-Awangga-
****
Kedai ice cream semakin ramai dikunjungi oleh remaja-remaja, wajar saja jika malam ini adalah malam Minggu. Ilza dan Rafka yang sudah lumutan nunggu akhirnya mereka berdiri di tempat pertama.
"Mau rasa apa Kak?" tanya laki-laki dengan pakaian putih disertai celemek ungu, pakaian ciri khas kedai ice cream ini.
"Durian." celetuk Rafka.
"Strawberry satu kak." jawab Ilza.
Penjual itu tersenyum manis, "baik silahkan di tunggu." lantas langkahnya pergi untuk membuat pesanan yang diminta.
"Gue baru tau kalau lo suka sama durian." ujar ilza.
Rafka menoleh lalu mengacak gemas rambut Ilza membuat sang pemilik berdesis kesal.
"Dari SD keles, lo nya aja yang ga pernah tau seluk-beluk dan apa kesukaan gue."
"Gabut banget mengetahui hal yang ga penting." jawab Ilza tanpa beban, yang mungkin tidak ia sadari jika perkataanya tadi membuat Rafka terdiam.
"Habis ini kita ke atas sana yuk." ajak Rafka dengan lembut sembari menunjukkan tempat yang berada di ujung. Membuat Ilza mengangguk semangat.
"Ice cream durian sama strawberry nya kak?" penjual itu menyodorkan dua ice cream yang berbeda rasa, Ilza dan Rafka kompak mengambil dua ice cream itu.
"Thanks kak."
Setelah membayar mereka berjalan menuju tempat yang ingin mereka kunjungi, yaitu diatas bukit yang dapat melihat hamparan kebun dan rumah masyarakat dari atas.
Langkah mereka sudah sampai, membuat Ilza berdecak kagum dengan indahnya suasana. Meskipun ramai namun ia tak terusik akan hal itu.
"Suka gak?" tanya Rafka.
Ilza mengangguk, "banget, thanks Raf.."
"Gue disini minta maaf sama lo, karena udah ngingkari janji gue sendiri waktu SMP."
Ilza menolehkan kepalanya menatap Rafka. "Bagus deh, gue lebih nyaman kalau kita temenan aja." jawabnya.
Rafka merentangkan tangannya, "pelukan persahabatan?"
Ilza mengangguk lalu mendekat dan memeluk laki-laki itu dengan erat.
***
-Ilza-
Sedari tadi Awangga menyecroll instagram, dan pandangannya berhenti tepat pada foto gadis yang ia kagumi akhir-akhir ini. Ia tersenyum senang karena ia dapat menemukan foto gadis itu. Ia pun menyimpan foto itu di galeri.
"Cantik Ngga... Siapa? Cewek kamu?"
Suara wanita yang tiba-tiba terdengar dari samping membuat Awangga terkejut, ia meletakkan handphonenya lalu menatap sang Ibu, Riana.
"Loh ibu sudah sehat?"
Riana tersenyum, "alhamdulillah Ibu sehat."
Awangga menghembuskan nafasnya, "bagus lah, tadi aku khawatir sama keadaan ibu yang ga bangun-bangun."
"Oh iya itu cewek kamu?"
Awangga tersenyum menahan malu, "bukan bu, ini cewek orang. Awangga cuman pengangum rahasia aja,"
"Kalau suka di perjuangin. Ingat meskipun Cinta bukan sebuah prestasi tapi itu adalah bagian dari mimpi kita di malam hari, berharap dan berdoa untuk saling memiliki." pesan Riana membuat Awangga terguguh akan kalimat yang di lontarkan Ibunya. Begitu bijak.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen Fiction-Aku hanya-lah langit biru yang memandangmu terbang bebas layaknya kupu-kupu indah. Sulit untuk memiliki-mu sebagai milikku.- Sky -Terbangku seperti kupu-kupu karena aku lelah menjadi ulat, tak ada satupun orang yang menghargai hadirku.- Butterfly I...