Prolog

54.8K 3.9K 141
                                    

Absen yuk tau dari mana cerita ini. Komen dan vote nya juga boleh yuuuukk :D

====

Sera menunduk dalam posisi berlutut. Ia menatap tanah, tak berani mendongak. Di depan wajahnya, ada sebuah sepatu kulit mahal dengan si empunya yang terlihat menarik napas.

"Sera, bangun, berdiri. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini," ucap si empunya sepatu. Lelaki itu mengenakan jubah dan setelan putih dengan aksen emas yang membuatnya tampak gagah. Lencana di kiri dadanya membuat semua orang tahu, ia adalah putra mahkota kerajaan Edessa.

"Ampuni Hamba, Yang Mulia Pangeran Lucius. Hamba yang rakyat jelata ini tidak boleh menatap Yang Mulia." Sera berkata lirih. Getir dengan penuh ketakutan.

Lucius terlihat frustasi. Dengan kesal, ia ikut berlutut untuk memegang pundak Sera. "Seraphina, kumohon," ucapnya meminta. "Aku datang untuk menjemputmu."

Sera menggeleng. "Yang Mulia, saya hanya janda miskin yang ditinggal suaminya. Saya tidak seharusnya bersanding dengan Anda. Bukankah seharusnya Anda mencari seorang gadis dengan gelar?"

Lucius menghela napas. "Kamu bukan seorang janda, Sera. Suamimu di sini. Suamimu adalah aku. Maafkan aku karena tidak memberitahumu dan hilang bertahun-tahun, Sera. Kumohon, jangan hukum aku lebih berat daripada ini. Aku merindukanmu." Air mata mengalir dari pelupuk mata Lucius. Ia sangat menginginkan Sera.

Tepat di saat itu, suara pintu terbuka dari belakang. Seorang anak lelaki berjalan ke luar dengan kertas dan pensil di tangan.

"Ibu, kenapa ramai malam-malam begini?" gumam anak itu pelan.

Mendengar kalimat itu, Lucius tersentak. Ia menengok ke arah Sera yang semakin gemetar. Lucius menatap anak lelaki itu. Mata biru dengan rambut pirang itu benar-benar seperti salinan Lucius.

"Sera, anak ini..." Lucius menahan napas.

Sera bergeming. Ia melirik putranya yang terlihat bingung.

"Jawab, Sera! Apakah anak ini darah dagingku?"

==Bersambung==

LUCIUSERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang