Delapan

0 0 0
                                    

"Woy!" Alvin tersentak ketika ada seseorang menepuk pundaknya

"Di taman ngelamun sendirian, hati hati lo" Alvin mendengus mendengar ucapan seseorang yang kini telah duduk disebelahnya.

"Gue lagi ngga mood, jadi mending lo diem" ujar Alvin ada seseorang di sebelahnya yang tak lain adalah Fanya. Hampir setiap pulang sekolah mereka bertemu di taman ini. Entah itu untuk membuat laporan Fanya atau hanya untuk sekedar bercerita saja.

"Apaan lo ngga mood? Kayak cewek aja" Fanya tertawa ringan melihat wajah Alvin yang tampak lesu

"Fan lo hari ini mau buat laporan?" Fanya tampak berpikir saat mendengar pertanyaan Alvin

"Ngga deh, lagi mager gue" Alvin tiba-tiba berdiri dan ingin menarik lengan Fanya

"Kenapa sih lo? Ngagetin anjir"

"Ayo ikut gue"

"Kemana? Nemenin lo galau? Ogah!"

"Gue bayarin makan" kalimat itu membuat Fanya langsung bergerak dari posisinya dan berjalan mendahului Alvin yang masih berdiri di tempatnya.

"Woy ayo buruan! Lama banget sih lo" ujar Fanya saat menoleh ke belakang dan melihat Alvin yang masih belum bergerak dari tempatnya

"Kamu Zefanya Adellia?"

"EH?!" Fanya terlonjak kaget saat seorang lelaki telah berada di hadapannya dan bertanya namanya. Namun, lelaki di depannya malah tertawa singkat saat melihat respon Fanya.

"Saya Bagas Alatta, ketua OSIS SMA Garuda" ujar lelaki tersebut sembari menjulurkan tangannya di hadapan Fanya dan langsung di sambut oleh Fanya masih dengan raut wajah bingungnya.

"Ada apa, Gas?" Tanya Alvin yang entah sejak kapan ada di sebelah Fanya dan mewakili pertanyaan yang ingin Fanya utarakan sebelumnya.

"saya mau ngasih ini, tadi waktu istirahat saya ngga sempat kasih" ujar Bagas sembari memberikan selembar kertas pada Fanya yang langsung di terima olehnya

"Itu formulir Pengembangan Diri. Selama di sini kamu harus mengikuti salah satu PD yang ada, kalau kamu mau mengikuti PD yang sama dengan di sekolah kamu juga ngga masalah, kamu bisa ceklis pilihan kamu di formulir ini" jelas Bagas

"Ooh oke. Terus kapan gue harus kumpul formulirnya?"

"Kalau bisa secepatnya agar bisa langsung di data. Jadi, kamu bisa langsung mengikuti kegiatannya setiap hari Sabtu"

"Gue kasih ke siapa?"

"Kamu bisa kasih formulir itu ke ketua PD yang kamu pilih atau kamu juga bisa kasih ke saya"

"Oh oke oke" Bagas tersenyum menanggapi ucapan Fanya

"Saya duluan ya, Alvin, Zefanya"

"Ayo" ujar Alvin yang kini berjalan mendahului Fanya untuk menuju parkiran mobil miliknya setelah Bagas hilang dari pandangan mereka.

"Kita mau kemana?" Tanya Fanya saat mereka telah berada dijalan raya yang masih asing untuk Fanya

"Ikut aja" Fanya hanya mencibir saat mendengar jawaban Alvin padanya

"Eh tapi tadi ketosnya ganteng" ujar Fanya yang sudah tersenyum-senyum sendiri.

"Udah lah, ngga cocok lo nyabe gitu" ujar Alvin sembari mengusap wajah Fanya dengan tangan kirinya

"CK TANGAN LO BAU ANJIR"

"Masa?"

"Bodo" sahut Fanya ketus

Tak berapa lama, mobil berhenti di sebuah tempat yang ramai dengan banyak orang dan ada banyak stand-stand yang terlihat tengah menjajakan dagangannya.

"Ada acara apaan nih?" Tanya Fanya saat mereka telah keluar dari mobil dan berjalan memasuki area keramaian tersebut.

"Festival kuliner" jawab Alvin

"ANJIR SERIUS?!" Fanya menoleh pada Alvin dengan wajah yang sangat antusias membayangkan ia bisa mencicipi seluruh makanan yang ada di sini. Alvin kembali mengusapkan telapak tangannya pada wajah Fanya yang mambuatnya kesal

"Ngga pake teriak berapa sih?!"

"Ck, lo ngajak gue kesini mau ngapain sih?" Tanya Fanya

"Mau ngemis. Siapa tau aja ada yang kasian terus ngasih makanannya sama lo" sontak Fanya menepuk pelan lengan Alvin karena ucapannya.

"Ya elo juga sih. Kalo tempat beginian ya cocoknya buat makan lah"

Alvin berjalan menuju tempat di mana banyak orang lainnya yang mengantri untuk memesan tempat agar mereka bisa menikmati makanan mereka dengan nyaman. Fanya hanya menunggu Alvin di tempat mereka berdiri tadi.

"Kamu?" suara itu sontak membuat Fanya menolehkan kepalanya untuk memastikan bahwa seseorang itu bukanlah seperti yang ia pikirkan. Fanya kembali menundukkan kepalanya ketika matanya bertatapan dengan seseorang di depannya.

"Sama siapa kesini?" Tanya seseorang di depan Fanya

"Sama Alvin" ujar Fanya dengan intonasi yang pelan dan sangat tidak Fanya sekali. Fanya mendengar seseorang di depannya ini tertawa renyah mendengar ucapannya

"Kayanya makin deket aja nih sama dia?"

"Aku deket sama dia cuma karena dia yang bantuin aku buat laporan" ujar Fanya yang kini semakin menunduk

"Yakin? Terus di sini ngapain? Emang buat laporan harus di Festival gini?"

"Tadi Alvin yang ngajak aku" seseorang di depan Fanya ini menoleh kearah Alvin yang tengah mengantri, kemudian kembali memandang lekat wanita di depannya. Tak ada yang berubah dari penampilannya, rambut yang selalu dikuncir kuda dengan mata yang indah dan ah... sekarang ada kacamata yang bertengger manis di hidungnya.

"Fanya denger ya, Alvin itu temen aku. jadi, jangan kamu sakiti dia kayak kamu nyakitin aku" ucapan seseorang dihadapannya ini membuatnya langsung menegakkan kepalanya. Ia melihat seseorang itu tersenyum, kemudian ia langsung pergi meninggalkan Fanya.

Andai saja waktu bisa diulang. Andai saja saat itu ia tidak bodoh. Andai saja saat itu Fanya lebih sabar.

Semuanya tak akan jadi seperti ini.

"Heh! Ngelamunin apa lo?!" tepukan pelan pada pundak Fanya berhasil membuatnya tersadar dari lamunannya dan kini ia telah melihat Alvin yang berdiri di depannya.

"Ck ngapain sih lo?! Lama banget" ujar Fanya dengan nada bicara yang di buat agar kelihatan seperti biasa

"Pesen tempat buat makan. Lo kalo mau pesen makanan pesen deh, bilang anter ke meja nomer 27. Gue titip pempek aja"

"Terus bayarnya gimana?"

"Kalo udah mau balik"

"Wess lo bayarin gue kan?"

"Hm"

"Terserah nih gue mau pesen apa aja?"

"Iya iyaa" Alvin melihat Fanya yang terlihat sangat senang dan berlari menuju ke deretan penjual kuliner Nusantara yang ada di Festival itu. Alvin berjalan menuju meja nomer 27 yang telah di pesannya tadi.

Dan kalau boleh jujur, sebenarnya tadi Alvin sempat melihat seorang pemuda yang tengah berbicara dengan Fanya dan Alvin mengenal, bahkan sangat mengenal seseorang itu. Jadi benar mereka telah saling mengenal sebelumnya?

Tapi mengapa seseorang itu terlihat selalu menghindari Fanya? Dan Fanya yang tiba-tiba terdiam saat bertemu dengannya?

Jujur, Alvin mulai merasa terusik dengan apa yang terjadi antara mereka berdua. Atau Alvin merasa terusik dengan semua pria yang mendekati Fanya? Tapi bukan berarti Alvin mencintai Fanya kan? Karena sejujurnya, Alvin tidak pernah merasakan jatuh cinta secepat ini dengan seorang wanita sebelumnya.

PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang