2/2

14.6K 141 123
                                    

6. 30 AM

Joanna sudah tiba di rumah Jessica seperti biasa. Namun kali ini, keadaan rumah tampak tidak sesepi biasanya. Sebab keadaan rumah juga berantakan. Karena Jeffrey masih mencari flashdisk yang hilang.

"Kau lihat flashdisk biru?"

Tanya Jeffrey yang baru saja membongkar sofa di ruang tengah. Bersama beberapa pekerja yang ada di sana. Karena Jessica baru saja turun dan ingin sarapan. Sebab dia bangun siang karena terlalu senang.

"Sudah lah! Lupakan!"

Joanna hanya mengendikkan bahu. Apalagi setelah Jeffrey mendekati ibunya yang baru saja turun. Menatap keadaan rumah yang sudah seperti kapal pecah saat itu.

"Ini apa-apaan, Jeffrey!? Kau mabuk pagi-pagi?"

"Bukan, Ma. Aku mencari flashdisk yang hilang. Isinya penting sekali, antara hidup dan mati!"

"Apa isinya?"

Jeffrey menggigit bibir bawah sebelum menjawab. Lalu membalikkan badan dan lanjut mencari keberadaan flashdisknya. Membuat Jessica jelas ikut panik setalah mendengar.

"Kerjaanku. Aplikasi yang sudah kurancang selama tujuh tahun."

Jeffrey lanjut mencari flashdisknya kembali. Kali ini dia mulai melihat di CCTV. Sebab sejak semalam dia tidak tidur karena mencari benda kecil ini. Namun tidak kunjung ditemukan hingga saat ini.

Joanna tampak biasa saja saat ini. Padahl, dalam tasnya ada benda yang sedang Jeffrey cari. Namun dia tampak enggan mengeluarkan karena punya rencana lain.

"Nanti malam jadi, Tante?"

"Jadi, harus jadi! Semalam Tante sudah bicara dengan Jeffrey!"

Joanna tersenyum tipis. Lalu membacakan jadwal Jessica selama wanita itu sarapan saat ini. Sembari berbincang dengan si supir yang masih diminta Jeffrey untuk mencari flashdisk.

8. 40 PM

Joanna sedang menatap Jeffrey yang tengah berhadapan dengannya. Saat ini mereka sedang berada di restoran. Sebab baru saja makan malam sekaligus merencanakan acara pernikahan mereka yang akan dilangsungkan pada bulan depan. Sebab Jessica sudah tidak tahan dan ingin cepat-cepat resign kerja.

Ingin melimpahkan jabatannya pada Joanna. Karena hanya wanita itu yang tahu seluk beluk perusahaan dengan baik. Tidak seperti dirinya, apalagi sekretarisnya.

Mengingat Joanna sudah kerja dengan suaminya cukup lama. Sehingga dia bisa lebih tahu dan paham kondisi perushaan dibanding dirinya. Apalagi sekretarisnya baru saja masuk dan hampir tidak tahu apa-apa kecuali jadwal dan proyek baru yang sedang perusahaan kerjakan.

"Aku sudah siapkan perjanjian pra nikah yang mungkin akan sedikit dirombak sesuai kebutuhan kita. Silahkan baca! Jika ada yang membuatmu kurang berkenan, langsung coret saja dan ganti dengan apa yang kau inginkan."

Jeffrey menatap Joanna yang baru saja memberikan map dan pena. Di atas meja yang kini hanya ada dua teh hangat dan sepiring rainbow cake saja. Sebab mereka memang diberikan space sendiri untuk berbincang selama para orang tua mendiskusikan acara pernikahan pasca menentukan konsep bersama para anak.

Jeffrey membuka isi map. Membaca dengan seksama dan sesekali mencoret isinya. Tanpa suara. Hingga akhirnya diberikan pada Joanna yang sudah menunggunya.

"Aku keberatan jika diminta menghapus foto-foto bersama Rosline di sosial media. Kau tahu dia artis, kan?"

Joanna yang masih memeriksa surat perjanjian mengangguk singkat. Membuat Jeffrey menarik nafas. Lalu menyenderkan badan ada punggung kursi yang diduduki sekarang.

"Aku tidak akan putus dengannya meskipun kita menikah. Di sini kau yang paling diuntungkan. Seharusnya kau yang mengalah! Lagi pula, kita sepakat untuk mengundang sedikit banyak tamu saja. Hanya keluarga dekat dan kolega Papa yang rata-rata sudah berumur juga. Mereka tidak mungkin bermain sosial media dan tahu jika aku ada hubungan dengan Rosaline juga."

Joanna tampak menarik nafas berat. Lalu memasukkan kertas tadi pada map. Sebab akan direvisi lagi isinya.

"Fine. Tapi jika ada masalah tentang hal itu, aku tidak mau tahu. Masalah sosial media bukan urusanku. Tapi ada satu coretan yang agak membuatku terganggu. Soal nama belakang anak yang harus pakai namamu? Kurasa itu tidak perlu, karena aku tidak tertarik melakukan seks denganmu. Jadi jangan bermimpi bisa memiliki anak dariku!"

Jeffrey seperti sedang ditampar realita. Karena dia baru sadar jika anak akan dihasilkan jika mereka berhubungan badan. Sedangkan mereka saja tampak seperti sedang bermusuhan. Meskipun sudah kenal cukup lama dan hampir menikah.

"Khem! Iya, juga. Aku juga tidak mungkin melakukan itu denganmu. Oke, jangan masukkan poin itu. Sepertinya aku masih mengantuk."

Jeffrey mulai menguap. Lalu menutup mulut dengan tangan kanan. Sebab dia memang belum tidur karena mencari flashdisk seharian.

9. 30 PM

Jeffrey baru saja tiba di apartemen Mega yang sekaligus dijadikan sebagai kantornya. Sebab selama ini mereka hanya berdua saja dalam membuat aplikasi yang telah dikerjakan selama tujuh tahun ke bakalang. Hingga membuat mereka tampak seperti pengangguran karena tidak ada penghasilan pasca lulus kuliah hingga sekarang.

"Tidak ada?"

Mega menggeleng pelan. Dia baru saja membongkar kantornya. Dibantu Rosaline yang baru saja pulang dari Bali. Karena pagi hingga sore dia harus melakukan pemotretan lagi.

"Di apartemenku tidak ada. Mbak yang membersihkan sudah kuminta membongkar ranjang dan sofa juga."

Jeffrey tampak lemas. Dia langsung duduk di atas sofa yang masih ada kabel-kabel yang berserakan. Sebab dia harus mengulang dari awal. Karena komputer yang biasanya dipakai untuk kerja baru saja diservice dan dihilangkan isinya. Sehingga riwayat pekerjaannya tidak bisa kembali dilihat.

"Sorry, Meg. Sepertinya kita harus memulai ini dari awal."

Mega tampak kecewa. Dia mulai menarik nafas panjang sebelum akhirnya pergi dari sana. Karena tidak ingin meledak dan membuat persahabatan mereka renggang.

Perlahan, Rosaline mendekati Jeffrey. Memeluk pria ini. Mengusap punggungnya dan mengatakan jika dia akan berinvestasi lagi.

Karena dulu, Rosaline memang telah menjadi salah satu investor Mega dan Jeffrey. Sebab mereka memang saling mencintai meskipun memiliki hubungan rumit. Karena Jeffrey harus bertunangan dengan wanita lain dan harus menikahi wanita itu dalam kurun waktu dekat ini.

"Kamu tenang saja, aku akan berinvestasi lagi. Aku yakin kamu bisa melakukan ini."

"Terima kasih, kamu memang yang terbaik."

Jeffrey membalas pelukan Rosaline. Dia merasa bersyukur sekali karena memiliki wanita ini. Andaikan ibunya menyukai Rosaline, dia pasti akan langsung menikahi wanita ini. Namun sayangnya, Jessica tidak menyukai Rosaline dan wanita ini juga pernah mengatakan jika dia tidak suka pernikahan ketika ditanyai.

Tbc...

BLUE DISK [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang