Gaes gaes, menurut klen aku unpub aja
Apa aku hiatus aja dulu ya?Soalnya aku baru kena writers block, beberapa alur yg aku pikirin tuh jd lupa dan bingung lanjutinnya gmn:'(
🌸 Happy Reading 🌸
Akhir pekan, adalah hal yang paling dinanti bagi semua orang. Tak terkecuali bagi Lee Nami, pagi ini ia masih asyik menyelam lautan kapuk karena cuaca yang dingin. Diluar sana hujan gerimis sejak semalam. Jadilah ia bermalas-malasan saja di ranjang, toh tidak setiap hari ia melakukan ini.
Biasanya sang ibu akan langsung datang ke kamarnya dan menyuruhnya membantu membereskan pekerjaan rumah. Tetapi karena kemarin ibunya serta ayahnya pergi ke rumah bibinya, maka ia bisa bersantai sekarang. Lagipula, tidak ada pekerjaan rumah.
"Kak!" Lee Naeul, adik Nami membuka pintu kamar kakaknya dan menyembulkan kepalanya ke dalam.
"Apaan sih..." jawabnya sembari menurunkan selimutnya, menengok ke pintu dimana adiknya berada. "Gue pinjem jaket lo dong, punya gue dicuci. Yang satu belum kering."
Nami menghela nafasnya, lalu dia menutupi kepalanya dengan selimut lagi. "Sana, ambil sendiri. Jangan ganggu gue."
Lalu Naeul pun masuk ke kamar dan mencari jaket Nami yang digantung. Nami membiarkan adiknya mengambil barangnya dan keluar dari kamar. Dia sendiri asyik membaca manhwa digital dibalik selimutnya.
"Btw gue pergi sama temen, siang kalo ga sore ntar pulang."
"Hmm." jawabnya di balik selimut.
Kemudian sunyi, hanya ada Nami di rumah. Gadis itu menikmati waktu sendirinya, karena hal ini sangat jarang terjadi. Dia bebas melakukan apa saja di sini. Ya... Mungkin setelah puas membaca manhwa, dia mungkin akan membuat beberapa cemilan. Itu ide yang bagus!
Beberapa menit berlalu, Nami masih sibuk dengan dunianya sendiri. Dia masih sibuk marathon manhwa favoritnya—How to Fight—karena beberapa minggu belakangan ia sibuk dan belum sempat membacanya. Syukurlah semua urusannya sudah selesai, ia bisa melanjutkan bacaan nya.
Kruukkk
Itu adalah suara perut Nami. Sejak pagi ia tidak mengisi perutnya dengan apapun, mungkin hanya air putih yang biasa ia sediakan di nakas. Gadis itu kemudian bangun dari tidurnya, ia menyibakkan selimut lalu meletakkan kedua kakinya di lantai kayu. Dia diam sejenak karena berpikir, cemilan apa yang sebaiknya ia buat sekarang.
Tteokbokki? Hotteok? Corn dog? Atau Bungeoppang?
Hm, jika dipikir pilihan terakhir bagus juga. Karena saat ini Nami sedang ingin memakan makanan manis. Baiklah, mari membuat Bungeoppang!
Ia kemudian berpindah ke dapur, membuka isi lemari, kulkas, dan seluruh dapur. Tidak menyisakan bahan apapun. Hanya ada tepung, baking soda, gula, dan garam di lemari. Nami perlu pasta kacang merah untuk isian kue ikannya. "Ibu ninggalin rumah kenapa isi dapur kosongan gini, sih." dengusnya pelan.
Mau tak mau, Nami harus berbelanja sendiri di mini market dekat rumahnya. Jadilah gadis itu mengambil cardigan abu-abu yang masih tersimpan rapi di lemari. Mengingat jaket yang biasa dipakai Nami sedang dipakai oleh adiknya.
Ia pun keluar menuju minimarket terdekat. Jaraknya memang tidak terlalu jauh jika menggunakan kendaraan, tetapi jika berjalan kaki akan beda cerita. Bisa memakan waktu sekitar dua puluh menit lebih. Ya, hitung-hitung untuk membakar lemak. Itulah pikir Nami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartstrings [Nishimura Riki] ✓
Fanfiction[END] Kata orang, hati tidak bisa di tebak. Apakah itu benar? Mungkin itu tidak akan pernah benar bagi seorang Lee Nami. Gadis yang membatasi pergaulannya dengan para lelaki karena masa lalunya yang kelam. Dan karena itu juga dia harus menutup rapat...