6. Fiduciary relationship

14 2 0
                                    

"You betrayed me, and I know that you'll never feel sorry for the way I hurt"


"Sarasvati dengar omongan sampah kita di Perpustakaan." Ucap Garra dengan nada datar. Matanya menyorot tajam pada Raksa yang tak sedetikpun membalas tatap matanya sejak ia mengumpulkan mereka disini, di rumahnya.

Garra tidak marah pada siapapun. Dia kesal pada Raksa, ya. Tapi apapun yang terjadi saat ini, penolakan Sara, semuanya, bukan salah Raksa. Mereka melakukan ini bersama-sama. Maka Garra rasa, perbaikan rencana juga harus dilakukan bersama. Meski, ia sempat menyalahkan dirinya karena tidak langsung secara tegas menegur Raksa. Laki-laki itu gemar bercanda dan siapa sangka kalimat leluconnya sampai langsung ke telinga Sarasvati dan salah seorang temannya yang terkenal sangat emosional. Garra bahkan yakin, Rio yang tidak terlibat dalam candaan brengsek ala Raksa tetap harus menanggung getah amarah dari pacarnya, Reana.

"Sialan." Gumam Rio sembari menghentak dengan kasar kaleng birnya di atas meja.

"Gue nggak nyangka bercandaan kita dianggep seserius ini sama mereka, Garr." Kata Igo.

Gandhi memutar bola mata lantas menyahut, "Raksa sama sekali nggak kedengeran bercanda waktu dia ngomong begitu, Go."

Garra menghela napas, "It's on all us. Kita semua yang kurang hati-hati. Sara isn't 100% cured yet after Nanta cheated on her right in front of her face. Gue nggak menyalahkan reaksinya begini meski dia baru dengar sesuatu yang nggak ada bukti riilnya."

"Sorry. I messed it up." Gumam Raksa. "Gue memang yang paling brengsek diantara kita semua tapi gue nggak akan nidurin perempuan yang nggak mau diajak tidur. Kalian semua tau itu. Apalagi, kalo ternyata perempuan itu punya temen gue sendiri. Gue makan nasi, man, nggak makan teman."

Garra menyunggingkan senyum tipis dibalik kaleng birnya ketika melihat Raksa yang terdiam menunduk dengan raut bersalah. Laki-laki itu benar tentang dirinyalah yang paling brengsek tapi Garra tau kalimat lain yang diucapkannya juga benar. Raksa brengsek bersama orang-orang brengsek lainnya. Dia tidak akan menyentuh siapapun yang menolak sentuhannya. Garra tau, mereka semua tau. Tapi Raksa juga perlu diberi pelajaran. Karena mulut bercandanya, mereka harus kembali memutar otak untuk mendapatkan Sarasvati.

Raksa yang duduk gelisah kembali berucap, "Talk to me, men. Atau gue perlu nyamperin Sarasvati dan bilang kalo mulut bercanda gue memang kurang ajar tapi gue nggak bermaksud ngelakuin itu beneran? Tapi nggak tau deh, dia masih mau liat muka gue atau nggak."

"In case it can turn out better, Sa. But I don't think so."

"Terus gue harus apa?!"

Garra menoleh dan menatapnya tajam ketika Raksa berteriak kasar. Tatapan yang membuat laki-laki itu mencicitkan kata maaf dan kembali duduk dengan tenang di tempatnya.

Derio menengahi, "Menurut gue lebih baik Garra aja yang langsung turun. Diantara kita belum ada yang pernah ketemu dan ngobrol sama Sarasvati, but him. It'll takes too much time to start it all over again. Pemira nggak bisa nunggu. Kelar DWF bakal langsung paripurna, Pers rilis, terus kita udah bener-bener harus fokus kampanye."

"Dan menurut gue, sudah sebaiknya kita respect Sara dengan baik. Dia dan teman-temannya adalah partner politik kita. Raksa harus berhenti dengan mulut brengseknya so we gain Sara's trust back. Gue mengakui kalo apa yang kita setujui sebelumnya juga salah. We have to fix it." kata Gandhi.

"She is not trusting us yet, Yo, never. She is not trusting anyone." Ucap Garra.

"Go get it, then." kata Rio.

AscendancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang