#2

379 60 9
                                    

Dengan perlahan Harry mencoba membuka matanya. Betapa terkejutnya ia melihat pria itu membeku. Harry melihat tangannya teracung sama seperti tangan pria itu mengacungkan pistol kearahnya. Pria itu benar-benar membeku dan membiru. Apa dia mati? Apa dia baik-baik saja?

Harry merasa bingung dan ketakutan. Dia melihat mobil yang tadi digunakan pria itu. Apa ini namanya pencurian? Tapi pria tadi baru saja ingin membununya. Tunggu, mutan? Mutan apa itu mutan?

Harry berlari kedalam mobil. Dia tidak tau bagaimana mengendarainya, jadi Harry mencoba pedal yang ada dibawah kakinya satu persatu. Harry belajar dengan cepat dan akhirnya dia mengendarai mobil itu. Sebenarnya dia agak kesulitan karena dia tidak setinggi pria tadi. Harry harus sedikit mengadah untuk memperhatikan jalan.

Lama sekali hingga akhirnya, Harry melihat sebuah rumah besar. Menyerupai kastil ditengah hutan. Harry turun dan melihat plat didepan rumah itu.

Xavier's School
For gifted youngsters.

Ya, ini benar. Ini alamat yang selalu dia baca sebelum tidur. Harry mengecek arloji murahannya. Ini nyaris tengah malam. Apa boleh dia bertamu kerumah orang tengah malam? Tunggu, tulisannya kan Xavier School, tandanya bukan rumah melainkan sekolah kan?

"Hei, kau."

Harry berbalik dan melihat dua orang anak seusianya, mungkin lebih tua berjalan dibelakangnya. Dari dalam hutan. Mereka menatap Harry dari ujung kaki sampai ujung kepala. Salah satu dari mereka menoleh ke mobil yang Harry pakai tadi.

"Siapa kau? Tersesat atau?" tanya yang lebih tua. Mungkin dia berumur 15 tahun.

"Aku.. eh aku disuruh pergi kesini."

Mereka saling bertukar pandang, yang umurnya mungkin sepantaran dengan Harry atau mungkin lebih tua menyeringai. "Aneh sekali, biasanya mereka menjemput, loh. Omong-omong, mobil keren itu milikmu?"

Harry tidak tau bagaimana untuk menjelaskan peristiwa yang di alaminya. Bagaimana dia menjelaskan pria yang tiba-tiba membeku itu? Dia bisa-bisa dianggap aneh.

"Eh... anu..."

"Yeah, tidak penting juga." gumam yang jauh lebih tua. "Namaku Louis omong-omong, Louis Tomlinson."

"Aku, Harry. Harry Styles."

"Owh, namamu terdengar bergaya, maksudku,yeah, Styleee. Aku Liam Payne."

Harry tersenyum dan Louis membuka pagar besar dihadapan mereka. Membukanya lebar dan mempersilahkan Harry masuk kedalam halaman yang luar biasa besar.

"Tidak mau membawa mobil itu kedalam?" tanya Liam.

"Uh, tidak kurasa."

"Wow, kau orang kaya?" sahutnya lagi.

Harry hanya menunduk malu dan menggeleng. Louis menepuk pundaknya dan meremasnya bagaikan mereka sudah jadi sahabat lama. "Jangan malu, sobat. Aku perkenalkan kepadamu, Sekolah Xavier, hanya untuk mereka yang istimewa."

***

Harry baru kenal nama mereka beberapa detik yang lalu dan sekarang dia sudah berada dihadapan wanita berambut putih yang sedang marah-marah. Harry melihat Louis menyeringai dibalik kepalanya yang menunduk, Harry tidak mengerti kenapa Louis dan Liam terdengar seperti anak badung, mereka terlihat normal.

"Sekali lagi, Tomlinson, Payne. Kalau aku melihat kalian berkeliaran di jam malam, aku bersumpah akan menyambar kalian dengan petirku ditempat."

"Ya, Ms. Storm." sahut Louis dan Liam. Harry hanya diam menunggu.

Wanita berambut itu akhirnya menyadari keberadaan Harry dan menutup topik. Dia berjalan ke Harry dan memperhatikannya. Harry meletakan dengan canggung ransel bututnya dan menunduk canggung.

"Aku tidak pernah melihatmu. Kau anak baru?"

"hm, ya, bu." sahut Harry.

Ms. Storm ini mengangguk dan mundur, "Kalian boleh tidur. Untuk sementara, kalau aku tidak salah, Tomlinson dan Payne punya 3 kasur dikamarnya. Kau bisa tidur disana--"

"Styles. Harry Styles."

"Yeah, Styles."

"Trims, bu."

Harry berjalan mengikuti Louis dan Liam yang menyeringai. Mereka sepertinya memang anak-anak badung disini. Siapa yang tau apa yang sudah mereka lakukan di tengah hutan sebelum bertemu Harry?

"Kau tidak percaya ini, Liam! Kita dapat teman baru!" Louis bersemangat dan merangkul Harry. "Senang kau bersama kami, sobat. Kebanyakan dari mereka disini tidak tau cara bersenang-senang."

Harry tersenyum mendengar pembicaraan Liam dan Louis, ada satu perasaan dalam dirinya yang dengan spontan berkata, i think i know where i belong.

Dan, disinilah tempatnya.

-continue

Heroes!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang