Butterfly-6

1 1 0
                                    

Hari Minggu berlalu dengan cepat, tibalah hari Senin, hari yang notabenenya dibenci oleh seluruh murid tak jauh beda dengan murid SMA Semesta. Namun nasib sial menghampiri Ilza, gadis itu terlambat bangun, kini jam menunjukkan pukul tujuh sedangkan Ilza masih memakai kaos kaki di depan teras. Arga yang setia menunggu adiknya itu hanya melontarkan decakan.

"Buruan bebek! Lelet banget lo."

"Aish bentar dong bang. Kayak lo ga pernah telat aja waktu di kampus."

"Sorry ye, gue anak rajin, ga kayak lo."

Ilza menatap malas Arga, "gue rajin kok anaknya,"

"Rajin apa lo?"

"Rajin nonton drakor malem-malem." celetuknya.

"Buruan, gue tinggal nih?"

"Jangan dong bang... Ah! Michyeosseo lo." umpat Ilza lantas setelah kedua pantofel nya terpasang ia pun berlari masuk ke dalam mobil karena Arga sudah masuk.

Setelah semuanya sudah siap, Arga menyalakan mesin dan melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

"Semuanya udah siap? PR PR?"

"Insyaallah udah," jawab Ilza meski ia sendiri ragu, namun secepat mungkin ia mengambil handphone dari dalam ranselnya dan memainkan benda pipih itu.

Grup 11Ips2

Tyo
Jgn lupa tugas dari bu Yuni

Akbar
Jirrr tugas apaan? Kapan bu Yuni kasih tugas?

Tyo
Mendadak amnesia lo? Gue udah kirim ke grup minggu kemarin

Tasha
Alamak! Ke restard pula nih grup...

Tyo
Gue ga tau, itu semua urusan lo sama keluarga lo, gue cuman ngingetin sebagai ketua kelas yang baik dan bersahaja.

Fernand
Tai lo

Akbar
2

Ilza tersentak kaget dengan sisa chat dari group kemarin malam, ia tak sempat membuka handphone karena harus mendengar ceramah sang mama.

"Lo kenapa? Wajah lo kayak panik gitu?" tanya Arga yang menyadari perubahan pada raut wajah Ilza.

"Enggak bang,"

Apakah ini yang dinamakan sudah jatuh ditimpa tangga?

***

Mobil yang di kendarai Arga sudah sampai di depan gerbang hitam yang sudah tertutup sempurna tanpa celah, Ilza sebisa mungkin menelan ludahnya.

"Udah adepin aja, berani berbuat berani tanggung jawab."

Ilza yang mendengar penuturan dari abangnya itu hanya mengangguk pelan, pasrah akan nasib kedepannya. Ia pun bersalaman serta mencium pipi Arga lalu turun dari mobil.

Mobil perlahan meninggalkan tempat. Kini hanya Ilza seorang diri, namun tepukan dipundaknya terasa, ia menolehkan wajahnya menemukan sosok Awangga berdiri tegak disampingnya.

"Telat?"

****

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang