07 ✥ Menaruh Curiga

33 10 9
                                    

Keributan itu menarik Kim's lainnya untuk mendekati mereka. Gina dan Hina yang ketakutan bersembunyi di belakang punggung ibu mereka sambil Jisoo arahkan untuk menutup telinga mereka masing-masing.

“Kalian tidak boleh meninggalkan ayah sendirian lagi.”

“Bicara omong kosong apa lagi kau, Yixing?!” Junmyeon hendak menghampiri Yixing dan menghajarnya lagi, tapi Luhan kembali menahan pundaknya tak peduli sekali pun Junmyeon sudah menepisnya, kali ini dibantu oleh Taehyung ... dan Minho yang membantu memegangi seinci bagian bawah baju Junmyeon.

“Junmyeon, tinggal lah sedikit lebih lama di sini, setidaknya sampai tanah milik ayah terjual,” saran Minseok sambil membantu Yixing berdiri. “Lagipula kita semua sudah lama tak saling bertemu, anggap saja ini seperti reuni keluarga.”

Dengan wajah ditekuk, tanpa mengatakan apa pun pada Minseok atau pun meminta maaf pada Yixing, Junmyeon kembali membawa koper-koper miliknya masuk ke dalam rumah.

Junmyeon dan keluarga kecilnya sempat melewati Kyungsoo yang berdiri di teras ketika keempatnya hendak menaruh barang-barang mereka di dalam kamar.

Sohyun yang berdiri tak jauh dari pacarnya itu menghampirinya dan mengelus-elus pundaknya; coba memberi pengertian. “Aku berjanji tidak akan terjadi apa-apa pada kita.”

Kyungsoo memegang punggung tangan Sohyun yang mengelus pundaknya. “Untuk berjaga-jaga, aku sudah menelepon polisi setempat agar memeriksa sekitar rumah di sini.”

Sohyun menatap Kyungsoo tak percaya. “Eh, kalau tidak ada apa-apa dan kita malah dicurigai telah memberikan laporan palsu bagaimana?”

“Tidak akan.” Kyungsoo menggeleng. “Buktinya kakakmu itu benar-benar terluka.”

✥✥✥

Brak!

Di dalam kamarnya, Junmyeon melempar kotak tisu ke jendela kamar. “Aku benar-benar benci saudara-saudaraku!”

“Bagaimana kau bisa hidup bersama mereka selama bertahun-tahun, Junmyeon? Terutama dengan yang namanya Yixing itu, dia gila, ya?” komentar Jisoo. Perempuan itu duduk di atas kasur sambil menyedekapkan tangan dan menyilangkan kakinya.

“Makanya aku sudah lama tak pernah pulang ke sini lagi sejak kuliah,” jawab Junmyeon.

“Kau harus segera mengganti ban mobil itu agar kita bisa segera pergi dari sini, orang-orang di sini tak ada yang waras,” gerutu Jisoo.

“Aku tahu, Jisoo.”

Pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka, menampilkan kedua putri kembar mereka yang cantik dengan rambut panjangnya yang dikuncir dua.

“Papah, Mamah. Apa kita boleh izin pergi main ke luar dengan Aron?” ucap Hina. Yang memakai pita biru.

Gina, yang memakai pita kuning pun mengangguk antusias. “Janji tidak akan main terlalu jauh.” Gadis cilik itu memberikan jari kelingkingnya pada Junmyeon, Junmyeon tersenyum dan memberikan jari kelingkingnya juga. Diikuti oleh Hina yang melakukan hal yang sama pada Jisoo.

“Jangan main terlalu jauh dari rumah dan kembali ke rumah setelah satu jam,” ucap Junmyeon sambil mengusap kepala mereka berdua. “Dan jauhi orang asing terutama yang terlihat aneh, mengerti?”

Kedua putri kembarnya itu pun saling berpandangan lalu mengangguk kompak. “Mengerti!”

“Ayo, Hina.” Gina berlari keluar lebih dulu meninggalkan saudari kembarnya.

“Tunggu aku, Gina!” Hina yang pandangannya sempat dicuri oleh sesuatu di balik pohon yang ada di luar jendela kamar Junmyeon segera menyusul saudari kembarnya itu.

FAMILY WARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang