Bab 9

111K 13K 363
                                    

Rumah Sakit adalah tempat yang paling ia suka dan benci dalam satu waktu. Rumah Sakit tempat mereka bertemu untuk pertama kalinya dan Rumah Sakit tempat mereka berpisah untuk selamanya. Penyakit yang menggerogoti laki-laki itu membuat ia kehilangan nafas kehidupan dan membuat tekadnya untuk bertahan hancur sia-sia.

Ketika ia pergi semua perasaan yang tidak pernah ia miliki menghancurkan tubuhnya, ia seperti cangkang kosong dan tidak memiliki apapun untuk dilanjutkan.

Kekasihnya pembawa sisi baiknya dan menyisakan sisi buruk yang busuk.

"Aku tidak tahu bagaimana harus hidup kalau kamu pergi." Dia menyatakan hal ini saat itu, beberapa menit sebelum laki-laki itu pergi.

Laki-laki itu hanya tersenyum manis, wajahnya yang pucat sedikit berwana. "Kalau begitu ikut dengan ku."

Gadis itu mematung sesaat. "Aku boleh ikut dengan mu?" Ia dengan senang hati akan melakukannya.

Laki-laki itu mengangguk lemah. "Tentu saja."

"Kemanapun?"

Laki-laki itu tertawa geli, ia menghapus air mata gadis itu. "Kemanapun."

"Janji?" Gadis itu mengeluarkan jadi kelingking nya.

Laki-laki itu mengapitnya. "Aku janji, kemanapun itu aku akan mencari mu."

Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia menempelkan telapak tangan laki-laki itu di pipinya yang basah. "Aku yang akan mencari mu, kamu hanya perlu menikmati hidup dan aku akan menemukan mu." Dia mengecup telapak tangannya.

Laki-laki itu tersenyum manis, merasa sangat puas dengan kehidupan yang singkat ini. "Terima Kasih, Lana." Ia hampir melupakan nama itu.

Satu-satunya pacarnya.

Satu-satunya orang yang ia cintai.

Satu-satunya orang yang mencintai nya.

Pacarnya di kehidupan sebelumnya.

Dengan sisa-sisa kewarasannya Altheya kembali mendekati Kile, ia menarik Kemeja laki-laki itu. "Cowok yang berdiri di samping Delta siapa?" tanyanya.

Kile menatap Altheya dengan bingung, aura gadis itu tiba-tiba berubah senduh. "Lo kenapa?"

Altheya menggelengkan kepalanya. "Dia siapa?" Mata hitam itu menatap Kile dengan sorot penuh kesedihan.

Ada apa?

Kile melihat laki-laki yang berdiri di samping Delta, ia mengenalinya. "Itu Moran, teman Delta dari SMA Negeri 1." Kile tertawa geli. "Jangan dia deh mangsa lo selanjutnya, dia engga sekaya Delta, Gue, Bastian atau mantan-mantan lo yang lain." Nada suaranya sombong sekali. "Dia itu antek-antek Delta."

Altheya mengigit bibirnya. "Gue mau sendiri dulu." Dia melepaskan Kemeja Kile dan berlari pergi menjauhi dari kerumuman itu.

Sesampainya di tempat yang cukup jauh akhirnya air mata Altheya jatuh membasahi pipinya.

"Kamu hidup disini," gumam gadis itu.

Meksipun namanya berbeda, wujud dan wajahnya sama.

Mirip, sangat mirip.

Semuanya.

Mata, rambut, dagu, pipi, kulit, dia seperti terlahir kembali di Dunia yang berbeda. Mata sayu itu tidak ada lagi, tubuh kurus kering juga tidak ada, kulit yang terlalu putih karena jarang terkena Sinar Matahari juga tidak ada, dia sehat, tertawa, dan bisa berdiri dengan baik tanpa bantuan kursi roda.

Altheya tertawa bahagia dengan air mata yang masih mengalir dengan deras.

"Sekarang aku tahu untuk apa aku ada di Dunia Novel ini." Dia menatap Bulan yang bersinar terang. "Langit mengabulkan keinginan dan doa ku." Bintang-bintang bahkan muncul tanpa malu-malu sama seperti perasaan lama yang kembali hadir.

Crazy (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang