Sepanjang hidupnya, yang dilakukan Harry adalah berpindah-pindah tempat, hingga ia ditemukan oleh ibu panti asuhannya dan tinggal di panti sampai ia berusia 12 tahun, setelah itu, ia pergi mencari sekolah Xavier.
Maka itu, ia sedikit merasa iri pada Zayn. Ketika mereka sampai di apartemen Ibu Zayn, Harry bisa merasakan keirian dalam dirinya. Tapi, Zayn tidak terlihat senang kembali kerumah.
Ketika mereka berhasil mendobrak pintunya dan mengunci pintu itu dengan es Harry, tidak ada yang berani bicara. Meeka semua diam melihat keadaan apartemen Ibu Zayn.
"Tidak ada yang spesial, seperti yang aku katakan." Zayn duduk disofa yang ada di depan tv. Liam dan Niall duduk disisinya, Harry ikut dan Louis masih berdiri. Melihat sebuah foto yang dibingkai rapih, lalu mengangkatnya.
"Siapa ini Zayn?"
Zayn sudah tau kalau mereka lambat laun akan mengetahui itu. Tidak ada gunanya lagi berpura-pura hidup sendirian di bumi. Mereka akan tau siapa Zayn dan siapa saja keluarganya.
"Itu Mom dan adikku."
"Adikmu?" Louis mendekat, masih membawa foto itu. Niall, Harry dan Liam bangkit untuk melihat fotonya. Mereka berpaling pada Zayn bingung.
"Kau tidak pernah cerita." kata Niall.
"Aku.... aku menyembunyikannya." gumam Zayn.
"Kenapa?" tanya Harry, kembali duduk disisi Zayn.
"Dia, aku tidak tau.... aku hanya, aku malu." Zayn menunduk, mereka semua duduk berdekatan dengan Zayn, siap mendengarkan jika Zayn ingin bercerita lebih banyak. "Aku fikir dia sama sepertiku. Tapi, aku tidak sepertinya. Dia anak yang ramah dan dicintai siapapun disekelilingnya. Perbedaan satu tahun membuat kami...... jadi sering dibandingkan."
Liam mengangguk, mereka mendengarkan dan Zayn melanjutkan. "Dia yang pertama kali menyadari kalau dia istimewa. Dia bisa mengetahui apa yang orang pikirkan, memanipulasi daya ingat orang lain, apapun itu yang berkaitan dengan pikiran. Dia bisa. Dia juga seperti penyihir, melemparkan barang-barang dengan sinar ungu dimana-mana. Aku melihatnya marah waktu itu, dia menghajarku dengan sihirnya, Mom marah dan dia mengusir adikku. Adikku itu pergi diusia yang jauh lebih muda dariku. Setelah itu, aku baru sadar....."
"Kenapa?" imbuh Harry.
"Kalau aku sama sepertinya. Kami sama-sama aneh. Dan, tidak seharusnya aku mengatainya. Pada akhirnya, kekuatanku selalu lebih mengerikan darinya."
Liam merangkul Zayn, Harry menepuk pundak Zayn,mendukung sobat mereka itu. "Tidak, Zayn. Kau hebat."
Zayn tersenyum, "Yeah, aku sudah membuktikannya kan tadi?"
***
Satu hari kemudian, mereka bersiap untuk melihat keadaan dunia. Diberita, muncul banyak berita mengenai para mutan yang dibunuh dan dibawa ke lab untuk diteliti mengenai kekuatannya. Berita juga mengatakan kalau jika, mereka menemukan sel-sel genetika dalam mutan itu spesial, mereka akan mengangkatnya dan mencoba memindahkannya ke manusia normal, dengan begitu, mereka akan sama seperti mutan dan punya kekuatan. Hanya dengan manusia yang normal disusupi gen mutan, dia akan dianggap seperti manusia hebat. Tidak seremeh mutan.
"Lihat? Manusia-manusia itu dungu!" umpat Louis. "Kalau begitu caranya, sama saja bohong membunuhi kita. Maksudku, kalau mereka memang iri, kenapa tidak katakan saja?"
"Gengsi." sahut Harry, "Manusia punya banyak sekali tensi gengsi."
"Pft, aku tidak tau apa kita harus bertahan disini lebih lama. Aku ingin mengetahui keadaan diluar sana." kata Liam.
"Sama." imbuh Zayn.
Tiba-tiba Niall ambruk. Memegangi kepalanya dan bertumpu pada lututnya. Niall berteriak dan menunduk. Hingga akhirnya dia membuka matanya.
"Oh astaga." gumamnya.
"Ada apa?" tanya Zayn.
"Ada seseorang. Dia sangat kuat astaga mengerikan. Dia bisa masuk kedalam kepalaku, signal kuat yang mengerikan."
"Aku tidak mengerti tapi aku rasa Niall mengalami guncangan mutan atau apapun itu." bisik Louis pada Harry.
"Yeah, tunggu saja." gumam Harry.
TOK.TOK.
Zayn yang pertama kali bereaksi dan reaksinya sama sekali tidak keren. Dia naik keatas sofa diiringi jeritan terkejut. Liam yang ada disampingnya melotot.
"Er, Zayn apa yang kau lakukan disana?"
Harry pergi kepintu masuk, dengan Niall berada tepat dibelakangnya. Harry bersiap mencairkan es nya sendiri. Tapi, Niall menahan tangannya dan berpaling pada Zayn.
"Zayn, siapa nama adikmu?" tanyanya.
"Kau bisa mengetahuinya kan? Dengan membaca pikiranku?" gumam Zayn. Masih berdiri diatas sofa.
"Tidak," Niall menggeleng. "Aku mau menengarnya langsung darimu."
Zayn menghela napasnya. Dia diam dan memejamkan matanya, lalu membukanya detik sebelum dia mengatakannya. "Chloe Margareta."
Niall hanya diam. Dia menunduk dan melepaskan tangan Harry. Mengangguk padanya dan mundur. Harry masih diam melihat Niall, apa maksudnya? Tapi, Niall mengangguk lagi dan Harry mencairkan es itu ketika ketukan dipintu semakin kuat disertai teriakan anak perempuan.
"Kumohon! Buka pintunya!"
"Siapa dia?" Louis maju kedepan.
Niall menunduk, "Kalian sudah mendengar siapa dia. Langsung dari mulut Zayn."
Zayn menuruni sofa. Dia menghambur pada Niall. Tepat ketika Harry sudah membuka pintu itu dan sosok anak perempuan, berusia 16 tahun mungkin, berdiri dengan baju berwarna biru tua. Rok selutut dan sepatu bot. Gadis itu menatap mereka dengan tatapan minta dikasihani.
Zayn berjalan cepat, mendahului Liam, Louis dan Niall yang ada didepannya. Berdampingan dengan Harry sekarang dihadapan gadis itu.
"Chloe." gumam Zayn. Memandang gadis itu lebih lekat lagi. Seolah takut kalau ia akan meledak jadi butiran debu.
"Kau yang bisa telepati, huh? Kau baru saja mengunci otakku. Kenapa kau lakukan itu?" kata Chloe.
Zayn tersenyum dan menoleh kearah Niall. Niall hanya menyunggingkan senyum lemah. Tidak tau harus bereaksi apa.
"Dan apa yang kalian lakukan dirumahku?! Pergi!"
"Rumahmu?" Zayn mengulangi. Dia tersenyum. "Kalau begitu, selamat datang kembali kerumah."
***
![](https://img.wattpad.com/cover/39447522-288-k663297.jpg)