06. Seleksi Olimpiade

91 13 0
                                    

BAB 6 | SELEKSI OLIMPIADE

"Giving up is easy, but in the end you get nothing." - Widia Arsy Mahendra

🌷

Sudah dua hari sejak aku memblokir Senja, labil memang hehe.

Aku sendiri memilih untuk menjaga jarak dengan Senja, tentu saja hal itu membuat Senja bingung, tak paham dengan situasi yang kami jalani sekarang.

"Lo kenapa? chat gue gak lo bales" Senja yang baru datang langsung mendatangiku yang sedang sibuk dengan ponselku.

"Gak kenapa-napa" balasku pendek.

"Lah? trus? ada hal yang lo gak suka dari gue?" sekarang nada suara Senja sedikit meninggi.

"Gak ada, Senja, gue lagi males aja" Setelah berkata seperti itu, aku langsung keluar, meninggalkan Senja.

Senja yang tidak terima langsung mengejarku lalu kembali menghujaniku dengan pertanyaan.

"Yaa gue kesel sama lo" kata-kata itu keluar dari mulutku spontan.

"Hah? kesel sama gue? emang gue ngapain?" tanya Senja semakin bingung.

"Gue emang childish, kesel gue di mimpi kemarin masih ke bawa, tapi.." gantungku yang membuat Senja makin bingung "...lo emang ngeselin di mimpi gue" imbuhku dengan nada merengek.

"Kita lagi ngumpul bareng dan pas kita mau balik, lo malah ninggalin gue sendiri dan balik sama Athmar, lo nyebelin banget" protesku dengan suara yang tertahan.

"Pfftt...HAHAHAHAHA" Senja tertawa puas, gemas mendengar jawaban tak terduga dariku.

"Lo, lo ngeblokir gue selama dua hari cuma gara-gara lo mimpiin gue balik sama Athmar dan ninggalin lo? aaaa gemesss banget" sambung Senja sambil merangkulku.

"Ya iyaa, lagian juga kenapa lo bisa balik bareng Athmar?" protesku lagi, masih dengan wajah kesal.

"Mana gue tau, jodoh kali, ya?" goda Senja.

Hari itu, Senja sangat puas menertawakanku yang kesal karena mimpi absurdku.

•••

"Dua bulan lagi akan diadakan Gebyar dan Olimpiade Bahasa Jerman di sekolah kita, apa di kelas ini ada yang memiliki kemampuan bagus dalam mata pelajaran bahasa Jerman?" tanya Pak Erik, wali kelasku.

"Widia, pak!!" seru Adnan dan Shaka bersamaan.

"Senja sama Aqila juga lumayan pak, di mata pelajaran bahasa Jerman" seru Julian.

"Widia lagi? tahun kemarin juga Widia, masa tahun ini yang ikut Widia lagi?" oceh pak Erik.

"Ya gimana pak, cuma Widia, Senja sama Aqila yang paham, kita mah cuma bisa Ja sama Nein aja" lanjut Riani.

"Widia, Senja, Aqila, kalian mau ikut?" tanya Pak Erik.

"Saya pribadi mau, pak," jawabku.

"Senja? Aqila?" tanya Pak Erik, lagi.

"Kita mau, pak" jawab Senja dan Aqila kompak.

"Baik, kalian bertiga ikut saya ke Frau Liza" lanjut Pak Erik.

"Lo bener-bener bisa di andalin, gue bangga" ucapnya pelan sambil tersenyum

•••

"12 orang" kata Frau Liza, menghitung siswa yang di kirim oleh wali kelas masing-masing untuk di seleksi.

"Widia, tahun lalu kamu juga ikut kegiatan ini, kan?" tanya Frau tanya Liza.

"Iya, Frau" jawabku.

"Kamu sudah tau kegiatan apa saja yang akan berlangsung?"

Aku mengangguk paham.

"Kalau begitu, tahun ini kamu ikut lagi" kata Frau Liza yang langsung di angguki olehku.

"Widia silahkan kamu ke ruangan saya, tunggu disana, dan yang lain ikut saya" titah Frau Liza.

Aku dan 11 siswa lainnya termasuk Senja dan Aqila kemudian bergerak seperti arahan Frau Liza.

Aku langsung menuju ke Lab Komputer, ruangan Frau Liza.

Selang 30 menit kemudian, Senja dan Aqila juga menyusul, diikuti dengan lima siswa lainnya.

"Tahun ini delapan orang?" ujarku.

•••

Sudah seminggu sejak pembelajaran tambahan untuk Olimpiade.

Aku dan kedua sahabatku beberapa kali pulang malam karena harus mengikuti kelas tambahan dan juga tetap harus mengikuti kelas wajib, mengingat kami sebentar lagi menghadapi ujian semester.

"Wid, hari ini kayaknya gue gak bisa ikut kelas, gue ada janji" kata Aqila yang sedang membereskan barang-barangnya.

"Whyy?? janji apaan? janji sama siapa?" tanya Senja.

"Mau jenguk kakaknya Dirga" balas Aqila.

"Oalahhh mau jenguk kakak ipar tohhh" goda Senja.

Aqila terkekeh lalu mengiyakan. Setelah beres, Aqila pamit padaku dan Senja.

"Gue duluan, ya, semangat kaliann" seru Aqila.

•••

Baru saja ingin mengetuk pintu Lab Komputer, Frau Liza menyapaku dan Senja.

"Aduhh rajin banget ... tapi maaf ya, hari ini kita nggak belajar dulu, saya ada kegiatan diluar dan Frau Lena juga nggak bisa gantiin saya" kata Frau Liza yang sontak membuatku dan Senja menyunggingkan senyum.

Senja loncat-loncat kegirangan "Akhirnyaaa kita bisa bolos belajar tanpa harus buat alasan ini ituu"

Frau Liza hanya tersenyum "Cuma hari ini aja, ya, besok kalian harus belajar lagi"

"Siapp Frauu" seruku dan Senja kompak.

Setelah mendapat kabar bahwa hari ini mereka libur, kami berdua langsung pulang, mengistirahatkan tubuh yang sudah seminggu bekerja keras.

"Istirahat yang banyak biar lo nggak sakit"

•••

thanks for reading ✨

n : Frau dalam bahasa Jerman adalah penggilan sopan untuk wanita yang lebih tua (nyonya, ibu, guru, dsb)

𝐐𝐮𝐢 𝐞𝐬-𝐭𝐮? [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang