Empat

7 2 0
                                    

Via dan Alvin berjalan mengelilingi hotel yang akan mereka tempati selama tiga hari ke depan. Mereka melihat banyak anak anak seusia mereka yang sepertinya akan menjadi musuh mereka dalam kompetisi ini.

"Duduk dulu deh, capek gue" ucap Alvin sembari menarik pelan pergelangan tangan Via, sedangakan Via yang di tarik hanya pasrah saja dengan pandangan yang tak lepas dari pergelangan tangannya yang di kunci oleh tangan besar milik Alvin.

Saat telah duduk di sebuah kursi panjang yang mengelilingi sebuah meja melingkar dengan atap berbentuk payung yang terdapat di sekitar hotel. Via melihat sekelilingnya di mana ada sekelompok anak yang tengah membaca buku di bangku sebelah mereka, ada juga sekelompok anak yang tengah berjalan sembari mengobrol ria. Terlihat dari beberapa kelompok itu ada beberapa yang menggunakan seragam berbeda, sepertinya mereka berasal dari kota yang sama atau mungkin mereka sudah berkenalan sebelumnya.

"Vin, kok gue jadi makin gugup ya?" Alvin hanya mengangkat alis mendengar sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Via, sebuah pertanyaan yang sedari tadi juga di tanyakan olehnya.

"Apasih, Vin? Gue manusia jadi wajar kalo gue ngerasa gugup. Lagian gue ngga ngerti sama lo kenapa lo bisa santai banget. Ini kompetisi Nasional bukan antar sekolah"

"Gue kan udah bilang sama lo kalo gue punya dua motivasi yang buat gue optimis"

"Iya apa?"

"Pertama adalah orang yang selalu dukung gue, orang-orang yang selalu ngasih masukan buat gue dan orang orang yang selalu bantuin gue, gue mikir kalo ini adalah saatnya gue buat mereka bangga sama gue, gue harus bisa kali ini karena gue ngga mau apa yang mereka lakuin ke gue selama ini sia-sia, gue ngga mau buat mereka kecewa"

"Dan yang kedua adalah orang yang selalu nge-judge gue ataupun orang-orang yang selalu ngerendahin gue." Via kembali tertegun dengan ucapan Alvin.

Ya! Orang itu ada, orang-orang yang kalimat merendahkan darinya tak bisa Via balas dan kalimat merendahkan untuk Via yang tak bisa ia sangkal.

"karena mereka gue mikir kalo gue harus berjuang supaya gue berhasil, supaya kemenangan adalah milik gue, karena gue bakal buktiin sama mereka kalo gue ngga seperti yang mereka bilang, kalo gue ngga seperti yang mereka pikirkan. Di kesempatan ini gue akan buat mulut mulut orang yang selalu ngerendahin gue itu bungkam."

BRAK!!!

"Ah sial!"

Alvin dan Via sontak menoleh saat melihat seorang wanita jatuh tak jauh di depan mereka. Alvin kemudian langsung berdiri dan berjalan hingga menipiskan jarak antar mereka. Alvin berjongkok untuk melihat wanita tersebut.

"Kaki lo sakit?" Tanya Alvin

"Hm? Lumayan" jawab wanita tersebut yang sebenarnya cukup terkejut dengan kehadiran seorang lelaki yang tak dikenalnya, ia juga tak sengaja melihat kearah yang tengah duduk memandangi mereka.

Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggang wanita tersebut yang membuatnya semakin terkejut dan menjauhkan diri dari seseorang yang melingkarkan tangan di pinggang miliknya, namun itu membuat kakinya semakin sakit.

"AKH! CABUL LO YA?!" Ucap wanita itu setengah menjerit

"Gue mau bantu lo berdiri. Kaki lo sakit kan?" Tanya Alvin yang tadi berusaha menolong gadis tersebut.

"YA IYA, TAPI BILANG-BILANG DULU DONG. JANGAN ASAL NGEGAS AJA!" ucap gadis itu tanpa menurunkan nada bicaranya. Kemudian Alvin membantu gadis tersebut untuk berdiri walau sedikit kesulitan karena gadis ini beberapa kali mengaduh sakit.

"Kamar lo dimana? Biar gue anter"

"Anjir modus banget lo ya!" ucap gadis tersebut yang melepaskan tangan Alvin dari tubuhnya.

"Modus apaan sih? Gue cuma mau nolongin lo. Emang lo bisa jalan sendiri?" tanya Alvin yang mulai kesal karena sedari tadi ia di kira modus oleh gadis didepannya ini.

"Udah ngga usah, gue bisa jalan sendiri" ucapnya. Kemudian Alvin membuka hoodie yang ia kenakan dan memberikannya pada gadis tersebut.

"Baju lo basah" gadis tersebut mendengus dan melihat ke arah bajunya yang basah karena tumpahan minuman yang ia bawa, kemudian mengambil hoodie yang terjulur di depannya lalu memakainya.

"Ntar balikin kemana nih?" tanyanya

"Balikin aja kalo kita ketemu lagi. Lain kali kalo jalan liat-liat masa iya batu gede gitu bisa kesandung" ucap Alvin sambil terkekeh pelan

"Serah. Udah ah gue duluan" ucapnya yang kemudian berjalan mendahului Alvin dengan tertatih, namun Alvin menahan lengan wanita tersebut.

"Apalagi?"

"Lo ngga ada yang mau disampein gitu ke gue?" Tanya Alvin

"Apaan?"

"Makasih mungkin"

"Lo tuh sebenarnya ikhlas ngga sih nolongin? Kalo ngga yaudah gue buka lagi"

"Eh ngga usah! Yaudah pergi sana"

"Btw, lo anak SMA Garuda yang 'katanya' sekolah elit itu?" Tanya wanita tersebut sembari memperhatikan kemeja sekolah yang Alvin kenakan dan celana jingga dengan kotak-kotak coklat yang merupakan warna seragam SMA Garuda

"Seterkenal itu ya sekolah gue" ucap Alvin sambil tersenyum miring. Wanita tersebut hanya mendengus, kemudian meninggalkan Alvin yang masih tersenyum miring di belakangnya.

Tanpa Alvin sadari, Via yang dapat terdiam menyaksikan seluruh kejadian yang berada langsung didepannya. Ia merasa tidak dapat berbuat apa-apa bahkan hanya untuk sekedar mengatakan bahwa ia cemburu.

*****

Halo gaiss...

Jadi aku mau minta pendapat kalian nihh

Untuk sekarang cerita Alvin kan aku update seminggu sekali.

Nahh kalo dari kalian sendiri pengennya aku update sesering apa nihh untuk cerita ini??? Comment yaa

Oh iya, jangan lupa buat vote, comment, dan share cerita ini yaa

PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang