19. Dava

13 3 0
                                    

Selamat Berbuka teman-teman 😺

BAB 19 | DAVA

"Nggak semuanya berjalan seperti yang kamu rencanakan. Terkadang, kamu harus sakit sebelum akhirnya kamu bisa mencapainya." - Shaka Putra Alingga.

🌷

"Dava? itu muka lo kenapa lebam gitu? abis berantem?" tanyaku saat bertemu Dava di ruang Jurnalistik.

"Oh ini, gak apa-apa, kejedot pintu kemarin." ucap Dava sambil menyerahkan sebuah amplop berisi dokumentasi kegiatan yang kami liput kemarin. "Ini foto-fotonya, artikelnya masih gue ketik, mungkin selesainya nanti malem, gapapa?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Gapapa, kalo boleh gue juga mau ikut ngerjain artikelnya biar kerjaan lo cepet kelarnya."

"Gak usah, lo fokus SNBP aja, tinggal beberapa bulan lagi kan? Lo fokus sama nilai lo aja, masalah artikel mah gampang." tolak Dava halus.

"Tapi-"

Dava tersenyum. "Dua minggu lagi ujian, lo belajar aja yang bener biar bisa lolos SNBP."

Aku menunjuk wajah Dava yang lebam. "Yaudah terserah lo aja, ngomong-ngomong itu lebamnya udah di obatin? Ayo ke UKS biar gue kompres dikit."

Dava menatapku sebentar lalu menggeleng. "Semalam udah di kompres sama mama, perihnya minta ampun."

"Seperih itu? Lo nangis gak? Kalo nangis sih cemen banget."

"Gak lah, cuma ya gitu hahaha."

Terimakasih, aku dan Dava bisa kembali berteman baik tanpa melibatkan kejadian hari itu. Entah karena kejadiannya yang sudah beberapa minggu atau karena Dava yang dewasa dalam bersikap. Aku yang terkadang masih canggung untuk beberapa kesempatan, mengingat kejadian itu rasa tidak enakku pada Dava masih ada.

•••

"Mampusin gak?" tanya Rey pada David yang sibuk dengan ponselnya.

"Itu tangan lo kenapa? Oh abis berantem lo sama Dava?" tanya Rey lagi saat melihat beberapa luka goresan di jari David.

Masih belum mendapat jawaban, Rey akhirnya merebut paksa ponsel David lalu menatap temannya dalam. "Kalo sekarang lo berantem sama Dava gara-gara itu, lo salah. Lo gak punya hak sama sekali buat nonjok Dava. Kenapa? karena disini lo yang salah."

"Kalo mau belain Dava nggak usah kesini, telinga gue panas." balas David pedas.

•••

"Minggu depan ujian."

Satu kalimat itu membuat seisi kelas riuh.

"Kok ujian?"

"Bukannya ujiannya ditunda?"

Seperti itu respon kelas XII IPS 1 yang tentunya di mulai oleh Shaka dan Rey.

"Terserah ya terserah. Mau kalian nyontek atau gak, nilai kalian anjlok atau gak gue nggak ngurus pokoknya ujiannya minggu depan." Aku memutar bola mataku malas.

•••

Aku dan Dava sedang berada di lapangan, menjalankan salah satu program kerja Jurnalistik dan Fotografer yang kebetulan berhubungan—ganti poster di mading sekolah—.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐐𝐮𝐢 𝐞𝐬-𝐭𝐮? [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang