06 ✥ Anak Pungut

31 8 0
                                    

Batu itu bagai berada sangat dekat di depan wajahnya, terlalu dekat hingga seluruh persendian tubuh Sehun rasanya tak mampu merespons keinginannya sendiri untuk bergerak menghindari selain mengikuti tarikan seseorang yang menarik tangannya bangkit dari tempat itu.

Bruak!

Tubuh Sehun berguling ke samping, napasnya ngos-ngosan melihat batu seukuran kepala orang yang kini tengah tergeletak kotor berlumuran tanah becek itu tadi hampir memecahkan tengkoraknya.

Lutut Jongdae lemas mengetahui dia hampir membunuh adik iparnya sendiri, dengan pandangan kosong laki-laki itu jatuh berjongkok dengan tangan gemetar, tak peduli lagi meski celananya akan kotor oleh lumpur. Chanyeol yang melihat suaminya sedang syok langsung menghampiri Jongdae dan menenangkannya.

“Dae, kamu gak apa-apa? Tarik napas dulu, tenangin diri kamu. Aku sudah ada di sampingmu, tenang, ya.”

Minseok yang tadi menarik Sehun bertanya apa yang sedang terjadi diantara mereka, “Sehun? Kenapa bajumu kotor sekali? Apa kalian berkelahi? Kenapa Yixing bisa pingsan seperti itu?”

Mendengar itu, Sehun segera tersadar dari realita. Dengan kalap, Sehun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru meski pun gelap menghalangi pandangannya, mencari wanita itu, tapi dia sudah lenyap entah ke mana ditelan kegelapan malam.

Tanpa menjawab pertanyaan Minseok, Sehun lekas berlari menghampiri Jongin yang dikerubungi saudara-saudaranya. Terutama Yixing yang masih tak sadarkan diri dengan darah mengotori bajunya. Mereka lekas kembali ke rumah dan mengobati yang terluka. Menunggu empat orang itu bercerita apa yang sebenarnya sudah terjadi pada mereka.

Malam itu, tidak ada satu pun dari Kim's tersebut yang bisa memejamkan matanya dengan tenang. Semua orang dibayang-bayangi dengan kejadian yang baru menimpa mereka—saudara mereka tadi.

Paginya, Junmyeon sudah mengemasi pakaiannya dan Jisoo beserta milik kedua putrinya. Sementara Sohyun masih berusaha keras meyakinkan Kyungsoo— yang ingin segera pulang karena khawatir dengan keselamatan mereka— untuk tinggal di rumah itu sedikit lebih lama hingga harta warisannya dibagi rata. Sementara yang lainnya masih bingung untuk memutuskan.

“Keselamatan kita lebih penting dari apa pun.” Di dalam kamar Sohyun yang didominasi warna pink dan biru dengan poster-poster Barbie yang gambarnya sudah agak mengelupas. Kyungsoo menakup pipi kekasihnya itu yang memerah menahan segala emosi yang menyeruak pagi ini.

“Kamu takut dengan wanita gak jelas itu?” tuduh Sohyun. “Kita bisa panggil polisi untuk menangkapnya, lagian mungkin wanita itu cuma orang gila yang melukai orang secara random, mana mungkin ada orang jahat yang menargetkan keluargaku?” Dengan mata berkaca-kaca, Sohyun menatap manik mata Kyungsoo.

“Sohyun, sekali ini saja. Kakakmu juga berpikir sama denganku dan memutuskan pulang hari ini juga, 'kan?”

“Hanya Kak Junmyeon, sementara lainnya tetap bertahan dan berpikir sama denganku!” Sohyun melepaskan tangan Kyungsoo dari wajahnya dan berbalik memunggungi laki-laki itu, untuk keluar dari kamarnya. “Kalau kamu takut, biar aku saja yang tetap di sini, kamu bisa pulang ke Seoul sendiri Kyungsoo, aku akan bilang ke Kak Junmyeon agar mau menampungmu di mobilnya.”

Setelah itu, punggung sempit perempuan itu tak terlihat lagi.

Kyungsoo mengacak rambutnya frustasi menghadapi sifat keras kepala kekasihnya itu. “Kalau terjadi apa-apa denganmu, aku akan menikah dengan siapa?” Lalu dia beranjak menyusul Sohyun keluar.

Di luar kamar suasananya lebih kacau daripada yang Kyungsoo bayangkan. Saudara-saudara dan ipar-ipar dari kekasihnya itu sibuk ribut-ribut sendiri membahas tentang wanita yang melukai Yixing tadi malam, tapi yang menjadi fokus semua orang selain wanita itu adalah, kapan tanah milik ayah mereka akan segera terjual?

FAMILY WARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang