What the hell is love supposed to feel like?
Dunia ini kejam, katanya. Maka, ia berusaha mencari jalan agar kejam itu tidak membuatnya padam. Bagaimana? Dengan menjadi jauh lebih kejam, jauh lebih dulu. Sebelum ada yang menyakitinya, maka ia akan melukai lebih dulu. Sebelum dijatuhkan oleh lawan, ia akan menyerang tanpa kenal kata menyerah. Maka, di sinilah laki-laki itu sekarang. Menemui salah satu manusia gagal yang bisa ia gunakan sebagai senjata.
Perempuan dengan white down shirts itu menyilangkan kaki jenjangnya yang terbalut wide-leg cotton trousers lalu menghela napas. Wajah cantiknya yang terpoles riasan tipis itu dihiasi senyuman yang nyaris menyerupai seringai. Tanpa niatan namun terkesan begitu menggoda bagi laki-laki di hadapannya.
"Why should I?"
Tanpa gentar, laki-laki yang duduk dihadapan perempuan itu menyunggingkan senyum sinis yang nyaris serupa. "Girl, my family has bought you from your brother. Dengan kata lain, lo adalah kepunyaan keluarga gue so, I can use you however I want."
"Adik kecil, I was sold to your brother. Lo nggak punya hak untuk gue, bodoh."
"And you hate it. Gue tau Abang gue and how he abused you many times. Dempul lo itu nggak bisa nutupin semuanya, anyway. So, I can save you, beside me is the safest place you can be for now on. Gue bisa minta lo sama Kak Ardi. Selama lo berguna, lo akan baik-baik aja sama gue."
Perempuan itu mengumpat pelan lalu berkata, "Lo mau apa?"
"Easy, sweetpie. Gue mau menang Pemira, that's it. Kalo lo menyelesaikan tugas dengan baik, gue akan minta bokap lepasin lo setelahnya. It's a big big deal, lo nggak seharusnya melewatkan ini sih. Karena, ya siapa yang bisa nolongin lo kalo bukan diri lo sendiri?"
"Gue harus apa?"
"Be my partner dan menangkan gue di Pemira."
"Bukannya lo sama anak FK itu, the so called most wanted lady seangkatan? Namanya mirip gue kalo nggak salah."
Laki-laki itu berdecih dan mengangkat bahu. Ia berkata, "She's useless, I'll just throw her away when you say yes."
"Bangsat."
"I am. Why on earth are you surprised about that, bitch? Lo bahkan punya sodara sedarah yang kayaknya lebih bangsat dari gue?"
"Fine. Menang Pemira dan bebasin gue."
"That's my bitch. I'll see you later. Jangan banyak tingkah!"
Laki-laki itu beranjak setelah mengusap kepala perempuan dihadapannya. Meninggalkan si perempuan yang kemudian tersenyum kecut. Setiap langkah dalam hidup memang pilihan. Khusus untuknya, pilihan itu hanya neraka atau neraka jahanam. Manapun, ia akan berakhir terbakar juga.
--
Sarasvati mendengkus lantas menyesap kembali palm sugar latte yang sudah memunculkan embun di sisi luar cupnya. Itu terjadi karena pembicaraan alotnya dengan the jerk Ananta menguras habis tenaga dan konsentrasinya. Membuat Sara lupa bahwa ada satu gelas minuman kafein berukuran besar yang masih belum tersentuh di hadapannya. Pikirnya berkelana pada sosok laki-laki yang barusaja meninggalkannya. Garis bawahi dan baca sekali lagi, meninggalkannya. Alumni duta bahasa tingkat sma/smk se-provinsi yang kini menjadi mahasiswi paling cerdas seantero FK sepertinya memang baru saja ditinggalkan oleh satu sosok laki-laki kurang ajar yang sialannya sudah mencuri hati Sara sejak pertemuan pertama. Tolong, biarkan kesombongan yang Sara katakan sedikit menghapus rasa kesal dan sakit hati yang bersarang di dadanya. Biarkan Sara berusaha menjadi lebih baik dengan memberi pujian untuk dirinya sendiri. Bahwa dia masih pantas untuk tidak ditinggalkan dan disakiti oleh laki-laki macam Nanta. Well, menyebut namanya berulang kali meski hanya dalam kepala cukup membuat Sara merasa semakin sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ascendancy
ChickLit"I'm in, Garra. Let's do this. Let's end them all." Every villain has their own story because nobody was born a sinner. Let them show you. -- See you once a week!