Yixing tahu tidak ada cara lain untuk memancing agar saudara-saudaranya itu mau kembali menginjakkan kaki mereka ke rumah lusuh ini kecuali ... dengan sisa harta warisan yang masih Sangbum miliki, Yixing menarik mereka semua keluar dari tempat ternyaman mereka dan kembali ke tempat di mana mereka lahir dan tumbuh: rumah.
Entah cepat atau lambat, mereka pasti akan membahas harta warisan itu kepadanya. Namun yang tidak Yixing sangka-sangka adalah, bisakah mereka menunggu hingga kuburan ayah mereka kering dulu? Tapi bahkan, ayah mereka masih terbujur kaku di peti matinya di dalam kamar, namun mereka dengan lantang sudah membicarakan apa yang seharusnya tidak dulu mereka bicarakan.
“Padahal ayah saja belum dikuburkan.” Yixing bicara dengan suara pelan, hampir-hampir hanya tersangkut ditenggorokannya sendiri. Namun itu bagai kata sindiran paling kejam di dunia, seluruh saudara-saudara dan pasangannya sontak menoleh padanya; tersinggung.
Untuk pertama kalinya, senyuman itu menghilang dari wajahnya. Yixing mengabaikan tatapan-tatapan itu dan beranjak dari ruang tamu dengan sebuah lilin ditangannya, meninggalkan piringnya yang masih penuh oleh lauk pauk yang belum tersentuh sama sekali olehnya.
Sejak malam penuh kegelapan yang mengurung mereka itu akhirnya berlalu, belum ada yang berani mengungkit apa yang mereka bicarakan malam itu, mereka semua menunggu Yixing, bukan karena mereka menghormatinya, melainkan karena semua surat-surat tanah dan rumah Yixing lah yang menyimpannya.
Di depan rumah kayu dengan sedikit tambahan batu-batuan kali bergaya rumah panggung dengan ukuran kecil namun panjang itu terdapat rimbun pepohonan dengan tali-tali kain kecil membentuk ayunan di sana sini, bergoyang-goyang terkena embusan angin, rasanya begitu tenang dan damai ketika suara burung-burung bersahutan satu sama lain.
Di bawah pohonnya terparkir beberapa buah mobil hitam yang meneduh dari teriknya matahari, itu milik Junmyeon, Baekhyun, Chanyeol, dan Sehun. Itu adalah kendaraan yang mereka gunakan untuk ke mari, sementara sisanya naik angkutan umum seperti bus, atau yang jaraknya lebih dekat naik taksi.
Di kiri-kanan rumah itu jarang ada rumah tetangga, jaraknya mungkin sekitar tiap sepuluh meter sekali. Lebih banyak dikelilingi rumput-rumput liar atau pepohonan tinggi, sementara di belakang rumah akan didapati halaman luas, mirip seperti padang mini namun agak berbukit, jika berjalan sedikit ke samping rumah tersebut maka akan didapati sebuah bangunan tua, mirip seperti pabrik yang sudah lama terbengkalai, namun bangunannya masih terlihat amat kokoh. Dikunci rapat dari segala sisi hingga tak terlihat apa pun dari luar.
Meski sudah cukup lama menikah dengan Kim Taehyung, tapi ini pertama kalinya Lee Minho datang mengunjungi rumah suaminya tersebut. Laki-laki itu berdiri seorang diri melihat dari kejauhan bangunan tua tersebut dengan rasa penasaran. Sebenarnya dia tadi hanya mau lewat setelah tak berhasil mengejar kucing liar lucu berwarna putih, tapi sudut mata Minho seperti tak sengaja melihat seseorang memperhatikannya dari dalam jendela bangunan tersebut sebelum akhirnya menghilang masuk ke dalam.
“Kenapa di sini sendirian?”
Minho berjengkit kaget ketika tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan berbicara di belakang telinganya.
“Eh, kamu kaget?” bingung Taehyung menyadari wajah Minho yang mendadak pucat.
Laki-laki itu menunjuk bangunan yang didominasi warna biru langit tersebut. “Itu bangunan apa?” tanyanya tanpa pengalihan pandangannya dari suaminya.
Taehyung memperhatikan sejenak bangunan yang Minho maksud, dia sendiri sudah lama tak mengunjungi rumah ini dan lupa dengan beberapa bangunan.
“Itu ... seingatku itu bangunan pabrik tahu, punya ayah, dulu beroperasi selama beberapa tahun, tapi sekarang sudah ditutup waktu ayahku mengalami kebangkrutan. Aku juga kurang tahu sih gimana pastinya soalnya dulu masih SMP dan lagi fokus ujian,” ceritanya. “Kenapa tiba-tiba nanya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY WAR
FanfictionKeluarga besar Kim kehilangan kepala keluarga mereka diusianya yang ke-87 tahun, anak-anaknya yang selama ini hidup dalam kemiskinan mulai memperebutkan harta warisan yang sangat sedikit, sampai akhirnya mereka tahu bahwa di dalam gudang tahu terben...