Enam

4 0 0
                                    

"Pin, di kantin ada apa aja? Ada bakso?"

"Ngga ada"

"Anjir serius?! Kantin apaan ngga ada baksonya?!"

"Kantin Garuda" setelah mengatakan itu Alvin berhenti mambuat Fanya dibelakangnya jadi menabrak punggung milik Alvin.

"Aw! Lo tuh kalo mau berenti bilang-bilang dong!" Alvin hanya menghela nafasnya

"Zefanya Adellia, dengar ya! Pertama..." ucap Alvin sembari menegakkan jari telunjuknya di depan Fanya

"Nama gue itu Alvin Harfa Harianza, sama sekali ngga ada Pipin Pipinnya"

"Yaelah anggap aja kenapa sih itu panggilan say..." ucapan Fanya terpotong karena kali ini Alvin meletakkan jari telunjuknya di depan bibir milik Fanya.

"Kedua, kantin Garuda ngga menyediakan bakso" ujar Alvin

"Dan ketiga, gue bakal jelasin apapun yang mau lo tanyain di kantin!" ujar Alvin yang kali ini telah menarik lengan Fanya sebelum gadis itu sempat berbicara lagi.

"Ck ni orang mukanya adem banget gini napa sikapnya galak banget sih?! Ngeselin anjir" batin Via

Saat tiba di pintu kantin barulah Alvin melepaskan cekalan tangannya dari lengan Fanya. Fanya yang dapat melihat isi kantin dari sini kembali di buat tak percaya. Kantin ini lebih luas dari perkiraannya.

"Makanan daerah?" Tanya Fanya saat membaca tulisan menu digital yang terletak di atas pintu masuk kantin

"Itu artinya menu makanan pagi ini makanan daerah. Ada soto Medan, Sate Madura, lontong, dan lainnya. Udah ayo buruan masuk" Fanya mengikuti Alvin masuk ke dalam kantin dan ikut mengantri di salah satu tempat dari enam tempat yang di sediakan untuk memesan.

"Lo kalo mau makan antri sini"

"Eh terus lo mau kemana?"

"Gue mau beli air mineral di sana"ujar Alvin seraya menunjuk sebuah stand penjual air mineral

"Lah? Terus ini gue mesennya gimana?"

"Lo mau mesen apa?"

"Emm sate aja deh"

"Yaudah lo tinggal bilang pesen sate. Susah amat sih?!" Alvin hendak pergi untuk membeli air mineral, namun tangannya di cekal oleh Fanya. Ia hanya meringis melihat Alvin yang menghela nafas di depannya.

"Harganya berapa?" Tanya Fanya dengan wajah polosnya yang membuat Alvin kembali menelan emosinya.

"Gra. Tis." setelah menekan ucapannya ia melepaskan cekalan tangan Fanya pada lengannya dan langsung pergi untuk membeli air mineral. Berada di dekat gadis itu mungkin membuat Alvin lebih cepat mengalami dehidrasi.

Fanya masih terdiam di tempatnya merasa tak percaya bahwa sekolah ini menyediakan makanan gratis untuk para muridnya. Dan sepertinya berat badannya akan bertambah selama bersekolah di sini.

"Hey" ucap seorang wanita sembari memukul pelan bahu Fanya karena melihatnya melamun tadi.

"Eh iya" ujar Fanya yang langsung menegakkan tubuhnya di hadapan wanita yang... eh? Sepertinya ia mengenal gadis di depannya ini.

"Murid Study Exchange? Yang jadi juara dua karya tulis di kompetisi Nasional kemarin kan?" Tanya wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Via

"Iya. Lo yang waktu itu juara pertama kan? Temennya Pipin?"

"Hm?"

"Eh Al...vin? Iya temennya Alvin maksudnya. Iya kan?" tanyanya lagi setelah buru-buru meralat nama aneh yang ia sematkan untuk Alvin. Via hanya tertawa mendengar kalimat yang di ucapkan wanita di depannya ini.

PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang