Ia bangun lebih cepat dari biasanya. Mempersiapkan semua yang dibutuhkan, mulai dari mental dan peralatan. Ia yang tak biasa sholat tahajud, seketika melangkahkan kaki untuk melakukannya.
Hari ini merupakan hari yang penting bagi seorang Alam Hilmansyah. Hari dimana ia terpaksa keluar dari zona nyamannya.
"Al, udah siap? Ayo kita berangkat, nanti telat." Ucap Syahri, ayah Alam.
"Iya yah, ini mau keluar. Nanti biar Alam yang kunci pintunya." Ucapnya yang sudah siap berangkat.
Mereka meluncur dengan cepat menggunakan motor yang sederhana. Alam sebenarnya pandai mengendarai sepeda motor, namun ia tak begitu kenal dengan suasana kota yang baru di hinggapinya.
Tak terasa, mereka pun telah sampai di tempat tujuan.
"Alam, ayah tau ini berat. Tapi apapun tantangannya, ayah yakin Alam bisa ngehadapinnya." Ucap Syahri sambil memegang bahu anaknya.
"Iya yah, Alam bakal usahain yang terbaik." Balas Alam .
"Yaudah gih sana masuk. Ayah mau langsung ke kantor." Ucap Syahri.
"Iya yah, Alam masuk dulu, assalamu'alaikum." Pamit anak itu sambil menggulurkan tangannya.
"Waalaikumsalam."
Hari itu merupakan hari pertama Alam masuk ke sekolah barunya, SMAN 08 Lampung. Ia merupakan pindahan dari Surabaya, yang terpaksa pindah ke Lampung dikarenakan masalah 'yang personal'.
Umurnya 16 tahun, tapi ia sudah menginjak kelas XII SMA. Seumur hidupnya, Alam tidak pernah masuk ke yang namanya sekolah negeri, mulai dari TK sampai SMP.***
"Baik anak-anak, hari ini saya ada kejutan buat kalian semua." Ucap Pak Beno, Wali kelas XII IPS 3.
"Wahh apaan tu pak?" Jawab Toni penasaran.
"Hari ini, kita kedatangan siswa baru loh." Balas pak Reno dengan bergairah
"Hahhh?? Siswa baru di kelas XII? Yang bener aja pak!" Jawab Sandra kaget.
"Udah jangan tanya ke saya, langsung tanya aja ke orangnya. Ayo Alam, masuk." Ucap pak Beno yang menarik tangan anak itu.
Badan Alam seketika panas dingin. Kaki dan tangannya bergetar tak berhenti. Tak pernah seumur hidupnya ia merasakan perasaan segugup ini.
"Ha.. halo semua, nama gue Alam Hilmansyah. Kalian bisa panggil gue Alam. Gue pindahan dari SMA Al-Hikmah di Surabaya. Kalau ada yang mau ditanyain, tanya aja. Salam kenal ya semua." Ucap Alam dengan gugup.
"Widihh dari Surabaya, pasti orang kaya." Celetup Niko, ketua kelas XII IPS 3.
Mendengar perkataan tersebut, Alam tak bisa berkata kata. Ia memilih diam dan membalasnya dengan senyum.
"Kenapa mutusin pindah dari Surabaya bro? Mana udah kelas 12 loh" Tanya Haikal penasaran.
Lagi-lagi, Alam tak bisa berkata kata. Rasanya ia ingin sekali berteriak melepas keluh kesahnya. Tapi apa boleh buat, mereka benar benar tidak tau apa apa.
"Gue belum bisa jawab itu untuk sekarang." Jawab Alam yang sebenarnya tak ingin menjawabnya.
"Hilihh sok misterius banget ni anak." Balas Nindi yang geram.
Melihat kondisi yang mulai menegang, Pak Beno bersegera menutup sesi perkenalan murid barunya.
"Oke anak anak, saya rasa itu sudah cukup untuk perkenalannya. Bapak harap kalian dapat berteman baik dengan Alam." Tutup pak Beno
"Nah Alam, kamu duduk di bangku kosong di belakang ya, disebelah Salma". Lanjutnya.
Setelah sesi perkenalan, Alam bersegera duduk di bangku kosong tersebut.
Salma yang merupakan teman sebangku baru Alam tidak terlalu peduli dengan kehadiran murid baru itu. Salma lebih memilih membaca buku pembelajarannya. Ia memang terkenal dengan anak yang cuek dan pendiam, apalagi dengan yang namanya cowo.
Alam yang tidak mengetahui hal tersebut kemudian mengajak Salma untuk berkenalan.
"Hai, kenalin Alam. Salam kenal." Ucap Alam canggung.
"Hm." Jawab Salma yang masih terfokus dengan bukunya.
Alam yang mendapat respon cuek tersebut memilih untuk tidak melanjutkan perbincangan. Seketika ia berfikir bahwa teman sebangkunya itu merupakan seorang tunawicara. Bahkan selama proses pembelajaran pun, Salma tidak berbicara satu kata pun.
***
"Kringg... Kringg"
Suara bel istirahat telah berbunyi.
Semua siswa kelas XII IPS 3 bergegas ke kantin. Alam yang merupakan murid baru memilih untuk tetap berada di dalam kelas dan memakan bekal yang dibawanya.
Melihat Alam yang menetap di kelas, Salma yang sangat jarang pergi ke kantin memutuskan untuk pergi ke kantin demi menghindari murid baru tersebut.
Setibanya di kantin, Salma bertemu dengan dua sobat karibnya, yakni Nindi dan Sandra.
"Loh sal, lo ngikut ke kantin? Tumben banget." Ucap Nindi kaget.
"Males banget gue berdua di kelas sama anak baru itu." Jawab Salma yang kesel sendiri.
"Lagian kenapa sih? Dia kan ga jahat sama lo, kenapa sinis banget sih sama dia?" Tanya Sandra penasaran.
"Lu kayak ga kenal gue aja. Kan udah gue bilang dari dulu, kalau gue ga suka deket deket sama cowo! Pakai tanya lagi." Jawab Salma yang menatap Sandra dengan tatapan sinisnya.
"Aelah belum juga kenal, udah mikir buruk aja." Balas Nindi heran.
"Lagian, dia ganteng, kan?" Lanjutnya.
"Bodo amat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Alma
HorrorHidup memberimu opsi lanjutan, yakni antara surga dan surga. Pencipta alam telah menawarkannya, hanya pribadi yang menentukan. Namun, cerita akan berubah ketika surga perlahan turun ke neraka. Kisah seorang anak yang di besarkan dengan kemewahan, na...