8. Demurrer

13 2 0
                                    

"We were young, we were dumb, we had issues"


Berminggu berlalu sejak foto Sara dan Nanta beredar di akun lambe kampus. Kehebohan itu memang sempat membuat Sara kehilangan semangat untuk pergi ke kampus tapi rumor kedekatannya dengan Garra yang tersebar melalui anak jurnalistik secara perlahan membuat seisi kampus beralih dari gosip panas dirinya dengan Nanta. Hal yang entah harus Sara syukuri atau sesali. Rumor baru ini memunculkan pro dan kontra tentu saja. Beberapa beralih kembali menjadi pendukungnya, beranggapan bahwa Nanta secara sengaja menyebar rumor untuk menjatuhkan nama Sara yang diketahui kini dekat dengan Garra. Namun beberapa yang lain justru semakin mencerca Sara, menganggapnya gadis nakal karena melompat dari satu lelaki ke lelaki yang lain dalam waktu singkat. Sara berusaha tidak peduli, mengatur dalam pikirannya bahwa pendapat orang tidak akan begitu saja ia biarkan menjatuhkannya karena ia adalah yang paling mengenal dirinya. Namun terus-menerus menjadi topik perbincangan nampaknya mulai menggerogoti kewarasannya. Belum lagi serangan para sepupu dengan kalimat menyakitkan yang sering muncul di ponselnya. Sara mungkin bisa saja mengatakan bahwa ia baik saja atas semuanya tapi membohongi diri sendiri justru membuatnya semakin lelah. Terbuka pada Garra bahkan tidak cukup untuk membuatnya baik-baik saja.

"Heh, sini hug dulu!" seruan itu menyadarkan Sara dari lamunan.

Sara yang tengah duduk meleseh di selasar basecamp menoleh pada Garra yang berdiri di depan pintu. Laki-laki itu baru selesai kelas. Sara yang selesai lebih dulu dimintanya menunggu di depan sekretariat BEM FH ini. Sara kemudian beranjak setelah merapikan barang-barangnya. Melangkah gontai menghampiri Garra yang langsung membuka lengan untuk mendekapnya erat. Usapan di punggung dan rambut membuat Sara menghela napas.

"It's okay not to be okay, bestie."

Garra adalah satu diantara beberapa orang yang berhasil menyelami mata Sara dengan baik. Terima kasih kepada kebersamaan mereka yang semakin intens akhir-akhir ini. Intense, yeah.

"Udah makan?" tanya Garra sembari merapikan anak rambut Sara yang jatuh di keningnya. Laki-laki itu kemudian melepas pelukan, beralih menggenggam tangan Sara setelah mengambil alih sebuah tas berisikan beberapa buku milik Sara. Ia menuntun Sara menuju kantin FH, tempat dimana ia berjanji bertemu teman-temannya. Skinship itu terasa biasa bagi keduanya. Ofc it's nothing, stupid, you've been sharing saliva and bed together for couple of times. Haha.

Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran adalah gedung yang tepat bersebelahan. Hal yang membuat Sara dan Garra tidak kesulitan untuk bertemu satu sama lain. Teman-teman mereka dari fakultas lain juga lebih senang berkumpul di kantin FH atau FK, tidak keberatan untuk menyusuri beberapa gedung dan halaman hijau dari fakultasnya masing-masing. Igo, si anak Teknik Elektro yang jarak fakultasnya paling jauh justru dengan senang hati berjalan sepanjang selasar, menebar pesona sekaligus mencari tangkapan bagus, katanya.

"Mau makan kwetiau Ce Indy." Kata Sara yang mengikuti langkah Garra pelan.

"Kenapa tadi nggak ke kantin duluan?" Ucap Garra yang terus melangkah sembari mengusap tangan Sara dengan jempol tangannya.

"Nggak habis kalo makan sendiri."

Garra terkekeh kemudian menarik tangan Sara untuk melangkah lebih cepat. Sepanjang selasar hingga sampai di kantin, keduanya bukan tidak sadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian. Namun Garra sudah berhasil mencekoki Sara yang kini sudah mulai terbiasa. They need the spotlight tho.

"Here, love birds!" seruan Maira ditengah bising membuat Sara dan Garra menoleh.

Tidak seperti biasa, teman-teman mereka memilih berkumpul di sudut lain kantin FH. Sara baru akan bertanya ketika Garra menariknya ke dalam rangkulan dan melangkah lebih cepat untuk menghampiri kawanan mereka.

AscendancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang