Sembilan

9 2 0
                                    

Alvin sedang memandang sengit di depan pintu kamarnya seorang laki laki berumur 14 tahun yang tengah duduk di tepi kasur miliknya lengkap dengan komik detektif Conan miliknya, masih dengan seragam lengkap sekolah dan tas yang tersampir pada kedua bahu nya.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Alvin pada seseorang di dalam kamarnya yang sama sekali tak menggubris tatapannya

"Ini kan juga rumah orang tua gue, jadi ya terserah gue lah"

"Tapi ini kamar gue!"

"Lah yang bilang ini kamar gue siapa?" Alvin menarik nafasnya dalam, ia mulai terbawa emosi pada seseorang yang kecil, tengil di hadapannya ini.

"Gue pindah sekolah" ujarnya

"Dan kamar gue bukan sekolah" ucap Alvin sembari masuk ke dalam kamarnya dan merebut komik dari tangan seseorang itu serta meletakkannya kembali ke jajaran komik miliknya.

"I will stay here"

"Why?"

"Ngga tau ya. Maybe, cause i miss you?"

"I'm serious, Brian Aditya Harianza"

"I just didn't comfort. I'm happier live here"

"Tapi gue ngga suka lo disini"

"Why?"

"You always disturb me, boy. So better if you go back to Aussie"

"Oh ayolah kak Vin, you're my brother. Lagian lo adiknya pulang bukan di sambut malah di usir, emang rumah ini punya lo seorang? Stop being a stingy boy, kesian ntar yang khilaf jadi cewe lo" Alvin hanya mendengus mendengar ucapan Adit, adiknya. Ia hanya sedang malas meladeni lelaki yang sudah hampir dua tahun ini tinggal di luar negeri berdebat.

Ponsel milik Alvin bergetar menandakan ada panggilan telpon untuk Alvin dan tanpa pikir panjang Alvin mengangkat panggilan telpon tersebut saat melihat nama pemanggil

"Halo?"

"Halo Vi? Ada apa?"

"Malam ini lo sibuk ngga?"

Alvin tampak berfikir tentang apa yang kira-kira akan ia lakukan pada malam ini.

"Hm ngga. Kenapa?"

"Kalo gitu ntar malem gue ke rumah lo ya? Gue mau minta ajarin beberapa materi yang gue ngga ngerti"

"Eh ngga usah, biar gue aja yang ke rumah lo"

"Oh okay. See you Alvin"

"See you Vi"

Setelah panggilan di putus oleh Via, Alvin memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya dengan mandi. Namun, entah mengapa ada yang mengganjal di hatinya, seperti ada yang ingin diucapkan pikirannya namun ia tak tahu itu apa.

*****

"Vin!"

"Eh iya" Alvin tersentak dari pikirannya dan membuat Via jadi ikut terkejut karena Alvin yang tiba-tiba bicara dengan nada setengah berteriak seperti tadi.

"Eh sorry sorry" ujarnya saat melihat Via terkejut dengan responnya

"Iya ngga papa. Ayo masuk" ucap Via seraya membuka pintu rumahnya lebar untuk mempersilahkan Alvin masuk terlebih dahulu.

Alvin duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu milik Via sembari menunggu Via mengambil peralatan belajar di kamar miliknya. Alvin melihat ke sekelilingnya, ini memang bukan yang pertama kali ia masuk ke dalam rumah besar milik Via, namun entah mengapa ia suka mengamati yang ada di sekelilingnya, hingga pandangannya tertuju pada asisten rumah tangga Via yang membawa dua gelas minuman dan beberapa cemilan, lalu meletakkannya di meja ruang tamu yang berada di hadapan Alvin.

PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang