Hari baru pukul empat dini hari. Tidak ada yang bisa tertidur sejak kejadian yang mereka saksikan tengah malam tadi. Beberapa dari mereka memutuskan untuk berjaga di ruang tengah sementara lainnya masuk ke dalam kamar guna menenangkan diri dan membuat keputusan untuk esok hari.
Listrik kembali hidup pukul tiga tadi, membuat mereka dapat melihat dengan jelas sosok peneror yang menghantui mereka baru-baru ini. Dia adalah seorang perempuan muda, terlihat seperti manusia pada umumnya hanya saja dengan penampilan yang tak terawat dan kulit penuh luka bakar terutama pada bagian wajahnya. Rambutnya hitam lebat yang kini jadi gimbal. Tengah menutup mata rapat, berbaring di lantai beralaskan tikar dengan tangan dan kaki terikat erat.
Junmyeon mengusap wajahnya. “Aku tidak tahu apakah ini artinya masalah kita selesai atau justru baru saja dimulai?” Dia melirik Yixing yang berdiri di sebelah Baekhyun dengan tajam, tampak terlihat lebih segar setelah mengganti pakaian penuh bercak darah mereka tadi dengan yang baru. “Kau beruntung dia tidak mati,” katanya, yang dia tunjukkan pada Yixing.
“Hey, Kim Junmyeon. Apa kau sedang berusaha menyalahkan Yixing?” Baekhyun yang duduk berlawanan arah dengan Junmyeon membalas perkataannya, sekilas seperti terdengar tengah membela laki-laki itu. “Jika Yixing tidak memukulnya mungkin adikmu yang sekarang tengah terbujur kaku di situ,” sindirnya sambil menunjuk si wanita kapak.
“Kau sekarang membela Yixing, Baekhyun?” tanya Junmyeon balik.
Baekhyun berdiri dengan berkacak pinggang. Dia mendongak ke atas sambil memainkan lidahnya di dalam mulutnya. “Gila,” katanya, “coba ku tebak, apa ini masih soal tanah milik mendiang ayah kalian itu?” Minseok yang tadi menatap Baekhyun berbalik menatap Junmyeon.
Junmyeon enggan mengaku bahwa tebakan Baekhyun benar, jadi dia hanya diam membiarkan suasana semakin pemanas. Sejak awal wanita kapak itu adalah masalah besar, bagus sekarang dia sudah tertangkap jadi tidak akan ada korban lagi dan dia bisa menjual tanah itu dengan tenang, tapi akan tetap jadi masalah jika polisi sampai tahu masalah ini. Mereka akan kesulitan menjualnya dan harga tanahnya bisa turun drastis.
Baekhyun menendang kursi di sebelah wanita kapak itu dengan sebelah kakinya yang telah diobati dan diperban.
Sehun baru selesai mandi pagi buta itu, diluar kebiasaannya, itu membuat otaknya dapat berpikir dengan jernih. Laki-laki blasteran Jerman itu bergabung dengan lingkarkan yang mereka ciptakan tanpa sengaja. Dia berdiri di samping Minseok, tampak hangat dengan jaket tebal yang membungkus tubuh atletisnya dipagi yang dingin itu.
“Jadi apa keputusan kalian?” tanya Chanyeol. “Karena besok siang, orang yang ku hubungi yang ingin membeli tanah di sini mungkin sudah sampai untuk sekadar melihat-lihat lingkungan di sini terlebih dahulu. Keberadaan dan cerita soal wanita kapak ini tidak akan pernah berarti bagus untuk harga tanahnya nanti bukan?”
Minseok dan Junmyeon kompak menatap Chanyeol dengan raut terkejut, tak beda jauh dengan yang lain, namun Baekhyun hanya mendengus dan mengembuskan napas pelan. Chanyeol paham mereka semua tengah menatapnya kesal, diam-diam dia tersenyum senang karena mungkin tanah itu akan terjual lewat tangannya dan dia bisa mengambil keuntungan lebih dari sana.
Chanyeol lalu berdeham pelan. “Kenapa kalian tiba-tiba jadi tegang begini? Apa ada masalah lain yang tak ku ketahui?” tanya Chanyeol basa-basi.
“Apa kau yakin kalau orangmu itu akan datang hari ini ke sini, Chanyeol?” tanya Junmyeon.
Chanyeol mengangguk. “Aku sangat yakin, dia sudah mengabariku, aku sangat mengenalnya, dia kenalanku semasa kuliah dulu.”
“Baguslah,” jawab Junmyeon pada akhirnya, “semakin cepat tanah milik ayah terjual, semakin cepat pula aku bisa meninggalkan rumah tua ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY WAR
FanficKeluarga besar Kim kehilangan kepala keluarga mereka diusianya yang ke-87 tahun, anak-anaknya yang selama ini hidup dalam kemiskinan mulai memperebutkan harta warisan yang sangat sedikit, sampai akhirnya mereka tahu bahwa di dalam gudang tahu terben...