikejutkan dengan kedatangan Jeffrey bersama Jessica. Sepertinya mereka baru saja tiba dan siap mengetuk pintu kamar.
"Ada apa, Ma?"
"Jeffrey di mana? Dia sudah baikan, kan?"
Belum saja Joanna menjawab, tiba-tiba saja Jeffrey keluar dari kamar mandi. Sembari mengalungi handuk kecil karena berniat mandi. Sebab tubuhnya terasa lengket sekali. Karena tidak mandi berhari-hari.
"JEFFREY! ANAKKU! AKHIRNYA MIMPIMU TERWUJUD! APLIKASIMU SUDAH BERHASIL DIUJI COBA! SEKARANG KAMU HARUS MENGHADIRI WAWANCARA!"
Jessica memeluk Jeffrey. Lalu mencium pipinya berulang kali. Membuat Joanna tersenyum kecil. Sedangkan Mega mulai mendekati Jeffrey.
"Ayo siap-siap sekarang! Jam delapan kita harus sampai di gedung putih untuk memaparkan hasil uji coba!"
"Kamu serius, Meg?"
"Seribu rius! Kemarin kau tidak bisa dihubungi! Jadi pagi ini kujemput saja kemari! Ayo cepat! Ini hampir jam enam! Jangan sampai kita terlambat!"
Jeffrey langsung didorong Mega ke kamar mandi. Tentu saja setelah pelukannya pada Jessica terlepas saat ini. Hingga kini, Joanna yang harus beraksi. Mendandani Jeffrey yang akan melakukan sesi wawancara perdana hari ini.
"Darla sudah kuminta untuk mengosongkan jadwalmu hari ini. Dandani Jeffrey supaya tampak keren nanti!"
Tanpa pikir panjang, Joanna langsung membuka lemari. Mencari jas paling bagus yang Jeffrey miliki. Hingga pilihannya jatuh pada setelan hitam basic. Karena Jeffrey memang tidak memiliki banyak koleksi jas selama ini.
Ilustrasi Jeffrey setelah didandani istri :)
Tbc...