Setiap manusia memiliki penyakit juga kotoran yang mengerak di dalam hati. Dan itu yang selalu menjadi tema di semua cerita yang aku tulis.
𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘢𝘬𝘵𝘦𝘳 𝘵𝘰𝘬𝘰𝘩 𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬, 𝘪𝘬𝘩𝘭𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵𝘪, 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘰𝘭𝘦𝘩-𝘴𝘰𝘭𝘦𝘩𝘢𝘩, 𝘳𝘢𝘫𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘣𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘰𝘮𝘣𝘰𝘯𝘨. 𝘔𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘮𝘢𝘢𝘱, 𝘴𝘢𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯. 𝘊𝘰𝘮𝘦 𝘰𝘯 𝘣𝘦𝘪𝘣, 𝘨𝘢𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪.
⭐⭐⭐⭐⭐
Setelah menghilang sekitar tiga jam, balik-balik Aran malah membawa makanan yang biasa dijumpai di pinggir jalan.
"Emang sehat ya, makan malam pake mie ayam?"
Di meja makan, Chika memperhatikan sang pujaan hati yang tampak lahap menikmati makanannya.
"Ini komplit lho, Ca." Aran menunjuk isi mangkuknya, sementara giginya terus menggiling makanan di dalam mulut. "Mi, 'kan karbohidratnya tinggi, daging ayam kaya protein, terus seratnya dari potongan sawi."
"Oh, okay." Perempuan berambut pirang itu mengangguk paham. "Tapi, kamu nggak diet nasi kayak orang-orang, kan?"
Aran menggeleng dalam senyum manisnya. "Gaklah, mending tambahin serat dan protein, daripada mengurangi porsi makan. Eat well, not eat less."
"Ah, good point. Prinsip hidup kamu agak lain, ya, tapi aku suka." Tawa Chika tahu-tahu terhenti. Perempuan itu melirik muka kekasihnya dengan gurat ketakutan.
Sehingga Aran yang menangkap perubahan itu seketika bertanya, "kenapa?"
Chika menunduk. "Yang tadi gausah diambil hati, ya. Kamu kan, tau, Kak Eli emang gitu orangnya, kalo ngomong ga pernah dipikir dulu."
"Aku gapapa, kok!" Suara Aran terdengar bergetar Menandakan ada yang salah dengan ucapannya.
Untuk sesaat ruang makan itu mendadak senyap. Chika mematung, merenungkan rasa perih yang Aran pendam di dalam dadanya.
Aran yang terkenal tenang, tetapi, paling meledak isi kepalanya. Aran yang selalu berkata Gapapa. Namun, justru menjerit suara hatinya. Aran yang mudah dibuat tertawa, nyatanya lebih banyak bermandikan luka.
"Em, aku pamit, ya. Besok siang aku ke sini lagi." Akhirnya Chika bangkit, dia berniat pergi, daripada malah kian membebani pikiran kekasihnya.
Aran memejamkan mata sewaktu Chika mengecup kedua pipinya secara bergantian. Laki-laki itu merasa nyaman, sekaligus perih di saat yang bersamaan.
Laki-laki itu diliputi perasaan sedih yang sukar dijelaskan. Hatinya hampa ketika perempuan yang dia cintai, benar-benar lenyap di balik pintu. Ternyata, di dalam hatinya yang paling sunyi. Chika adalah bunyi yang begitu merdu.
Setelah menaruh mangkuknya, Aran bergegas menuju rooftop apartemen lalu mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya. Laki-laki itu mendesah panjang, dia menekan pemantik dan membakar gulungan tembakau yang dijepit di antara bibir. Aran jadi doyan merokok ketika dilanda kecemasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA CHIKA 2 (Chikara, Vikuy, Shahra)
Fanfiction🔞Chika kembali setelah lima tahun. Suatu hari dia meminta pertanggungjawaban Aran atas menghilangnya Christy putri kecilnya. Lantas apa yang terjadi? Akankah Christy ditemukan dan bisakah dia dan Aran bersatu seperti dulu lagi?