Extra 1. Kehidupan Bersama

4.9K 268 3
                                    

Xavier baru saja selesai dipakaikan pakaian setelah mandi ketika suara langkah terdengar dari depan. Mata anak lelaki yang berumur lima tahun itu tampak membesar. Ia menatap Sera begitu girang.

"Ayah pulang!" teriaknya bersemangat.

Tanpa menunggu Sera menjawab, anak lelaki itu sudah berlarian ke depan. Sera memandangi putranya dengan menggelengkan kepala pelan dan mimik tak habis pikir. Memasuki usia yang kelima, Xavier tampak lebih aktif. Anak lelakinya itu benar-benar tampak seperti jiplakan Lucius.

"Ayah!" teriaknya menuju pagar.

Lucius berada di jalan setapak dari pagar menuju pintu rumah. Dengan setelan kerajaan, ia berjalan tegap seperti seorang ksatria. Tetapi, begitu melihat Xavier yang berlari mendekat, senyum lembutnya tampak terlihat.

Lelaki itu berjongkok sebelum menangkap sang putra dalam dekapannya dan menggendong anak kecil itu.

"Aku merindukan Ayah!" Kalimat tulus yang diucapkan Xavier terdengar begitu jernih.

Ada rasa berat menggelayut di dada Lucius. Napasnya terhembus kencang-kencang. Ia memeluk Xavier lebih erat.

"Ayah juga rindu Xavi."

Tiga tahun tak mengetahui keberadaan anaknya sendiri masih terasa begitu perih untuk Lucius jalani. Berbagai penyesalan datang ke dalam hidupnya. Ia tak melihat masa-masa awal Xavier tumbuh. Jadi, rasanya, ia ingin menghabiskan seumur hidupnya menjadi ayah yang baik untuk Xavier, menggantikan absen di tiga tahun pertama anak lelaki itu.

Menjadi raja selama hampir satu tahun, Lucius kemudian memutuskan untuk mundur dari tahta. Yang ia butuhkan hanya menyelesaikan semua keributan dan kehancuran yang Gregory buat. Setelahnya, ia memang berencana menyerahkan semuanya pada Zenith, kakaknya. 

Pada dasarnya, Lucius tak berminat dengan posisi. Ia juga bukan orang yang baik untuk memimpin. Ia lebih ingin menghabiskan waktunya bersama istri dan anaknya. Jadi, setelah turun dari tahta, Lucius langsung kembali ke rumah di Methia.

Ada rasa untuk membeli rumah baru, tetapi, Sera bersikeras untuk tetap menempati rumah lama mereka. Akhirnya, mereka tetap tinggal di sana.

Walaupun begitu, waktu terasa masih begitu mahal untuk Lucius raih. Zenith meminta Lucius menjadi penasihat. Itu berarti, Lucius harus bolak-balik Methia dan Edessa satu minggu satu kali.

Lucius menengok ke arah pintu. Dari pandangannya, Lucius bisa melihat Sera yang berdiri di ambang pintu. Perut wanita itu tengah membesar karena mengandung anak kedua mereka.

Ya, anak kedua.

Di musim panas tahun kemarin, pasangan ini mendapatkan satu hadiah besar lainnya. Seorang anak yang akan dititipkan lagi pada mereka. Rencananya, anak itu akan lahir di musim semi yang akan datang dalam beberapa hari lagi.

Lucius bersumpah tidak akan lalai seperti ketika bersama Xavier. Ia pastikan bahwa dirinya akan berada di sisi Sera ketika anak itu lahir.

Lucius tersenyum tipis pada Sera sebelum beranjak ke arah istrinya. Ia rangkul lembut Sera sambil mengecup kening perempuan itu pelan.

"Bagaimana kabarmu?" Lucius berucap sambil membawa Sera dan Xavier masuk ke rumah. Lucius kemudian meletakan Xavier ke tanah agar ia bisa berjalan sendiri. "Dan bagaimana kabar si kecil satu ini?" Lelaki itu mengusap perut besar Sera.

"Kabarku? Aku hampir mati karena merindukanmu." Sera terkekeh. "Kabar si kecil satu ini? Coba kamu tanyakan sendiri. Ia sedang menendang-nendang karena senang ayahnya pulang."

Lucius terkekeh seraya menempelkan tangannya di perut Sera. Ia merasakan gerakan bakal bayi dalam perut Sera menendang-nendang kecil. Benar kata istrinya, anak itu seperti bersemangat sekali.

LUCIUSERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang