Bel istirahat berbunyi, Rafka berjalan keluar dari kelasnya yakni 11Ipa1, langkahnya menuju kantin pun ia urungkan karena ia ingin menemui sahabatnya.
Setibanya di kelas.
"Ilza ada ga?"
Satu diantara mereka menjawab, "kayaknya tadi gue liat dia keluar sama Awangga." jawab seorang gadis yang Rafka tau itu adalah Sherin.
"Dimana?"
"Kantin mungkin."
Rafka manggut-manggut. "Thanks Rin." Rafka melanjutkan langkahnya, di tengah koridor pun ia berfikir, Awangga? Laki-laki introvert yang enggan mendekati seorang gadis kini kenapa bisa berjalan dengan Ilza? Kenapa juga harus Ilza? Kan masih banyak cewek di dalam kelasnya.
Namun lamunannya harus buyar di tempat karena ia telah menubruk seseorang, "aw..." ringis gadis itu.
Spontan Rafka memegang kedua bahu gadis itu agar tidak jatuh.
"Za?"
Ilza mendongakkan kepalanya dan tersenyum lalu merapikan rambutnya.
"Darimana lo? Gue cariin juga."
"Dari kamar mandi."
"Masa? Tadi kata Sherin lo keluarnya bareng Awangga."
"Iya keluarnya doang yang bareng, yakali gue jalan sama Awangga." jawab Ilza.
Rafka manggut saja.
"Udah makan lo?"
"Belum." jawab Ilza dengan jujurnya membuat tangan Rafka mengacak-acak gemas rambut Ilza.
"Aish! Nyebelin lo, Raf."
"Bodo, tapi lo sayang kan?"
Ilza mengernyit bingung lalu tertawa. Tak sungkan, Rafka merangkul pundak Ilza dan membawanya menuju ke kantin.
Aktivitas mereka sontak menjadi perhatian murid yang berlalu lalang, bertanya dalam batin apakah Ilza dan Rafka teman rasa pacar?
***
Awangga duduk termangu di dalam kelas, penuturan dari Ilza waktu istirahat ditaman belakang tadi membuatnya galau karena hal itu.
"Salah gue juga, kenapa maksain perasaan dia?" monolognya.
"Andai gue ga segegabah itu, mungkin cinta datangnya pelan-pelan tapi pasti."
"Lo ngomong sama siapa Raf? Kok gue liat dari jauh mulut lo gerak-gerak gitu." suara Alen yang masuk ke dalam Indra pendengarannya sontak membuatnya sedikit terkejut.
"Lagi hafalin rumus matematika." jawab Awangga seadanya.
"Emang bu Kia nyuruh ngapalin yak?"
"Yaaa hafalin sendiri lah, ngapain disuruh? Kayak anak TK."
Alen meringis, ia sedikit malu dengan Awangga yang merupakan murid teladan di kelas, tidak seperti dirinya yang trouble maker dan suka akan keonaran.
"Oh iya besok malem lo datang gak ke pesta ulang tahunnya Irsyad?" tanya Alen.
"Irsyad? Anak Ips4 itu?"
Alen mengangguk.
"Gak ah! Ga diundang juga, masa iya dateng-dateng jayak jailangkung?"
"Emang ga ada undangan nya besti, ini dibuka secara umum. Mau kakel atau adkel boleh gabung kok, lagian Irsyad nya juga kaya, gue harap lo dateng. Irsyad pasti seneng kalau banyak yang hadir diacara pesta ulang tahunnya."
Awangga terdiam sesaat sebelum anggukan kecil darinya muncul.
"Gue usahain."
Alen berseru senang, "wooooo gue harap lo hadir dengan penampilan yang sempurna."
Awangga hanya berdeham, tidak berniat untuk melanjutkan topik pembicaraan mengenai pesta ulang tahun Irsyad yang akan diadakan esok.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen Fiction-Aku hanya-lah langit biru yang memandangmu terbang bebas layaknya kupu-kupu indah. Sulit untuk memiliki-mu sebagai milikku.- Sky -Terbangku seperti kupu-kupu karena aku lelah menjadi ulat, tak ada satupun orang yang menghargai hadirku.- Butterfly I...