Bab 20

94.6K 11.3K 630
                                    

Helios mengajaknya untuk makan malam di sebuah Restoran mewah yang tidak pernah Altheya kunjungi sebelumnya, bahkan ketika makan malam bersama Delta, mereka hanya mengunjungi Restoran biasa tanpa ada lantunan Piano dan orang-orang penting dengan Jas mahal. Awalnya ia tidak ingin pergi tapi, perutnya bersuara lebih dulu daripada bibir.

Dengan amat terpaksa ia menerimanya.

Mereka sempat menjadi pusat perhatian karena pakaian yang tidak cocok untuk datang ke tempat seperti ini, namun setelah melihat sesuatu yang berwana Hitam keluar dari Dompet Helios semuanya mengalihkan pandangan, mungkin mereka merasa malu pada diri sendiri, para pelayan yang awalnya meremehkan mengubah sikapnya menjadi ramah tamah.

"Mau makan apa?" tanya Helios.

Altheya menatap menu dengan pandangan bingung, ia tidak tahu mau makan apa. "Sama-in aja deh." Dia tidak mau kejadian bersama Delta terulang kembali.

"Daging mau kan?"

"Mau banget." Altheya membalas secepat mungkin.

Helios tersenyum tipis, dia memanggil pelayan dan memesan beberapa menu dengan bahasa Inggris yang sangat pasih dan lancar.

"Lo tinggal di Negara mana?" tanya Altheya.

"Singapura, Mama angkat gue Kanker Rahim, dia engga bisa hamil lalu memutuskan adopsi anak, setelah di adopsi kami pergi ke Singapura untuk pengobatan Mama." Helios bercerita.

"Sekarang Mama lo udah sembuh dong?"

Helios tersenyum masam. "Mama udah meninggal 2 Bulan lalu."

"Oh maaf." Altheya menepuk mulutnya, nakal sekali.

Helios tertawa geli. "Gak apa-apa gue masih punya Papa, gue di Indonesia tinggal sama adik Papa."

"Oh Sekolah dimana?"

"Gue udah tamat High School, rencananya mau istirahat setahun dulu baru lanjut Kuliah."

"Mau lanjut kemana?"

Helios mengangkat bahu tidak tahu. "Mungkin disini."

"Kampus di Singapura lebih baik daripada disini."

"Kampusnya baik disana, gue nya baik disini."

"Kenapa?" Entah kenapa pembicaraan ini mengalir begitu saja.

"Karena ada lo."

Altheya tersedak Saliva-nya sendiri.

Helios tertawa kecil.

Pesannya mereka tiba, aroma Steak yang dimasak hingga matang sempurna memenuhi hati, pikiran, jiwa, dan raga Altheya.

Meat is God, Baby!

Helios mencegah Altheya untuk mengambil sepiring Daging.

Altheya menatapnya tidak mengerti.

Helios memotong Daging besar itu dalam ukuran yang cukup kecil, Altheya menunggunya dengan sabar.

"Makasih." Altheya tersenyum manis, laki-laki itu memotong Daging miliknya untuk membantunya makan dengan mudah.

Tangan Helios terangkat dan dia mengelus puncak kepala Altheya.

Gadis itu diam mematung.

"Makanlah." Helios menarik tangannya kembali.

"Oke." Suasana berubah canggung.

Altheya makan dengan lahap, matanya selalu tertutup sejenak setiap kali potongan daging itu masuk ke dalam mulutnya, dia berbeda dengan gadis pada umumnya yang menggerakkan kepala ketika memakan sesuatu yang enak.

Crazy (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang