Chapter 10 : Apologize

272 44 91
                                    

Bener kata guruku, kalo sabar dan ga nyerah itu emg ada bayarannya:'D


Aaaakkk seneng banget><


🌸🌸🌸



"Aduh! Pelan-pelan dong!" rintih seorang lelaki yang wajahnya babak belur ini. Dia saat ini tengah diobati oleh salah satu temannya. Lelaki yang mengobatinya ini juga berdecak pelan, "Iye, diem dulu napa." jawabnya.

Kemudian ada hening sejenak lantaran Riki yang menahan sakit dan temannya yang sibuk mengobati. "Lagian lu ngapa bisa babak belur gini sih?" tanya lelaki tersebut saat sudah hampir selesai mengobati Riki. Tadi saat Riki pulang, dia terkejut bukan main saat melihatnya babak belur. Dia sempat menuntut penjelasan namun Riki menolak karena meminta untuk diobati.

"Tawur gue bang." jawab Riki ngasal. "Yee... Make celana aja belom bener pake segala tawur. So so an lu." timpal lelaki tersebut sembari memberesi kotak P3K. "Ya gimana lagi, masa iya gue biarin cewe dari sekolah gue digangguin anak sekolah lain? Ga mungkin kan?"

Lelaki yang lebih tua dari Riki agak terkejut saat mendengar fakta bahwa Riki berkelahi karena menyelamatkan seorang gadis. "Lah? Lu babak belur gini gegara cewe? Lu punya cewe ye?"

"Kagaklah, gue cuma kesian ama dia. Lagian gue ga tega aja liat cewe diganggu. Secara, gue kan punya emak, kakak, sama adek cewe." jelas Riki. Dan terungkaplah mengapa ia tidak bisa membiarkan perempuan manapun mendapat perlakuan kasar dan senonoh. Itu juga alasan mengapa Riki selalu membela Nami.

"Belagak lu aja begitu. Coba liat besok, gue jamin lu bakalan suka sama tuh cewe." ucap lelaki tersebut lalu pergi mengembalikan kotak P3K. "Ga bakalan udah, gue ke sini bukan mau nyari cewe." jawab Riki lugas. Dia sudah bertekad untuk tidak berpacaran, dia ke sini hanya untuk mengejar impiannya saja. Lagipula, Nami kan sudah mengoloknya? Dia juga sudah menegaskan kalau Riki tidak boleh dekat dengannya lagi. Apapun alasannya. Ya walaupun pada akhirnya Riki tetap melanggar hanya karena alasan kemanusiaan.


Ngomong-ngomong tentang gadis itu-tadi saat mereka sampai di depan rumahnya-gadis itu langsung pergi masuk ke dalam rumah. Tanpa ada ucapan terimakasih atau maaf telah merepotkannya sama sekali. Bahkan gadis itu terus menunduk. Sebenarnya dia ada hubungan apa dengan para lelaki itu? Bahkan Nami disebut-sebut sebagai gadis yang sudah tidak suci. Apakah ini semua berkaitan dengan masa kelamnya?

Apapun itu, Riki tidak berhak tahu. Itu privasi orang, dia tidak boleh ikut campur. Di lain tempat, gadis yang masih dihantui dengan kejadian tadi masih duduk di atas ranjangnya sembari memeluk lutut. Ibunya datang membawakan secangkir coklat hangat agar perasaannya lebih rileks. Wanita itu meletakkan seduhan yang masih mengepul di atas nakas dan duduk di tepi ranjang.

Ada rasa sedih menyelimuti hatinya, mengingat putrinya yang memiliki trauma saat masih kecil. Sekarang dia harus dihantui rasa takutnya lagi setelah sekian lama. Sekarang tangannya mengusap lembut rambut anaknya. "Ibu buatin coklat panas. Kamu minum ya?" ucapnya. Gadis itu masih diam, tadi saat pulang pun gadis itu langsung menangis. Di tanya mengapa, dia justru tidak menjawab. Sampai akhirnya gadis itu bilang jika dia bertemu dengan temannya lagi. Dia teringat dengan kenangan buruknya lagi.

Dan sekarang bungkam seakan merenungi sesuatu. "Udah... Jangan diinget lagi, yang penting sekarang kamu udah aman." ucap ibunya mencoba menenangkan. Namun nyatanya Nami masih diam dengan ekspresi yang tak berubah sama sekali. Pada akhirnya ibunya hanya menghela nafas panjang.

Heartstrings [Nishimura Riki] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang